Selasa, 14 November 2017

Kajian Drama Korea

Daripada suntuk di bandara Denpasar Bali, mungkin beberapa tulisan dan Sumber ini bermanfaat bagi yang akan mengkaji mengenai Drama Korea :3

PART #1 

Kajian Film Korea dalam Analisis Kontekstual 

Pembuatan film merupakan proses membuat film dari sebuah ide yang tertuang kedalam selembar kertas yang disebut naskah skenario, dari naskah kemudian melakukan perekaman syuting, mengarahkan, mengedit, dan terakhir melakukan penyaringan produk menjadi sebuah film.



                                                   
                                                         Drama Korea Let's Fight Ghost


Beberapa teori mengatakan film adalah arsip sosial yang menangkap jiwa sebuah zaman masyarakat pada saat itu. Tetapi film secara umum adalah media komunikasi yang dapat mempengaruhi cara pandang masyarakat dan jika dilakukan terus-menerus dalam waktu yang lama dapat membentuk karakter suatu bangsa. Pemahaman inilah yang dipahami secara mendalam oleh pemerintah Korea Selatan. Seperti yang ditulis oleh Dal Yong Jin dalam artikelnya yang berjudul “Cultural politics in Korea's contemporary films under neoliberal globalization” pada tahun 2006. Berikut ini adalah paparan artikel tersebut:

For instance, the Park regime launched the first five-year master plan for cultural development to be implemented during the period 1974–9, which was the first comprehensive long-term plan for cultural policy. A major priority of this plan was to establish a new cultural identity by highlighting a specific cultural tradition. The plan mainly targeted folk arts and traditional culture (Ministry of Culture and Information, 1979: 228; Yim, 2002: 40). The Chun regime also pursued comprehensive plans for cultural policy, and one of the main cultural policy goals in these plans was to establish Korean cultural identity (Ministry of Culture and Information, 1986).

 Film mempunyai pengertian sebagai rekaman citra bergerak pada seluloid, pada pita video, piringan leser, atau bahan perekam apa pun yang dapat ditemukan kemudian yang penayangannya dengan proyeksi rekaman tersebut (Effendi, 2002:5). Dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia (1989:305) dijelaskan bahwa film adalah serangkaian gambar yang diambil dari objek yang bergerak. Menurut Aripurnami, film merupakan media ekspresi yang sangat strategis untuk menyampaikan suatu pesan dan mampu mengarahakan perhatian serta membentuk opini masyarakat (Aripurnami, 1990:1). Tidak jauh berbeda dengan pengertian film dalam Bahasa Indonesia, pengertian film dalam Bahasa Korea adalah 

“일정한 의미를 갖고 움직이는 대상을 촬영하여 영사기로 영사막에 재현하는 종합 예술”. 

Memiliki arti sebagai seni umum untuk mereproduksi proyektor dan layar proyeksi untuk mengambil objek bergerak. Dalam hal ini Bahasa Korea memiliki kosakata khusus dalam bidang perfilman yang tidak ditemukan dalam bidang pekerjaan lain. Karena kekhasan kosakata tersebut menarik untuk diteliti lebih dalam. Pertimbangan lain yang mendorong penulis untuk memilih topik ini adalah belum adanya penelitian perfilman Korea Selatan dilihat dari segi bahasa dan sepanjang pengetahuan  penulis, dan sampai saat ini belum ada penelitian yang khusus membicarakan register film Korea Selatan.

Penelitian mengenai film telah banyak dilakukan untuk menempuh jenjang sarjana. Analisis Ekspresi Marah Dalam Film 울학교 이티 (Ulhakkyo Iti) sebuah Kajian Pragmatik oleh Danu Suprobo (2012) dalam penelitiannya menganalisis ekspresi marah dalam film Korea yang berjudul 울학교 이티 (Ulhakkyo Iti). Analisis ungkapan marah dalam bentuk kalimat berita seorang guru terhadap muridnya, seorang murid terhadap teman-temannya, dan ungkapan marah wakil kepala sekolah terhadap seorang guru. Analisis tersebut juga diungkapkan dalam bentuk kalimat tanya berupa ekspresi marah seorang guru kepada muridnya, wakil kepala sekolah kepada kepala sekolah, ungkapan marah seorang ibu kepada guru, ungkapan marah guru kepada salah satu anggota Dewan Komite Sekolah, dan seorang murid yang marah kepada ibunya sendiri. 





                                                Drama Korea The Legend of The Blue Sea


Akbar Purna Yoga (2014) yang berjudul Sapaan Dalam Film „챔프‟ (Champ) „울학교 이티 (My English Teacher), Dan „주먹이 운다‟ (Crying Fist) menjelaskan bahwa orang Korea masih memegang teguh ajaran konfusianisme sebagai prinsip moral dan etika dalam bersosialisasi. Hal ini terlihat saat memilih bentuk sapaan yang digunakan oleh orang Korea, yaitu „친척호징‟ (Kinship Terms), „친척호징의 은유적 사용‟ (Metaphorical Kinship Terms), „어린이 중심호칭‟ (Teknomyny), „개인 이름‟ (Personal Name), „대명사‟ (Pronoun). Kemudian skripsi lain tentang film adalah Analisis Unsur-Unsur Interinsik Dalam Film Korea „아기와 나‟ (Agi Wa Na) yang disusun oleh Farid Afandi (2013) menjelaskan film „아기와 나‟ (Agi Wa Na) sebagai objek penelitian dan teori unsur-unsur interinsik berupa tema (theme), alur (plot), tokoh (character), dan latar (setting).

