Selasa, 21 Mei 2019

VIDEO Art "ASE" cinematic video Datu Ase, Tau Ase.


Dato Ase / Tau Ase
 Legenda Sang Dewi Padi dari Tanah Bugis 

Sembilan rumpun padi raksasa setinggi lebih dari dua meter yang yang ditemukan warga di tengah lahan milik Maradia atau Raja Tumpiling puluhan tahun lalu masih dirawat dan dipelihara warga Suku Bugis hingga saat ini. Mereka menyebutnya Datu Ase. Batang padi yang memiliki tujuh depa atau ruas itu disimpan di salah satu kamar rumah milik Muhammad Saleh, dukun padi atau Sandro Ase di Desa Tumpiling, Kecamatan Wonomulyo, Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Warga percaya dengan merawat dan memelihara Datu Ase, bisa mendatangkan berkah keselamatan kampung dan hasil panen padi yang melimpah. Muh Saleh, sang dukun padi yang merupakan turunan ketiga dari nenek moyang yang mewariskan tradisi memelihara Datu Ase ini mengatakan, mengabaikan perawatan Datu dan Indo (induk) Ase bisa berdampak buruk bagi warga kampung dan hasil panen yang terserang penyakit

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita "Datu Ase", Ratu Padi Setinggi 2 Meter yang Dipercaya Bawa Berkah dan Keselamatan", https://regional.kompas.com/read/2017/10/04/13213551/cerita-datu-ase-ratu-padi-setinggi-2-meter-yang-dipercaya-bawa-berkah-dan.
Penulis : Kontributor Polewali, Junaedi
Sembilan rumpun padi raksasa setinggi lebih dari dua meter yang yang ditemukan warga di tengah lahan milik Maradia atau Raja Tumpiling puluhan tahun lalu masih dirawat dan dipelihara warga Suku Bugis hingga saat ini. Mereka menyebutnya Datu Ase. Batang padi yang memiliki tujuh depa atau ruas itu disimpan di salah satu kamar rumah milik Muhammad Saleh, dukun padi atau Sandro Ase di Desa Tumpiling, Kecamatan Wonomulyo, Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Warga percaya dengan merawat dan memelihara Datu Ase, bisa mendatangkan berkah keselamatan kampung dan hasil panen padi yang melimpah. Muh Saleh, sang dukun padi yang merupakan turunan ketiga dari nenek moyang yang mewariskan tradisi memelihara Datu Ase ini mengatakan, mengabaikan perawatan Datu dan Indo (induk) Ase bisa berdampak buruk bagi warga kampung dan hasil panen yang terserang penyakit.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita "Datu Ase", Ratu Padi Setinggi 2 Meter yang Dipercaya Bawa Berkah dan Keselamatan", https://regional.kompas.com/read/2017/10/04/13213551/cerita-datu-ase-ratu-padi-setinggi-2-meter-yang-dipercaya-bawa-berkah-dan.
Penulis : Kontributor Polewali, Junaedi
Sembilan rumpun padi raksasa setinggi lebih dari dua meter yang yang ditemukan warga di tengah lahan milik Maradia atau Raja Tumpiling puluhan tahun lalu masih dirawat dan dipelihara warga Suku Bugis hingga saat ini. Mereka menyebutnya Datu Ase. Batang padi yang memiliki tujuh depa atau ruas itu disimpan di salah satu kamar rumah milik Muhammad Saleh, dukun padi atau Sandro Ase di Desa Tumpiling, Kecamatan Wonomulyo, Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Warga percaya dengan merawat dan memelihara Datu Ase, bisa mendatangkan berkah keselamatan kampung dan hasil panen padi yang melimpah. Muh Saleh, sang dukun padi yang merupakan turunan ketiga dari nenek moyang yang mewariskan tradisi memelihara Datu Ase ini mengatakan, mengabaikan perawatan Datu dan Indo (induk) Ase bisa berdampak buruk bagi warga kampung dan hasil panen yang terserang penyakit.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita "Datu Ase", Ratu Padi Setinggi 2 Meter yang Dipercaya Bawa Berkah dan Keselamatan", https://regional.kompas.com/read/2017/10/04/13213551/cerita-datu-ase-ratu-padi-setinggi-2-meter-yang-dipercaya-bawa-berkah-dan.
Penulis : Kontributor Polewali, Junae

