Rabu, 15 Mei 2019

Gaya Penyutradaraan Sinema Ekspresionisme


Gaya Penyutradaraan
Sinema Ekspresionisme

 Film Streaming media jerman Ekspresionisme Corpse Bride 


Sinema Ekspresionisme Jerman Ekpresionisme lebih umum dikenal sebagai seni yang mengekspresikan emosi mendalam dan interpretasi subjektif. Ekspresionisme pada si seniman  menyatakan jiwanya sendiri (Jassin 1965, 27). Ekspresionisme cenderung mengubah realitas untuk menimbulkan efek emosional. Atas dasar seni sebagai sarana ekspresi, karya – karya seni lukis ekspresionis diwujudkan dalam warna warna manasuka dan komposisi kasar, warna berani, bentuk tak beraturan, tak  berakhir, dua dimensi serta tanpa perspektif. Secara estetis, karya eksp
resionis  tidaklah bagus namun aliran ini memiliki kemampuan menggugah emosi penonton  melalui gambar yang ditampilkan. Meskipun sebagian orang mengatakan tak semua  seniman ekspresif, umumnya proses pembuatan karya seni didasarkan pada  penekanan mendalam pad a komunikasi emosional. Jenis seni macam ini kerap  muncul saat terjadi konflik sosial.
Istilah ekspresionisme diperkenalkan dan digunakan pertama kali oleh Herwarth Walden dalam majalahnya Der Stum tahun 1912. Istilah ini dihubungkan  dengan karya lukisan dan grafis pada perpindahan abad dan pertentangan terhadap  tradisi akademik di Jerman yaitu pada tahun 1905 ketika sebuah kelompok seniman  (seni lukis) yang menyebut diri mereka Die Brucke atau  The Bridge.
Rasa kebosanan dengan gaya seni yang cenderung tradisional dan tidak adaptif terhadap  pembaharuan membawa Die Brucke berperan sebagai jembatan seni di masa lalu  dan masa itu. Kelompok ini menggagas aliran seni baru yang bebas mengekspresikan diri.  Die Brucke  percaya bahwa seni adalah bentuk ekspresi diri baik segambar ataupun tidak dengan realita (Little 2004, 104).
Pengaruh ekspresionisme lalu berlanjut dalam dunia film Jerman. Tepatnya pada tahun 1919, sebuah studio kecil bernama Decla merekrut dua penulis, Carl  Meyer dan Hans Janowitz yang memiliki sebuah naskah film yang unik. Mereka  menginginkan film tersebut diproduksi dengan gaya yang berbeda. Penata artistik, Hermann Warm, Walter Reinman dan Walter Rohrig kemudian mengusulkan film  tersebut dibuat dengan gaya ekspresionisme (Bordwell dan Kristin 2008, 447).  Akhirnya film berjudul Cabinet of Dr. Caligari (1920) arahan sutradara Robert Wiene diproduksi dengan bujet murah. Film ini ternyata sukses di seluruh Eropa bahkan hingga ke Amerika.
Sukses Cabinet of Dr. Caligari membuat banyak  para pelaku industry film Jerman meniru gaya yang sama dalam produksi film - film mereka. Sutradara besar Jerman masa itu seperti Friedrich Wilhelm Murnau serta  Fritz Lang ikut memproduksi film film dengangayaekspresionisme. Murnau memproduksi, The Haunted Castle(1921), Nosferatu(1922) dan Faust(1926). Lang memproduksi Die Nibelungen (1923) dan Metropolis (1927).




Film Bibiografi :  PAULA Modersohn-Becker adalah seorang pelukis perempuan pertama asal Jerman yang dikenal memiliki aliran ekspresionisme


Secara esensi, Sinema Ekspresionisme Jerman berusaha untuk menggambarkan kondisi psikologis dan sosial dari negara tersebut pascaperang dunia I. Sinema Ekspresionisme Jerman menggunakan konsep realita digeser dari yang sifatnya representasi visual secara fisik menjadi satu sifat yang bersandar pada perasaan dan suasana hati yang dialami masyarakat Jerman. Jadi, dalam keadaan serba sulit dan penuh dengan rasa kecewa, marah serta frustasi yang membuat  kondisi masyarakat menjadi dipenuhi ketidakberdayaan itulah maka gerakan Sinema Ekspresionisme Jerman muncul (Ariansah 2014, 67).