Secara etimologis, sosiolinguistik berasal dari kata sosiologi dan linguistik. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan proses-proses sosial. Sementara itu, linguistik adalah disiplin ilmu yang mempelajari struktur bahasa tanpa mengkaji konteks sosial tempat struktur itu dipelajari atau digunakan. Jadi, sosiolinguistik merupakan ilmu yang mempelajari ciri dan pelbagai variasi bahasa, serta hubungan di antara para bahasawan dengan ciri dan fungsi variasi bahasa itu di dalam suatu masyarakat bahasa (Kridalaksana, 1978:94 dalam Chaer dan Leonie, 1995:4). 

Abdul Chaer (2004:2) berpendapat bahwa intinya sosiologi itu adalah kajian yang objektif mengenai manusia di dalam masyarakat, mengenai lembaga-lembaga, dan proses sosial yang ada di dalam masyarakat, , sedangkan pengertian linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Sosiolinguistik adalah bidang ilmu antar disipliner yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat. 

Variasi bahasa menurut Soewito (1985:29) adalah jenis ragam bahasa yang pemakaiannya disesuaikan dengan fungsi dan situasi tanpa mengabaikan kaidahkaidah pokok yang berlaku dalam bahasa yang bersangkutan. Halliday (dalam Chaer, 1995:81) membedakan variasi bahasa berdasarkan 
(a) pemakainya, yang disebut dialek dan 
(b) pemakaian, yang disebut register. 

Variasi bahasa berkenaan dengan pemakaiannya disebut register. Register adalah salah satu bentuk gejala variasi bahasa yang disebabkan oleh perbedaan bidang pemakaian. Wardough (1986:48) menyatakan bahwa register adalah seperangkat kosakata yang berhubungan dengan bidang pekerjaan atau kelompok sosial tertentu, misalnya pemakaian kosakata yang berbeda antara penjual obat, pemusik, dan jurnalis. 

Register merupakan kumpulan jargon, yaitu kosakata khusus yang dipergunakan dalam bidang kehidupan (lingkungan) tertentu (Kridalaksana, 2007:87). Soewito (1985:25) mengatakan bahwa register merupakan bentuk variasi bahasa yang digunakan saat ini, tergantung pada apa yang sedang
dikerjakan dan sifat kegiatannya. Leksikon adalah istilah teknis untuk komponen bahasa. Komponen bahasa yang dimuat dalam leksikon adalah semua informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa. Dengan kata lain, leksikon berarti perbendaharaan kata atau kosakata. Ia biasanya didaftar dan disusun dengan penjelasan yang singkat dan praktis. Menurut Kridalaksana (1990:114) leksikon adalah komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakain kata dalam suatu bahasa.


*************** bersambung...... pesawatnya dah datang :v sumber dan kajiannya menyusul :3 

Rabu, 08 November 2017

Archetype pada Film Harry Potter

Analisis Psikologi Film
Archetype Tokoh Harry Potter dalam Film Harry Potter episode Deathly Hollow
Oleh; Cahya Surya Harsakya


Pengantar
Analisis film merupakan suatu kajian yang menganalisa bagaimana isi atau kandungan makna dalam film tersebut. Film dibuat dengan tujuan sebagai penyampaian pesan kepada khalayak ramai dan membentuk suatu opini public. Film mempunyai pengertian sebagai rekaman citra bergerak pada seluloid, pada pita video, piringan leser, atau bahan perekam apa pun yang dapat ditemukan kemudian yang penayangannya dengan proyeksi rekaman tersebut (Effendi, 2002:5). Dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia (1989:305) dijelaskan bahwa film adalah serangkaian gambar yang diambil dari objek yang bergerak. Menurut Aripurnami, film merupakan media ekspresi yang sangat strategis untuk menyampaikan suatu pesan dan mampu mengarahakan perhatian serta membentuk opini masyarakat (Aripurnami, 1990:1).
Film Harry Potter episode Deathly Hollow memiliki banyak tanda-tanda yang merepresentasikan suatu pesan yang tersembunyi oleh visualisasi – visualisasi yang imajinatif dan dikemas oleh lagu-lagu yang mengundang kesan horror sehingga membuat film ini memiliki tanda yang bisa dikaji secara psikologi tokoh melalui archetype. Film Harry Potter episode Deathly Hollow dapat dikaji lebih jauh tentang makna yang tersembunyi pada film tersebut dan menafsirkannya. Kajian archetype magicion yang ada pada tokoh utama film ini yaitu Harry Potter. Diutarakan oleh Van Zoest, Film menuturkan ceritannya dengan cara khususnya sendiri (Sobur, 2009: 130). Dengan begitu peneliti akan meneliti dibantu dengan analisis semiotika dari Roland Barthes yang meneliti makna dibalik tanda - tanda yang ada pada film. Adapun teori semiotika Roland Barthes yang dipakai karena dirasa teori ini sesuai dan mendukung kajian ini. 