Sembilan rumpun padi raksasa setinggi lebih dari dua meter yang yang ditemukan warga di tengah lahan milik Maradia atau Raja Tumpiling puluhan tahun lalu masih dirawat dan dipelihara warga Suku Bugis hingga saat ini. Mereka menyebutnya Datu Ase. Batang padi yang memiliki tujuh depa atau ruas itu disimpan di salah satu kamar rumah milik Muhammad Saleh, dukun padi atau Sandro Ase di Desa Tumpiling, Kecamatan Wonomulyo, Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Warga percaya dengan merawat dan memelihara Datu Ase, bisa mendatangkan berkah keselamatan kampung dan hasil panen padi yang melimpah. Muh Saleh, sang dukun padi yang merupakan turunan ketiga dari nenek moyang yang mewariskan tradisi memelihara Datu Ase ini mengatakan, mengabaikan perawatan Datu dan Indo (induk) Ase bisa berdampak buruk bagi warga kampung dan hasil panen yang terserang penyakit.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita "Datu Ase", Ratu Padi Setinggi 2 Meter yang Dipercaya Bawa Berkah dan Keselamatan", https://regional.kompas.com/read/2017/10/04/13213551/cerita-datu-ase-ratu-padi-setinggi-2-meter-yang-dipercaya-bawa-berkah-dan.
Penulis : Kontributor Polewali, Junaedi



Sembilan rumpun padi raksasa setinggi lebih dari dua meter yang yang ditemukan warga di tengah lahan milik Maradia atau Raja Tumpiling puluhan tahun lalu masih dirawat dan dipelihara warga Suku Bugis hingga saat ini. Mereka menyebutnya Datu Ase. Batang padi yang memiliki tujuh depa atau ruas itu disimpan di salah satu kamar rumah milik Muhammad Saleh, dukun padi atau Sandro Ase di Desa Tumpiling, Kecamatan Wonomulyo, Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Warga percaya dengan merawat dan memelihara Datu Ase, bisa mendatangkan berkah keselamatan kampung dan hasil panen padi yang melimpah. Muh Saleh, sang dukun padi yang merupakan turunan ketiga dari nenek moyang yang mewariskan tradisi memelihara Datu Ase ini mengatakan, mengabaikan perawatan Datu dan Indo (induk) Ase bisa berdampak buruk bagi warga kampung dan hasil panen yang terserang penyakit.
Saat dipanen di salah satu lahan milik Raja Tumpiling sekitar tahun 195, konon tingginya bahkan mencapai atap rumah sang dukun. Namun seiring usia padi yang makin tua, batang dan bulir padi makin kering dan dan rebah. Untuk memperpanjang usianya, Sandro Ase membalut batangnya dengan kain merah. Batang padi yang tampak lebih tinggi inilah disebut warga sebagai Datu Ase atau Ratu Padi, sedang yang padi yang lainya adalah Indo Ase atau induk padi. Dalam mitologi Jawa, Indo Ase sama dengan Dewi Sri. Sedang yang menghuni ranjang kecil yang dibalut kain batik di pusar rumah sang dukun ase ini dipercaya warga sebagai tempat hunian to manurung, dewa yang memberi keselamatan kepada warga kampung. Setiap menjelang pesta panen raya, warga Desa Tumpiling biasanya menggelar ritual ‘Mappangolo Datu Ase’ atau sesembahan kepada dewa padi sebagai pembawa kemakmuran. "Setiap menjelang panen raya bisanya diadakan sesembahan kepada Datu Ase dan Indo ase agar bisa membawa keberkahan dan hasil panen petani melimpah,” tambah Saleh.
Selain itu, Datu Ase, Indo Ase dan To Manurung dipercaya warga memiliki mukjizat tersendiri. Menurut saleh, rumahnya beberapa tahun lalu pernah dilalap api, namun warga heran ketika kamar di sekeliling rumah itu dilalap api, kamar tempat Datu ase, Indo Ase dan To Manurung dirawat dan dipelihara tidak tersentuh api sedikit pun. “Dulu rumah ini pernah kebakaran, herannya api mebakar di sekitarnya namun datu ase, Indo ase dan to manurung tidak terbakar. Padahal sumber api diketahui bermula dari kamar ini,” tutur Saleh. Saleh menyebutkan, warga Suku Bugis percaya, rumpun padi raksasa yang muncul dan menjulang tinggi di tengah lahan persawahan milik Maradia atau raja tumpiling sebagai pertanda berkah dan keselamatan bagi warga kampung halaman mereka. Alasannya Indo Ase (ibu padi), Datu Ase (Ratu Padi) dan To Manurung (Dewa Padi) hanya muncul di tempat tertentu. Ketiganya biasanya muncul hanya di sebuah kampung yang warganya diberkahi dan hasil panennya melimpah. Ketiganya ditandai dengan beberapa ciri antara lain dalam satu rumpun padi tempat ditemukannya raksasa tersebut ada beberapa jenis padi, termasuk beras ketan dan aneka warna beras, seperti merah, putih dan hitam. Selain itu, jika biasanya ditemukan paling banyak dua depa atau ruas pada batang padi, Datu Ase memiliki tujuh depa atau ruas batang. Itu artinya tinggi Datu Ase bisa melebihi ketinggian manusia rata-rata. Menurut Saleh, Datu Ase dan To Manurung dipercaya bisa pergi kapan saja dari sebuah kampung jika tidak merasa nyaman atau merasa tidak mendapat perawatan yang baik dari warga atau Sandro Ase yang bertanggung jawab mengurus dan merawatnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita "Datu Ase", Ratu Padi Setinggi 2 Meter yang Dipercaya Bawa Berkah dan Keselamatan",.
Penulis : Kontributor Polewali, Junaedi.