Walaupun Sinema Ekspresionisme Jerman hanya berumur 8 tahun (1919 - 1926) namun pengaruhnya  begitu besar bagi perkembangan industri film dunia.  Banyaknya pelaku industri Jeman yang pindah ke Amerika kala itu juga membuat film - film  Hollywood terpengaruh gaya ekspresionisme. Gaya ini terutama mem pengaruhi film film horor produksi Universal di era  30 an yang tampak pada latar dan karakter monsternya, film Noir di era 40 an yang tampak pada pengaturan tata cahaya serta penggunaan bayangan, serta film film karya Orson Welles Sineas yang nyaris seluruh karyanya loyal memakai gaya ekspresionis adalah  Tim Burton.
Burton menggunakan semua elemen estetik ekspresionis nyaris  sama seperti film film ekspresionis aslinya, baik setting kostum, karakter hingga  tata cahaya. Bahkan, bisa dibilang ia melebihi para pendahulunya karena tidak  hanya elemen visual semata. Burton juga menggunakan ilustrasi musik yang khas  dalam semua filmnya, yang dirancang oleh Danny Elfman. Film filmnya antara lain,:
Beetle Juice (1987),
Batman (1989),
Edward Scissorhand (1990),
Sleepy  Hollow (1999),
Planet of the Apes (2001),
Big Fish (2003),
Charlie and the  Chocolate Factory (2005)

(http://montase.blogspot.co.id/2007/06/sinema- ekspresionisme -jerman.html) UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Film ekspresionisme memiliki mise en scène yang kuat. Hal ini tercermin  dari segi artistik film yang kompleks, sehingga di dalam adegan film dapat  menimbulkan penonton merasakan dan melihat “nuansa gelap”, aura “pesimistis”,  putus asa dan kesedihan dalam konteks film tersebut. Dari segi cerita, film ekspresionisme memilih untuk menggunakan simbol dan teknik sinematografi yang menyoroti potret kehidupan kelas bawah. Gaya Sinema Ekspresionisme Jerman  memiliki karakteristik spesifik dalam setiap karya film yang kemudian menjadi gaya khas aliran ini. Berikut ini ciri - cirinya:

a)      Tema yang berlawanan dengan realita (seringkali diasosiasikan dengan mimpi buruk) baik fiksi, fantasi, maupun horor.
b)      Secara umum, aktor ekspresionis bekerja melawan efek perilaku alami, sering bergerak tersentaksentak, berhenti, dan kemudian membuat gerakan tiba - tiba. Pertunjukan tersebut harus dinilai tidak oleh standar realisme tetapi oleh bagaimana aktor berperilaku memberikan kontribusi terhadap keseluruhan  mise en scene.

c)      Setting atau latar ruang (pemilihan perabotan, tempat, arsitektur) tidak realistis, simbolis, asimetris.

d)     Kostum dan tata rias yang tidak realis,bersifat simbolise.

e)      Pencahayaan menggunakan teknik kontras yang mempertajam jarak  antara cahaya dan bayangan.

f)       Alur cerita yang lambat dan biasanya memakai shot- shot panjang.
  
(http://cinecollage.net/german-expressionism.html)


 EKSPRESIONISME DAN GAYA 

      Dalam pengertian umum ekspresi sering dikaitkan dengan ungkapan gaya. Seperti ketika ada ungkapan bahwa sebuah hasil perwujudan ‘mempunyai gaya’, hal ini berarti bahwa hasil perwujudan tersebut telah mengalami pembabaran oleh pelaku perwujudan secara “ekspresif”. Gaya dalam hal ini sama artinya dengan kualitas artistik dan teknik maupun nilai ekspresif. Dalam hal itu muncul pelaku perwujudan mengekpresikan emosi atau perasaannya melalui bentuk. Kata “ekspresi” sendiri mengandung arti yang melukiskan perasaan dan penginderaan batin yang timbul dari pengalaman-pengalaman pribadi yang terjadi yang diterima tidak saja oleh panca indera, melainkan juga oleh jiwa seseorang. Ekspresionis adalah kecenderungan seorang Seniman untuk mendistorsi kenyataan dengan efek-efek emosional. 