Archetype


The invisible patterns in the mind that control how we experience the world” (Pearson, 1991)
Narrative structures, themes,and defineable characters that if achived, give us temporary sense of success, fulfillment, and statisfaction” (Pearson&Marr,2002)


Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat dikatakan bahwa archetype adalah:
Struktur, tema, atau karakter utama yang merepresentasikan diri seseorang, yang mempengaruhi cara individu mempersepsikan pengalamannya, yang menggambarkan kebutuhan dasar individu yang berusaha dipenuhi.
Archetype mengkomunikasikan dan mendasari pengekspresian keinginan-keinginan dasar, arti dan tujuan hidup, dan motivasi seseorang, dimana dalam pengekspresiaan tersebut, setiap individu mempunyai gaya, dan kekhasan masing-masing, yang berbeda satu sama lain tergantung archetype yang dominan dan aktif dalam diri individu.
Fungsi dari archetype sendiri bagi individu adalah mempengaruhi cara pandang seorang individu terhadap sebuah kejadian, terhadap diri sendiri, kebutuhannya, dan apa yang kita mau, apa yang mau kita pelajari, dan lain-lain; selain itu archetype juga yang membantu seseorang dalam menemukan pemenuhan keinginan dasarnya sehingga adanya kepuasan dalam hidup.
Terdapat dua belas archetype, dengan setiap archetype terdapat informasi berupa gambaran umum, bagaimana individu dengan archetype yang aktif tersebut menghadapi dan menyelesaikan masalah, kecenderungan apa yang terjadi jika archetype tersebut dominan dalam diri seorang individu, cerita-cerita yang bagaimana yang menarik individu disesuaikan dengan archetype, tipe kepemimpinan, dan kebutuhan terdasar yang menjadi landasan motivasi individu dalam melakukan sesuatu.
Ke-12 jenis archetype itu adalah innocent, orphan, warrior, caregiver, seeker, lover, destroyer, creator, ruler, magician, sage, dan jester. 



The Magician


Individu dengan archetype magician adalah individu yang karismatik, dan mempunyai kemampuan natural seakan-akan dapat menyembuhkan dan menenangkan sesuatu yang terpecah belah, menyatukan orang-orang di balik sebuah visi yang sama, dan visi tersebut masih dalam batasan real. Individu magician percaya bahwa struktur kesadaran yang memegang kendali atas apa yang terjadi dalam hidup, biasanya sangat memegang teguh pada kesadaran diri, doa, meditasi, dan metode tertentu lainnya dalam mempertahankan dan mencapai tujuan diri. Pada dasarnya, individu magician percaya bahwa kejadian buruk mungkin saja dialami atau diketahui oleh manusia, yang terpenting adalah bagaimana manusia dengan kecerdasannya mencoba mengerti dengan cara menyeimbangkan antara pikiran, alam, dan roh.
Jika dihadapkan pada masalah, hal pertama yang akan dilakukan oleh individu ini adalah mengubah cara bersikap, memperluaskan prespektif diri, dan menyesuaikan sikap diri untuk menciptakan efek yang dapat mengubah keseluruhan sistem. Individu ini juga biasanya langsung menggambarkan situasi atas sebuah masalah, dan memikirkan bagaimana caranya untuk membantu dengan solusi selama solusi tersebut dipercaya tulus dan baik, maka magician percaya masalah akan dapat diselesaikan.
Individu dengan archetype magician cenderung memperhatikan hal-hal kecil, dan kebetulan kemudian memberikan arti pada kejadian tersebut. Individu ini juga tertarik pada bagaimana sesuatu terjadi secara metafisika atau spiritual dan juga menurut prespektif sains. Terkadang hal ini membuat individu terlihat melewatkan sesuatu yang nyata, dan terlihat kehilangan akal sehat karena ketertarikannya pada prespektif spiritual.
Individu magician juga mempunyai kecenderungan untuk percaya terlalu berlebih pada hal-hal spiritual karena keinginan mereka untuk mempunyai sebuah kekuatan spiritual dan magis. Magician juga biasanya dapat menggunakan karismanya untuk memanipulasi orang lain dan menyenangkan orang lain dengan ekspektasi yang berdasarkan kepercayaan dan prespektif spiritual yang dipercaya oleh magician.
Magician biasanya menyukai dan menikmati cerita-cerita dimana terdapat cerita atau dongeng magis dimana terdapat kekuatan kekuatan magis yang digunakan untuk menaklukkan kejahatan atau mengubah situasi. Individu magician juga menikmati cerita-cerita dimana terdapat individu dengan tugas membawa keajaiban, atau tugas-tugas yang membantu orang banyak, sehingga mereka terisolasi, namun akhirnya menemukan cintanya atau komunitasnya.
Tipe kepemimpinan magician adalah mempunyai kemampuan untuk memberikan energi pada orang lain dengan cara menginspirasikan mereka untuk jujur dan mengetahui apa mimpi dan tujuan terdalam dan sejati yang ada dalam diri, dan bagaimana bekerja sama untuk mengeluarkan mimpi dan tujuan tersebut menjadi nyata, seperti contoh tokoh Martin Luther King Jr. Individu magician juga baik dalam mempertahankan fleksibilitas dari struktur dan perilaku tanggung jawab dan respon dari bawahannya. Individu dapat membentuk kerjasama yang sinergis dimana keseluruhan lebih baik daripada beberapa.
Kebutuhan dasar: adalah mempunyai visi, dan bekerjasama bagaimana mewujudkan visi tersebut menjadi realitas. Individu Magician selalu ingin dilihat sebagai individu yang berkarisma dan mempunyai visi, namun juga sedikit misterius dan tidak tertebak.