Sembilan rumpun padi raksasa setinggi lebih dari dua meter yang yang ditemukan warga di tengah lahan milik Maradia atau Raja Tumpiling puluhan tahun lalu masih dirawat dan dipelihara warga Suku Bugis hingga saat ini. Mereka menyebutnya Datu Ase. Batang padi yang memiliki tujuh depa atau ruas itu disimpan di salah satu kamar rumah milik Muhammad Saleh, dukun padi atau Sandro Ase di Desa Tumpiling, Kecamatan Wonomulyo, Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Warga percaya dengan merawat dan memelihara Datu Ase, bisa mendatangkan berkah keselamatan kampung dan hasil panen padi yang melimpah. Muh Saleh, sang dukun padi yang merupakan turunan ketiga dari nenek moyang yang mewariskan tradisi memelihara Datu Ase ini mengatakan, mengabaikan perawatan Datu dan Indo (induk) Ase bisa berdampak buruk bagi warga kampung dan hasil panen yang terserang penyakit.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita "Datu Ase", Ratu Padi Setinggi 2 Meter yang Dipercaya Bawa Berkah dan Keselamatan", https://regional.kompas.com/read/2017/10/04/13213551/cerita-datu-ase-ratu-padi-setinggi-2-meter-yang-dipercaya-bawa-berkah-dan.
Penulis : Kontributor Polewali, Junaedi

Sabtu, 18 Mei 2019

#PajagaWelado dan #PajagaMakkunrai #Celebes1930









Tari  Pajaga
Pajaga Welado dan Pajaga Makkunrai




Istilah Pajoge berasal dari bahasa Bugisyaitu dari kata Joge yang artinya tari ataugoyang, mendapat awalan pa menjadi Pajogeyang artinya kata yang menunjukkanpelaku atau penarinya. Demikian pula jikamendapat awalan ‘ma’ untuk menambahkata kerja seperti majoge yang berartiberjoget atau menampilkan sebuah per-tunjukan. Jadi kata Pajoge bagi masyarakatBugis memiliki tiga makna sekaligus.Pertama adalah Pajoge sebagai tari yangdisebut sebagai joge, kedua dari kata jogemendapat awalan ‘pa’ menandakan katabenda yang berarti Pajoge artinya penari ataupelakunya, dan ketiga Pajoge sebagai sebuahpertunjukan. Pengertian Pajoge memilikipemaknaan berbeda-beda namun ketiganyamerupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Tari dalam bahasa Bugis Makassardisebut sere, jaga, joge. katia atau sajo. Istilahini dikenal sebelum agama Islam masuk diSulawesi Selatan (Latief; 1999/2000: 39). Sereartinya berjalan kian kemari, sedang jagaberarti waspada dengan tidak tidursemalaman. Sere dan Jaga ini dilakukan olehorang-orang Bugis Makassar pada zamandahulu yakni dalam upacara-upacara suciyang menyangkut kepercayaan terhadapDewata Seuwae yaitu dewa yang tunggal(Yusuf; 1992: 154). Kata sere digunakanuntuk menyebut tari-tarian yang bersifatsakral, sedangkan istilah jaga digunakanuntuk menyebut tari-tarian istana. Adapunistilah joge digunakan untuk menyebut tari-tarian yang bersifat hiburan atau pergaulandan kerakyatan.Pada zaman dahulu Pajoge dipilih danditetapkan oleh pemilik kelompok Pajoge,yang biasanya dikoordinir oleh keluargaraja, atau turunan bangsawan. Pangibingmembawa sekapur sirih dan menyodor-kannya kepada penonton yang sebelumnyasudah melapor terlebih dahulu. Penontonyang akan memberi hadiah untuk me-nyampaikan kepada pengibing tentangPajoge yang akan diberi hadiah.Penonton laki-laki yang akan memberi-kan hadiah atau mappasompe ikut terlibat adalah orang-orang yang mempunyaikehidupan sosial lebih baik atau merupa-kan tokoh yang disegani di daerah tersebut. Pemberian hadiah atau uang merupakan penghargaan tersendiri karena tidak semua penonton laki-laki bisa mappasompe tanpa salah satu syarat tersebut. 