 Ekspresionis bisa ditemukan di dalam karya lukisan, sastra, film, Arsitektur, dan musik. Istilah emosi ini biasanya lebih menuju kepada jenis emosi kemarahan dan depresi daripada emosi bahagia. Ekspresionis juga didefinisikan sebagai kebebasan distorsi bentuk dan warna untuk melahirkan emosi ataupun sensasi dalam perasan manusia yang biasanya dihubungkan dengan kekerasan atau tragedi. Penganut paham Ekspresionisme memiliki dalil bahwa Art is an expression of human feeling’atau Seni adalah suatu pengungkapan dari perasaan manusia. Aliran ini terutama bertalian dengan apa yang dialami oleh seseorang Seniman ketika menciptakan suatu karya Seni. Perintis aliran ini Benedetto Croce (1866-1952) menyatakan bahwa Seni adalah pengungkapan dari kesan-kesan (art is expression of impresion). 

     Menurut Croce ekspresi sama dengan intuisi. Intuisi adalah pengetahuan intuitif yang diperoleh melalui pengkhayalan tentang hal-hal individual yang menghasilkan gambaran angan-angan/images. Ekspresionisme merupakan gerakan untuk mencapai campuran cita-cita yang kompleks yang dicirikan sebagai irasional, emosional dan romantik. Aliran Ekspresionisme adalah aliran yang ingin mengemukakan segala sesuatu yang bergejolak dalam jiwa. Sifat-sifat yang terkandung dalam karya-karya Ekspresionisme adalah adanya unsur subyektivitas yang sangat tinggi.  

Yang termasuk dalam aliran Ekspresionis ada beberapa macam, yaitu antara lain: aliran romantik, aliran idealisme, aliran mistisisme, aliran surealisme, aliran simbolik, dan aliran psikologisme.

Aliran Romantik; suatu aliran yang mengutamakan perasaan. Pengarang romantis mengawan ke alam khayal, lukisannya mampu membawa pembaca ke alam mimpi. Kata-kata yang dipakainya merupakan kata-kata pilihan dengan menggunakan perbandingan-perbandingan yang muluk-muluk. 

Aliran Idealisme; aliran romantik yang didasarkan pada ide pengarang semata-mata. Pengarang memandang ke masa depan, yang digambarkan dapat memberikan kebahagiaan dan kesejahteraan kepada dirinya, orang-orang di sekitarnya, negara, dan bangsanya. Pengarang bertindak seolah-olah sebagai ahli ramal. dan merasa yakin bahwa semua ramalannya dapat terjadi. 

Aliran Mistisisme; aliran yang bernafaskan ketuhanan. Aliran mistisisme melahirkan ciptaan yang didasarkan pada ketuhanan, filsafat. dan alam gaib. 

Aliran Surealisme; aliran realistis yang didominasi oleh angan-angan. Di dalam pelukisannya terkandung suatu pernyataan jiwa. pertumbuhan gejolak jiwa, dan pematangan gagasan dalam jiwa. Memahami tulisan yang beraliran Surealisme ini tidaklah mudah. Karena lukisan-lukisan atau penggambaran-penggambarannya terasa melompat-lompat dan bertaburan, tanpa mengacuhkan aturan tata bahasa yang berlaku. Logika seolah-olah hilang, tersapu oleh pertumbuhan gejolak jiwa yang menghentak. 

Aliran Simbolik; suatu aliran yang dalam pelukisannya banyak menggunakan perlambang-perlambang, dan lebih terasa sebagai suatu bentuk sindiran. Pengarang yang beraliran Simbolik menganggap bahwa alam nyata hanyalah merupakan batu loncatan untuk menyatakan pengertian yang lebih dalam tentang manusia yang hidup. 

Aliran Psikologisme; aliran yang mengutamakan uraian-uraian yang bernuansa kejiwaan. Pengarang beraliran Psikologisme ini pada umumnya mempunyai pengetahuan tentang dasar-dasar jiwa manusia. 

  Tokoh-tokoh penganut aliran Seni Ekspresionis yang dikenal dalam Seni lukis dari abad ke 20 dari beragam negara diantaranya; Jerman: Heinrich Campendonk, Emil Nolde dan Max Pechstein; Austria: Oskar Kokoscha. Russia; Wassily Kandinsky; Perancis: Gen Paul dan Chain Soutine; Belanda: Vincent van Gogh; Norwegia: Edvard Munch; Belgia: Frits Van den Berghe; Netherlands: Willem Hofhuizen; Swiss: Carl Eugen Keei; Indonesia: Affandi.
(Soedarso. 1990. Sejarah Perkembangan Seni Rupa Modern. Studio Delapan Puluh Enterprise. Jakarta.)



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Festival Keraton Nusantara 2019 Luwu Palopo

   Festival Keraton Nusantara (FKN) XIII tahun 2019 Tana Luwu . Festival Keraton Nusantara atau FKN adalah sebuah pameran...