Sinopsis 

Pencarian horcrux dari Part 1 diteruskan dengan melibatkan peran-peran penting dan juga usaha mencari titik lemah You-Know-Who, yang akhirnya mulai menemukan titik terang. Bukan hanya itu, rahasia lain mulai satu persatu terbongkar tanpa disengaja. Kekuatan Harry sebagai the boy who lived come to die makin terasah, apalagi Harry seperti berbagi pikiran dan kekuatan dengan Voldemort. Kemunculan kata-kata dari trailer Part 2tersebut seperti menjadi penekanan tentang gambaran film keseluruhan. Selain itu, perjalanan Harry menuju medan pertempuran dibayang-bayangi ancaman pasukan Voldemort untuk menghabisi Harry. Lalu tokoh-tokoh yang berperan penting dalam hidup Harry pun memunculkan jejaknya. Hal itu seperti membukakan jalan pada kematian yang konon disiapkan Voldemort untuk bocah yang paling dicari selepas kematian Dumbledore.
Munculnya orangtua Harry dan juga Sirius Black sebelum Harry memulai pertempurannya seperti memberikan kode-kode atas situasi yang mungkin dihadapi Harry. Di sisi lain, mungkin juga pertarungan Harry dengan Voldemort secara tidak ia sadari adalah ajang balas dendam atas apa yang telah menimpa orang terdekatnya. Alam bawah sadar Harry saat itu seperti mendorong dirinya sendiri untuk mengumpulkan keberanian melawan Voldemort. Munculnya sosok-sosok Lily, James dan Sirius seperti hanya dalam pikirannya saja, sama ketika ia bertemu Dumbledore. Pertanyaan Harry pada Dumbledore ”Apakah ini atau nyata?” dijawab dengan ”Semuanya ada di pikiranmu.” Ada keinginan dalam diri Harry yang begitu kuat untuk bertemu Dumbledore dengan segala kebingungan yang luar biasa atas apa yang harus ia lakukan.
Pada akhirnya, Dumbledore pun tetap menyerahkan semua keputusan di tangan Harry. Bangun dan kembali pada pertarungan yang mempertaruhkan hidupnya atau Harry bisa menyerah pada Voldemort tanpa mengadakan perlawanan dan melewati jembatan kematian itu dengan sambutan orang-orang terkasihnya yang lebih dulu tewas dengan tragis.
Bukan hanya seputar kematian dirinya yang menjadi taruhan, misteri kematian orang terdekat Harry satu persatu terbongkar kebenarannya dan juga membongkar misteri lainnya yang telah terkubur. Kebencian Harry atas matinya petinggi Hogwarts, Albus Dumbledore ternyata harus dibayar mahal dengan sebuah rahasia yang dibuka pasca kematian Snape. Tentunya tanpa membaca bukunya, ini merupakan salah satu kejutan apik di penghujung sepak terjang Severus Snape. Mendadak ada sedikit simpati yang muncul berbalik 180 derajat setelah sepanjang enam seri sebelumnya banyak kebencian yang muncul pada tokoh yang diperankan Alan Rickman ini.
Seruan kematian juga menghantui Hogwarts yang seolah redup dan tidak lagi bernyawa pasca kepemimpinan Snape. Guru, staf dan murid Hogwarts seolah kehilangan nyawa dan merasa terancam karena misteri keberadaan Harry. Sekembalinya Harry ke Hogwarts, ternyata ada kepanikan yang melanda karena mereka tahu pasti ada korban ketika Harry muncul. Namun, kepanikan atas serangan dementor dan pasukan Pangeran Kegelapan seolah memicu team Potter untuk mengentaskan nyawa Voldemort dan menjadikan Harry pahlawan sejatinya. Sayangnya, Harry Potter bukan lagi laki-laki lugu yang dibesarkan lewat latar sihir warna-warni. Ia tumbuh dalam kecaman penguasa abadi kegelapan yang konon tidak memberikannya pilihan untuk hidup atau mati, untuk menjadi pahlawan atau pengecut. Apakah mungkin kematian adalah jalan pintas yang abadi? Atau hanya sebagai jalan pembuka bagi seseorang untuk menyebut dirinya pahlawan?
Meskipun tidak banyak berekspektasi, tentu masih ada rasa ingin tahu yang besar tentang bagaimana pertarungan terakhir Harry dan Voldemort akan berlangsung. Sebagai bagian terakhir dari seri yang akan menutup perjalanan cerita Potter dan juga menutup akhir hidup dari salah satu tokohnya, pertarungan hebat diharapkan bisa menjadi tutupan megah. Sejak adegan pertama sebagai sambungan dari Part 1, suasana yang dibangun adalah kelam. Dengan warna yang ditampilkan penuh kegelapan, lalu ketika pertahanan Hogwarts dibangun dengan matera yang dibuat oleh para profesornya makin menambah kegelapan dan kekelaman yang terjadi. Pertarungan massal antara Potter versus Voldemort juga membuat penonton bergidik dan menyiapkan diri siapa pun bisa tewas dari pertarungan hebat itu.
Sayangnya pertarungan hebat yang selayaknya sarat dengan adegan berdarah-darah, yang mungkin sayang dilewatkan meski hanya satu detik saja. Pertarungan sepertinya terfokus pada hancurnya horcrux satu persatu dan juga usaha untuk menghabisi Nagini. Adegan ini beberapa kali dimunculkan, saat Ron & Hermione mengambil taring Basilisk sebagai salah satu senjata ampuh untuk menghabisi Nagini. Adegan tersebut cukup terasa efek dasyatnya sama seperti ketika tiara milik Rowena Ravenclaw musnah di Ruang Penyimpanan. dan juga saat Voldemort merasakan efek pasca hancurnya horcrux tersebut. Kedahsyatan pertarungan secara satu persatu itulah yang lebih terasa daripada pertarungan ketika Harry dan Voldemort berhadapan satu sama lain. Seolah energi mereka telah habis sebelum mereka berdua bertatap muka.