Uang dan status sosial (bangsawan) yang bisa melakukan itu,selebihnya hanya termasuk sebagai layak-nya penonton biasa. Seorang yang hendak mappasompe pada seorang Pajoge, harus duduk bersila dilantai, lalu Pajoge yang dikawal oleh Pangibing menghampirinya (Najamuddin;1983: 192).  

Mappasompe terjadi apabila adapenonton yang tertarik atau terpikat (konta) oleh salah satu Pajoge, maka penontontersebut dapat meminta Pajoge untuk ballung dengan bimbingan pengawal laki-laki (Pangibing). Ngibing adalah peranan pria dalam pesta tari orang-orang Makassar di Sulawesi Selatan, gadis penari (Pajoge) dengan mengangguk mengundangnyauntuk menari (Holt; 2000: 138).Tari Pajoge terdiri atas dua macam yaitu Pajoge Makkunrai (perempuan) dan Pajoge Angkong (penari cala bai atau wadam)

Pajoge Makkunrai berkembang di sekitarkerajaan Bone, sampai ke beberapa daerahsekitarnya seperti Kab. Wajo, Soppeng, danBarru. Pada waktu itu, apabila ada upacaraadat maka selalu didatangkan penari PajogeMakkunrai dari Bone (Latief; 1983: 48).Pertunjukan Pajoge Makkunrai selaluberjumlah genap atau berpasangan yakni 4,8, 10, 12, dan seterusnya, sesuai dengankebutuhan pementasan. Menurut AndiNajamuddin mengatakan, bahwa penariPajoge Makkunrai harus genap jumlahnyatergantung pada kebutuhan antara empathingga dua belas orang atau lebih (wawan-cara dengan Andi Najamuddin: Watam-pone: 2011).Pemilihan penari ditentukan olehkeluarga raja dengan kriteria tertentu. 
Penari Pajoge Makkunrai harus masih gadis atauyang belum bersuami dan bisa menyanyi(makkelong). Postur tubuh yang badannya agak berisi (malebu-lebu/mabondeng),mempunyai wajah yang cantik (magello-gello) dan bertingkah laku yang baik (ampe-ampe madeceng). Maka tidak heran kalaudalam catatan perjalanan Holt ke Pompanua ditawari kelompok Pajoge Makkunrai yang terkenal dengan nama Labondeng (penariyang bepostur berisi badannya). Tari Pajoge Makkunrai ini terdiri atas 20 judul syair yang mengikutinya (Holt: 1939: 106).


(1)Alla-alla,
(2) Canggolong-golong,
(3)Elo-elo,
(4) Djalantete,
(5) Gondang Jawa,
(6) Balatiti,
(7) Babaralayya,
(8)Kalukunna sambung Jawa,
(9) Bujanggana,
(10) Bengko-bengko,
(11) Burego
(12)Bujang gana,
(13) Ganda-ganda,
(14)Andi-andi,
(15) Lambasari ,
(16) Jaba-jaba,
(17) Sare-sare,
(18) Manne-manne,
(19)Labondeng,
(20) Digandang.