 Genre Horror Dalam Film Harry Potter 
Charles Derry dalam bukunyaDark Dreams: A Psychological History of the Modern Horror Film(1977: 97) membagi genre horor dalam tiga subgenre, yaitu horror-of-personality(horor psikologis), horror-of-Armageddon(horor bencana), dan horror-of-the-demonic(horor hantu).
Dalam film Harry Potter episode Deathly Hollow memiliki 2 sub-Genre Horror sekaligus, yaitu 
yaitu horror-of-personality(horor psikologis) dan horror-of-the-demonic

Horror-of-personality(horor psikologis)
horor psikologis, yang tidak lagi menjadikan tokoh-tokoh mitos, seperti vampir, iblis, dan monster sebagai tokoh utamanya.Dalam horor jenis ini, kita berhadapan dengantokoh-tokoh manusia biasa yang tampak normal, tetapi di akhir film mereka memperlihatkan sisi “iblis” atau “monster” mereka. Biasanya mereka adalah individu-individu yang “sakit jiwa” atau terasing secara sosial. juga dianggap memberikan model psikopat “sejati” yang kemudian akan muncul dalamfilm-film sesudahnya, terutama dengan adegan pembunuhan paling mencekam, yaitu adegan pembunuhan. Menurut Derry, adegan pembunuhan yang sarat dengan kengerian dan cipratan darah ini, kemudian menjadi inspirasi bagi jenis film horor slasheryang mengeksploitasi adegan kekerasan eksplisit yang
melibatkan senjata tajam, seperti pisau, alat pemecah es,kampak,sabit rumput,gergaji mesindan sebagainya.

  Guru, staf dan murid Hogwarts yang merasa terancam oleh Voldemort


Dalam film Harry Potter episode Deathly Hollow, motivasi untuk membuat takut dan kengerian pada penonton ditunjukkan dengan tekanan akan horror pembunuhan dan ancaman kepada seluruh  Guru, staf dan murid Hogwarts. ancaman yang dilakukan oleh Voldemort, karena Hogwarts tidak memihak kepada Voldemort , untuk menyerahkan Harry Potter.
 Horror-of-the-demonic
Film horor jenis ini menurut Derry, menawarkan tema tentang dunia (manusia) yang menderita ketakutan karena kekuatan setan menguasai dunia dan mengancam kehidupan umat manusia. Kekuatan Setan itu dapat berupa penampakan sosok spiritual,  atau dapat pula muncul dalam sosok hantu, penyihir jahat,iblis, setan, dan sebagainya. Sebagai sebuah genre, film horor memiliki beberapa konvensi atau formula yang mencakup seting ruang dan waktu, tokoh, dan alur yang harus dipenuhi.



 Pertempuran antara Voldemort dengan Harry Potter. di Halaman Sekolah Hogwarts. 

      

Sumber 
Mark, M., Pearson, S. C. (2001). The hero and the outlaw: building extraordinary brandsthrough the power of archetypes. New York: McGraw-Hill.
Pearson, S. C., Marr, H. K. (2002), Introduction to archetypes : a companion for understanding and using the pearson-marr archetype. Florida: Center for Applications of Psychological Type, Inc.

Pearson, S. C. (1991). Awakening the Heroes Within: Twelve Archetypes to Help Us Find Ourselves and Transform Our Worldhttp://www.assoc-amazon.com/e/ir?t=rumabelapsik-20&l=as2&o=1&a=0062506781. New York: HarperCollins Publishers.
Gambar : 
https://cinemapoetica.com/harry-potter-and-the-deathly-hallows-part-2-seruan-menuju-kematian-yang-abadi/. 


Rabu, 31 Mei 2017

Perbedaan Naskah Film dan Naskah Drama


Perbedaan Naskah Film dan Naskah Drama
Cahya Surya Harsakya.





Diskripsi sebuah naskah menurut kamus besar bahasa Indonesia
Skenario adalah rencana lakon sandiwara atau film berupa adegan demi adegan yg tertulis secara terperinci.  Skenario, adegan layar (screenplay) atau naskah film ialah cetak biru yang ditulis untuk film atau acara televisi. Skenario dapat dihasilkan dalam bentuk olahan asli atau adaptasi dari penulisan yang sudah ada seperti hasil sastra.



NASKAH DRAMA

NASKAH FILM
Ruang lingkup  
Lebih singkat hanya dalam 1 ruang dan waktu
Lebih kompleks dan rumit terdiri dari banyak ruang, tempat  dan waktu. Termasuk kompleksitas alur.
lingkup cerita/ alur
drama terjadi dalam waktu riil; bukan berarti ceritanya nyata, tetapi penampilannya sebenarnya dilakukan secara langsung dan dengan demikian segala sesuatu yang terjadi di atas panggung bisa terjadi di belakang panggung juga.

film bisa memiliki 70 adegan pada 70 lokasi dengan ratusan peran (dengan latar belakang yang ekstra, dll). Lain dengan drama yang hanya terjadi di satu panggung.
Ruang lingkup film luasmencakupberbagai tempat, area dan setting.


Actor (pemeranan)
lingkup drama biasanya kecil, disertai dengan satu cerita inti dengan beberapa aktor yang cukup untuk menampilkannya. Karena drama dilakukan pada waktu yang riil, setiap malam pertunjukan, naskah drama anda tidak harus mencakup peran-peran yang memerlukan aktor tambahan untuk hanya satu adegan.
Dalam sebuah drama, anda harus menyewa aktor untuk memainkan peran itu dengan latihan berminggu-minggu dan setiap malam pertunjukan. Begitu banyak drama dengan berbagai karakter tambahan yang sering memiliki satu atau lebih pemeran ensemble untuk bermain pada bagian peran yang kecil.
Dalam film,seorang aktor hanya mungkin bermain pada satu adegan Misalnya, penjual hot dog di taman. Dia hanya memiliki satu atau dua hari untuk dipekerjakan, merekam adegan, dan lain sebagainya. Ini menghemat uang untuk penyewaan bakat, serta menghemat ruang di belakang panggung.
Semua aktor dalam film tidak harus ada pada waktu yang sama; aktor bermain pada sebuah panggung yang disediakan. Sementara dalam drama juga dapat memiliki banyak sekali adegan, paling selebihnya hanya terbatas pada beberapa set inti, karena setiap kali ada perubahan lokasi, satu kru harus benar-benar berjalan dan memindahkan latar pemandangan

Format cerita
Beberapa drama yang lebih tradisional akan ditulis dalam tiga babak, membuat setiap peran harus memiliki satu set baru (lokasi baru).

 Sedangkan untuk sebuah naskah film, mudah sekali melompat ke lokasi lain (dan kembali dalam adegan yang sama) karena mereka akan direkam pada hari yang berbeda di berbagai tempat.

dialog
Kisah dalam naskah drama diceritakan dalam dialog. Ini adalah aturan yang tidak tertulis pada teater dimana banyak sutradara dan para aktor memilih arahan di panggung sebagai saran saja. Dialog, bagaimanapun juga, diatur baku. Dengan demikian, babak pada drama akan menggerakkan cerita melalui dialog.
Film bukan hanya menceritakan apa yang akan terjadi ketika mereka tidak berbicara,  film dilukiskan dengan gambar. Hal ini membawa kita pada dialog.
Naskah
Naskah drama cenderung untuk tetap bertahan pada sebuah adegan yang lebih lama dari sebuah film untuk alasan tersebut.
Drama adalah pengendali dialog. Anda akan melihat pada naskah drama, dialog sangat jauh melebihi arahan di panggung. Format ceritanya sudah mencerminkan hal ini. Dialog dalam drama diberikan dengan batas yang lebih luas,  sementara aksi (atau arahan panggung diberikan dengan batas yang kecil---kebalikan dari spesifikasi naskah film).

naskah film memiliki keseimbangan yang lebih besar antara dialog dan juga aksi (dan aksi yang kadang-kadang jumlahnya benar-benar lebih banyak); ini karena film adalam sebuah media visual. Anda akan mendapatkan kedekatan dan gambar pemandangan yang lebar yang tidak bisa anda dapatkan di atas panggung. Dengan demikian,  naskah film menekankan pada penggambaran visual.


Dalam menulis naskah skenario drama teater ataupun film, seorang penulis dituntut mampu menerjemahkan setiap kalimat dalam naskahnya menjadi sebuah gambaran imajinasi visual yang dibatasi oleh format pandang panggung ataupun  layar bioskop atau televisi, oleh karena itu kreativitas sangat penting dalam proses penulisan.
Kreativitas dan gagasan segar sangat dibutuhkan selama menyusun ide cerita menjadi naskah skenariobaik pementasan drama ataupun film. Dengan adanya kreativitas dan gagasan-gagasan baru tersebut diharapkan akan muncul cerita-cerita film yang beragam, dan tidak monoton.
Semakin berkembangnya dunia hiburan, kebutuhan naskah skenario semakin besar. Bukan hanya naskah untuk film saja, namun juga naskah skenario untuk berbagai acara televisi, termasuk iklan.