Tari Pajoge, muncul semasa kerajaan Bone sejak abad ke VII, hal ini belum jelas karena belum ditemukan tulisan atau informasi yang dapat memberikan ketera-ngan pasti tentang hal tersebut(Najamuddin; 1983: 191). Namun disebut-kan bahwa Raja Bone X adalah seorangperempuan yang diangkat menjadi rajapada tahun 1602 dengan gelar We TenriTappu Arung Matinroe ri Sidenreng, beliausudah mempunyai kelompok tari Pajoge Makkunrai, bahkan bukan hanya tari Pajogemakkunrai yang dibina tapi juga tari Pajagaturut dibina dan dikembangkan (Halil;1983: 44). Tari Pajoge berkembang denganpesat sampai pada pemerintahan raja Boneyang ke XXX (1871-1895) yaitu FatimahBanri. 

Fatimah Banri merupakan pencetuside mengubah model baju adat wanita(bajubodo ponco) yang semula panjangnya sebataslutut menjadi panjang sebatas mata kaki(Lina; 2007: 91).Pertunjukan Pajoge Makkunrai padaMasyarakat BugisMasuknya Agama Islam di KerajaanBone pada tahun 1611 M. yaitu pada masapemerintahan raja Bone ke XIII (1625-1644)La Maddaremmeng Matinroe ri Bukaka(Palloge; 2006: 286). Menurut Pelras, orangBugis menjadikan Islam sebagai bagian in-tegral dan esensial dari adat istiadat danbudaya mereka. Dengan demikian, padasaat yang sama, berbagai peninggalan pra-Islam tetap mereka pertahankan sampaiakhir abad ke-20. Salah satu di antarapeninggalan pra-Islam yang paling mena-rik ialah bissu, yaitu sebuah kelompok yangterdiri atas pendeta-pendeta wadam yangmasih menjalankan ritual perdukunan sertadianggap dapat berkomunikasi dengandewa-dewa leluhur (Pelras; 2006: 4-5).

Dalam Epos Galigo istilah perempuanidentik dengan kata awiseng atau makkunraiyang dalam kehidupan sehari-hari dipan-dang sebagai belo jajareng (hiasan rumah),ati goari (isi bilik), muttiana jajarenge (isiusungan), laweddakna jajarenge (merpatinya rumah), muttia belo jajareng (bintang gemerlap di langit), sulomat tappanna lolangenge (obor yang menerangi negeri),dewi riposolarang (dewi yang tak ter-lupakan), dan retti toripatung ri nawa-nawa (si dia yang dikenang selalu) (Masgabah;1996: 52). Ungkapan lain dapat ditelusurilewat lagu atau nyanyian salah satu syairyang sering dinyanyikan dalam tari Pajoge Makkunrai. Kutipan nyanyian tersebut menunjukkan juga bahwa perempuan disebut pula keteng atau uleng tepu (bulan purnama) atau dalam panggilan lain disebut dettia mammula cabbeng, artinya matahari yang mula terbit (Masgabah; 1996: 52).Pajoge Makkunrai disajikan dalam pestapernikahan dilaksanakan pada malam midodoreni (Mappacci) setelah berahirnya prosesi Mappacci

Pajoge massitta elong yang diiringi dengan gendang dilanjutkan dengan Pajoge Makkunrai memasuki baruga menghadap tamu undangan. Kehadiran Pajoge Mak-kunrai merupakan acara yang ditunggu-tunggu oleh segenap tamu, baik undanganyang ada maupun penonton yang dating khusus untuk melihat Pajoge Makkunrai.Semakin larut semakin meriah dengan hadirnya tamu atau penonton yang akan memberi hadiah berupa uang (mappasom-pe) kepada Pajoge Makkunrai.

Pertunjukan Pajoge MakkunraiPada Masyarakat Bugis di Sulawesi SelatanJamilahJurusan Seni Tari, fakultas Seni dan Desain, Universitas Negeri Makassar. Jurnal Panggung Vol. 26 No. 1, Maret 2016