Sumber;
Kanus Besar Bahasa Indonesia 2010.
RMA.Harymawan . Dramaturgi. 1988.  Rosdakarya: Jakarta.
Patz,Deborah S.; Film Production 101: The Ultimate Guide For Film and Television Production Management And Coordination, Michael Wiese Production.
Naratama, 2004; Menjadi Sutradara Televisi. Grasindo:Jakarta.
 Fred Wibowo, 2007,teknik Produksi Program TV. Pinus;Jakarta.
Elizabeth Lutters,2004. Kunci sukses menulis skenario. Grasindo : Jakarta.
Anton Mabruri KN.2005. Manajemen Produksi Program Acara TV (format acara drama).Grasindo : Jakarta. 
Anton Mabruri KN.2005. Manajemen Produksi Program Acara TV (format acara Non – drama, News dan Sport).Grasindo : Jakarta.    


Sabtu, 15 April 2017

BAB I
PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang

Pelaksanaan pendidikan dan pengajaran bagi sebuah pendidikan tinggi seni, khususnya Program Studi S-1 Televisi dan Film tidak hanya cukup dilaksanakan di kampus saja. Sangat diperlukan proses pengayaan diri melalui pengalaman belajar bekerja secara nyata di dunia industri sesuai dengan bidang profesi yang ditekuni mahasiswa sebagai penyempurna dalam pencapaian kompetensinya.
Jika pendidikan di dalam kampus dititikberatkan pada pengembangan wawasan keilmuan dan akademik, pembekalan dasar keahlian, dan pengembangan kreativitas, maka pengalaman belajar bekerja secara terstruktur dapat dimanfaatkan mahasiswa, untuk menerapkan ilmu yang diperolehnya sambil mengenali jenis kompetensi dan standar profesionalitas yang dituntut oleh dunia kerja. Melalui pelaksanaan kerja profesi ini mahasiswa dapat merasakan bagaimana bekerja di sebuah perusahaan yang diinginkan, dan mahasiswa juga dapat mengembangkan pengetahuan yang didapatkannya dari pembelajaran di kampus.
Menjadi seorang Art. Director di salah satu televisi bukanlah sebuah hal yang mudah. Hal ini dikarenakan Art Director. harus bekerja secara siap waktu sebelum dilakukannya produksi agar sebuah program acara dapat ditayangkan tepat waktu. Maka dari hal tersebut, mahasiswa dituntut untuk disiplin dalam melaksanakan pekerjaannya. Menghargai waktu dan dapat bekerja sama dengan tim kerja yang sudah ditentukan adalah satu hal yang penting dalam menjadi seorang Art. Director di stasiun televise, baik local maupun nasional.
Oleh sebab itu, mahasiswa Program Studi S-1 Televisi dan Film ISI Surakarta berkewajiban mengamati sekaligus mengalami secara langsung penerapan kompetensi yang telah dikembangkan selama kuliah lewat praktik belajar-bekerja atau magang di dunia kerja yang sesungguhnya. Belajar-bekerja atau magang ini dapat diwujudkan melalui pelaksanaan kuliah Kerja Profesi (KP).


  1. Tujuan Penyelenggaraan Kerja Profesi

Pelaksanaan kuliah Kerja Profesi Program Studi S-1 Televisi dan Film ISI Surakarta ini bertujuan untuk:
1.      Merealisasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi sesuai visi, misi, dan tujuan ISI Surakarta.
2.      Mahasiswa belajar menerapkan ilmu pengetahuan di lingkungan masyarakat/dunia kerja/industri.
3.      Mahasiswa belajar/mengenal/mengalami suasana kerja secara langsung bagaimana menjadi seorang Art. Director  di stasiun televisi.
4.      Mahasiswa mengetahui sistem kerja dengan pembagian divisi yang sudah ditentukan oleh perusahaan.
5.      Mahasiswa belajar mengembangkan kemampuan bekerjasama interpersonal skill (human relation).
6.      Mengadaptasikan mahasiswa dengan perkembangan pertelevisian saat ini.


  1. Manfaat Penyelenggaraan Kerja Profesi

Pelaksanaan kuliah Kerja Profesi untuk mahasiswa Program Studi S-1 Televisi dan Film ISI Surakarta ini memberi manfaat baik bagi mahasiswa, lembaga pendidikan (Prodi Televisi dan Film ISI Surakarta), maupun dunia industri.
1.   bagi mahasiswa
a.       Sebagai peralihan dari suasana akademik/kampus ke dunia kerja yang sesungguhnya, sehingga pengalaman tersebut dapat dipakai untuk mempersiapkan diri dari segi mental dan kompetensi menghadapi kebutuhan industri pertelevisian terutama di bidang Art. Director.
b.      Sebagai usaha memantapkan kesiapan profesi di bidang Art. Director.
c.       Dapat menjalin relasi secara profesional dengan pihak industri/perusahaan.
d.      Mendapatkan sebuah wacana yang baru, dan dapat sebagai pertimbangan di masa depan.
2.   bagi lembaga pendidikan
a.       Merupakan salah satu cara evaluasi pencapaian kompetensi lulusan terutama di bidang Art. Director ataupun Produksi program acara.
b.      Dapat menjalin kerjasama mutualistis dengan pihak industri atau perusahaan.
c.       Dapat mewakili eksistensi program studi Televisi & Film ISI Surakarta.
d.      Dapat memperoleh informasi dari industri/perusahaan tentang kompetensi dan kualifikasi sumber daya manusia yang dibutuhkan.