Rabu, 15 Mei 2019

Gaya Penyutradaraan Sinema Ekspresionisme


Gaya Penyutradaraan
Sinema Ekspresionisme

 Film Streaming media jerman Ekspresionisme Corpse Bride 


Sinema Ekspresionisme Jerman Ekpresionisme lebih umum dikenal sebagai seni yang mengekspresikan emosi mendalam dan interpretasi subjektif. Ekspresionisme pada si seniman  menyatakan jiwanya sendiri (Jassin 1965, 27). Ekspresionisme cenderung mengubah realitas untuk menimbulkan efek emosional. Atas dasar seni sebagai sarana ekspresi, karya – karya seni lukis ekspresionis diwujudkan dalam warna warna manasuka dan komposisi kasar, warna berani, bentuk tak beraturan, tak  berakhir, dua dimensi serta tanpa perspektif. Secara estetis, karya eksp
resionis  tidaklah bagus namun aliran ini memiliki kemampuan menggugah emosi penonton  melalui gambar yang ditampilkan. Meskipun sebagian orang mengatakan tak semua  seniman ekspresif, umumnya proses pembuatan karya seni didasarkan pada  penekanan mendalam pad a komunikasi emosional. Jenis seni macam ini kerap  muncul saat terjadi konflik sosial.
Istilah ekspresionisme diperkenalkan dan digunakan pertama kali oleh Herwarth Walden dalam majalahnya Der Stum tahun 1912. Istilah ini dihubungkan  dengan karya lukisan dan grafis pada perpindahan abad dan pertentangan terhadap  tradisi akademik di Jerman yaitu pada tahun 1905 ketika sebuah kelompok seniman  (seni lukis) yang menyebut diri mereka Die Brucke atau  The Bridge.
Rasa kebosanan dengan gaya seni yang cenderung tradisional dan tidak adaptif terhadap  pembaharuan membawa Die Brucke berperan sebagai jembatan seni di masa lalu  dan masa itu. Kelompok ini menggagas aliran seni baru yang bebas mengekspresikan diri.  Die Brucke  percaya bahwa seni adalah bentuk ekspresi diri baik segambar ataupun tidak dengan realita (Little 2004, 104).
Pengaruh ekspresionisme lalu berlanjut dalam dunia film Jerman. Tepatnya pada tahun 1919, sebuah studio kecil bernama Decla merekrut dua penulis, Carl  Meyer dan Hans Janowitz yang memiliki sebuah naskah film yang unik. Mereka  menginginkan film tersebut diproduksi dengan gaya yang berbeda. Penata artistik, Hermann Warm, Walter Reinman dan Walter Rohrig kemudian mengusulkan film  tersebut dibuat dengan gaya ekspresionisme (Bordwell dan Kristin 2008, 447).  Akhirnya film berjudul Cabinet of Dr. Caligari (1920) arahan sutradara Robert Wiene diproduksi dengan bujet murah. Film ini ternyata sukses di seluruh Eropa bahkan hingga ke Amerika.
Sukses Cabinet of Dr. Caligari membuat banyak  para pelaku industry film Jerman meniru gaya yang sama dalam produksi film - film mereka. Sutradara besar Jerman masa itu seperti Friedrich Wilhelm Murnau serta  Fritz Lang ikut memproduksi film film dengangayaekspresionisme. Murnau memproduksi, The Haunted Castle(1921), Nosferatu(1922) dan Faust(1926). Lang memproduksi Die Nibelungen (1923) dan Metropolis (1927).




Film Bibiografi :  PAULA Modersohn-Becker adalah seorang pelukis perempuan pertama asal Jerman yang dikenal memiliki aliran ekspresionisme


Secara esensi, Sinema Ekspresionisme Jerman berusaha untuk menggambarkan kondisi psikologis dan sosial dari negara tersebut pascaperang dunia I. Sinema Ekspresionisme Jerman menggunakan konsep realita digeser dari yang sifatnya representasi visual secara fisik menjadi satu sifat yang bersandar pada perasaan dan suasana hati yang dialami masyarakat Jerman. Jadi, dalam keadaan serba sulit dan penuh dengan rasa kecewa, marah serta frustasi yang membuat  kondisi masyarakat menjadi dipenuhi ketidakberdayaan itulah maka gerakan Sinema Ekspresionisme Jerman muncul (Ariansah 2014, 67).


Walaupun Sinema Ekspresionisme Jerman hanya berumur 8 tahun (1919 - 1926) namun pengaruhnya  begitu besar bagi perkembangan industri film dunia.  Banyaknya pelaku industri Jeman yang pindah ke Amerika kala itu juga membuat film - film  Hollywood terpengaruh gaya ekspresionisme. Gaya ini terutama mem pengaruhi film film horor produksi Universal di era  30 an yang tampak pada latar dan karakter monsternya, film Noir di era 40 an yang tampak pada pengaturan tata cahaya serta penggunaan bayangan, serta film film karya Orson Welles Sineas yang nyaris seluruh karyanya loyal memakai gaya ekspresionis adalah  Tim Burton.
Burton menggunakan semua elemen estetik ekspresionis nyaris  sama seperti film film ekspresionis aslinya, baik setting kostum, karakter hingga  tata cahaya. Bahkan, bisa dibilang ia melebihi para pendahulunya karena tidak  hanya elemen visual semata. Burton juga menggunakan ilustrasi musik yang khas  dalam semua filmnya, yang dirancang oleh Danny Elfman. Film filmnya antara lain,:
Beetle Juice (1987),
Batman (1989),
Edward Scissorhand (1990),
Sleepy  Hollow (1999),
Planet of the Apes (2001),
Big Fish (2003),
Charlie and the  Chocolate Factory (2005)

(http://montase.blogspot.co.id/2007/06/sinema- ekspresionisme -jerman.html) UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Film ekspresionisme memiliki mise en scène yang kuat. Hal ini tercermin  dari segi artistik film yang kompleks, sehingga di dalam adegan film dapat  menimbulkan penonton merasakan dan melihat “nuansa gelap”, aura “pesimistis”,  putus asa dan kesedihan dalam konteks film tersebut. Dari segi cerita, film ekspresionisme memilih untuk menggunakan simbol dan teknik sinematografi yang menyoroti potret kehidupan kelas bawah. Gaya Sinema Ekspresionisme Jerman  memiliki karakteristik spesifik dalam setiap karya film yang kemudian menjadi gaya khas aliran ini. Berikut ini ciri - cirinya:

a)      Tema yang berlawanan dengan realita (seringkali diasosiasikan dengan mimpi buruk) baik fiksi, fantasi, maupun horor.
b)      Secara umum, aktor ekspresionis bekerja melawan efek perilaku alami, sering bergerak tersentaksentak, berhenti, dan kemudian membuat gerakan tiba - tiba. Pertunjukan tersebut harus dinilai tidak oleh standar realisme tetapi oleh bagaimana aktor berperilaku memberikan kontribusi terhadap keseluruhan  mise en scene.

c)      Setting atau latar ruang (pemilihan perabotan, tempat, arsitektur) tidak realistis, simbolis, asimetris.

d)     Kostum dan tata rias yang tidak realis,bersifat simbolise.

e)      Pencahayaan menggunakan teknik kontras yang mempertajam jarak  antara cahaya dan bayangan.

f)       Alur cerita yang lambat dan biasanya memakai shot- shot panjang.
  
(http://cinecollage.net/german-expressionism.html)


 EKSPRESIONISME DAN GAYA 

      Dalam pengertian umum ekspresi sering dikaitkan dengan ungkapan gaya. Seperti ketika ada ungkapan bahwa sebuah hasil perwujudan ‘mempunyai gaya’, hal ini berarti bahwa hasil perwujudan tersebut telah mengalami pembabaran oleh pelaku perwujudan secara “ekspresif”. Gaya dalam hal ini sama artinya dengan kualitas artistik dan teknik maupun nilai ekspresif. Dalam hal itu muncul pelaku perwujudan mengekpresikan emosi atau perasaannya melalui bentuk. Kata “ekspresi” sendiri mengandung arti yang melukiskan perasaan dan penginderaan batin yang timbul dari pengalaman-pengalaman pribadi yang terjadi yang diterima tidak saja oleh panca indera, melainkan juga oleh jiwa seseorang. Ekspresionis adalah kecenderungan seorang Seniman untuk mendistorsi kenyataan dengan efek-efek emosional. 

 Ekspresionis bisa ditemukan di dalam karya lukisan, sastra, film, Arsitektur, dan musik. Istilah emosi ini biasanya lebih menuju kepada jenis emosi kemarahan dan depresi daripada emosi bahagia. Ekspresionis juga didefinisikan sebagai kebebasan distorsi bentuk dan warna untuk melahirkan emosi ataupun sensasi dalam perasan manusia yang biasanya dihubungkan dengan kekerasan atau tragedi. Penganut paham Ekspresionisme memiliki dalil bahwa Art is an expression of human feeling’atau Seni adalah suatu pengungkapan dari perasaan manusia. Aliran ini terutama bertalian dengan apa yang dialami oleh seseorang Seniman ketika menciptakan suatu karya Seni. Perintis aliran ini Benedetto Croce (1866-1952) menyatakan bahwa Seni adalah pengungkapan dari kesan-kesan (art is expression of impresion). 

     Menurut Croce ekspresi sama dengan intuisi. Intuisi adalah pengetahuan intuitif yang diperoleh melalui pengkhayalan tentang hal-hal individual yang menghasilkan gambaran angan-angan/images. Ekspresionisme merupakan gerakan untuk mencapai campuran cita-cita yang kompleks yang dicirikan sebagai irasional, emosional dan romantik. Aliran Ekspresionisme adalah aliran yang ingin mengemukakan segala sesuatu yang bergejolak dalam jiwa. Sifat-sifat yang terkandung dalam karya-karya Ekspresionisme adalah adanya unsur subyektivitas yang sangat tinggi.  

Yang termasuk dalam aliran Ekspresionis ada beberapa macam, yaitu antara lain: aliran romantik, aliran idealisme, aliran mistisisme, aliran surealisme, aliran simbolik, dan aliran psikologisme.

Aliran Romantik; suatu aliran yang mengutamakan perasaan. Pengarang romantis mengawan ke alam khayal, lukisannya mampu membawa pembaca ke alam mimpi. Kata-kata yang dipakainya merupakan kata-kata pilihan dengan menggunakan perbandingan-perbandingan yang muluk-muluk. 

Aliran Idealisme; aliran romantik yang didasarkan pada ide pengarang semata-mata. Pengarang memandang ke masa depan, yang digambarkan dapat memberikan kebahagiaan dan kesejahteraan kepada dirinya, orang-orang di sekitarnya, negara, dan bangsanya. Pengarang bertindak seolah-olah sebagai ahli ramal. dan merasa yakin bahwa semua ramalannya dapat terjadi. 

Aliran Mistisisme; aliran yang bernafaskan ketuhanan. Aliran mistisisme melahirkan ciptaan yang didasarkan pada ketuhanan, filsafat. dan alam gaib. 

Aliran Surealisme; aliran realistis yang didominasi oleh angan-angan. Di dalam pelukisannya terkandung suatu pernyataan jiwa. pertumbuhan gejolak jiwa, dan pematangan gagasan dalam jiwa. Memahami tulisan yang beraliran Surealisme ini tidaklah mudah. Karena lukisan-lukisan atau penggambaran-penggambarannya terasa melompat-lompat dan bertaburan, tanpa mengacuhkan aturan tata bahasa yang berlaku. Logika seolah-olah hilang, tersapu oleh pertumbuhan gejolak jiwa yang menghentak. 

Aliran Simbolik; suatu aliran yang dalam pelukisannya banyak menggunakan perlambang-perlambang, dan lebih terasa sebagai suatu bentuk sindiran. Pengarang yang beraliran Simbolik menganggap bahwa alam nyata hanyalah merupakan batu loncatan untuk menyatakan pengertian yang lebih dalam tentang manusia yang hidup. 

Aliran Psikologisme; aliran yang mengutamakan uraian-uraian yang bernuansa kejiwaan. Pengarang beraliran Psikologisme ini pada umumnya mempunyai pengetahuan tentang dasar-dasar jiwa manusia. 

  Tokoh-tokoh penganut aliran Seni Ekspresionis yang dikenal dalam Seni lukis dari abad ke 20 dari beragam negara diantaranya; Jerman: Heinrich Campendonk, Emil Nolde dan Max Pechstein; Austria: Oskar Kokoscha. Russia; Wassily Kandinsky; Perancis: Gen Paul dan Chain Soutine; Belanda: Vincent van Gogh; Norwegia: Edvard Munch; Belgia: Frits Van den Berghe; Netherlands: Willem Hofhuizen; Swiss: Carl Eugen Keei; Indonesia: Affandi.
(Soedarso. 1990. Sejarah Perkembangan Seni Rupa Modern. Studio Delapan Puluh Enterprise. Jakarta.)



 

Festival Keraton Nusantara 2019 Luwu Palopo

   Festival Keraton Nusantara (FKN) XIII tahun 2019 Tana Luwu . Festival Keraton Nusantara atau FKN adalah sebuah pameran...