  1. Waktu Penyelenggaraan Kerja Profesi

Kerja profesi dilaksanakan selama satu bulan sejak tanggal 18 Mei 2010 sampai 18 Juni 2010. Jam kerja dimulai pada hari Senin sampai Sabtu mulai pukul 09.00 – 17.00. Selama 1 bulan ketentuan jadwal kerja profesi dilakukan menyesuaikan dengan jadwal perusahaan, masuk dari hari Senin hingga hari Sabtu, dan libur pada hari Minggu. Bila ada libur nasional tetap masuk kerja dikarenakan sudah terkena jadwal harian. Apabila pada hari Minggu ada acara live baik diluar ataupun di dalam stasiun televisi, maka tetap masuk kerja pada produksi tersebut.   

  1. Lokasi Penyelenggaraan Kerja Profesi

Institusi yang dituju adalah :
1. Nama Institusi                          : P.T Terang Abadi Televisi ( TATV ).
2. Unit/Bagian                              : Produksi dan Art Departement.
3. Bidang                                     : Pra dan Produksi acara.
4. Alamat                                     : Gedung Terang Abadi Televisi ( TATV ). 
                                                                
Jl. Brigjend. Katamso No. 173 Surakarta.


BAB II
MATERI DAN METODE KERJA PROFESI

A.  Materi Kerja Profesi
1.   Materi Umum.
    Media televisi menjadi media yang menyajikan sebuah pertunjukan audio visual  yang dikemas secara baik didalamnya. Media ini sangat diminati oleh masyarakat dalam menyajikan informasi. Masyarakat bisa dengan mudah mengakses informasi lewat program acara yang ditayangkan oleh sebuah stasiun televisi. Proses pengerjaan tayangan sebuah program acara dibagi menjadi tiga bagian yaitu, Praproduksi yang diketahui menjadi proses yang dilakukan sebelum melakukan produksi (pembuatan rundown acara, casting, pembuatan naskah, prepare dan set studio), Produksi yang menjadi proses pembuatan atau pengambilan gambar yang dibutuhkan sesuai dengan naskah yang telah dibuat, Pascaproduksi sebagai proses terakhir dalam pengerjaan program acara televisi sebelum ditayangkan. Dalam hal ini Art. Director Departement berperan penting ( vital ) dalam pelaksanaan Praproduksi, Art. Director dibagi atas 2 divisi :
1.      Divisi Tata rias. & wardrobe. ( meliputi tata rias talent / pemain dan persiapan kostum yang akan digunakan pemain, MC, talent program acara, pembawa berita, make – up aktris, dll ).
2.       Divisi Tata artisitik ( meliputi, desain panggung yan akan digunakan, tata cahaya panggung dan jenis – jenis setting panggung, baik buil – up ataupun set. Permanent.  
Tata artistik dan setting lokasi menjadi sebuah proses awal dari produksi film. Tidak berbeda dengan stasiun televisi, bahwa proses penataan setting panggung menjadi bagian paling awal dari sebuah produksi program acara in – door.
    Saat dilaksanakannya kerja profesi, didapatkan posisi sebagai Art. Director. Peran Art. Director sendiri di perlukan dalam sebuah produksi program acara televisi di studio ( in – door ). Saat dilaksanakannya kerja profesi, tugas yang langsung didapat adalah menjadi Art. Departement program acara Musik dan Talk show yang ditayangkan hampir setiap hari. Instruktur sangat banyak memberikan materi tambahan dalam hal penataan artistik dan setting studio, baik dalam pemahaman penggunaan tata warna dan cahaya, pemilihan gambar yang tepat, mambuat efek dan backdroup yang cocok, agar di dalam produksi mendapatkan minat dari audience yang menonton acara tersebut. Karena warna pada setting yang diterapkan berbeda setelah gambar panggung tersebut diambil kamera dan masuk secara live, perbedaan warna pada kamera yang harus diperhatikan oleh team work Art. Director.               

2.       Materi Khusus.
Baik-tidaknya sebuah program acara in – door ataupun studio, paling awal ditentukan oleh Art. Departement. Art. Director merupakan penggarap pertama studio, sebelum team produksi masuk ke studio untuk produksi secara live. Sebuah acara sering terasa membosankan karena Art. Director tidak berperanan, hanya sebagai pelaksana saja atau hanya mengalihkan kembali yang tercantum dalam rundown program acara. Apalagi kalau ia sendiri tidak memiliki cita rasa seni yang merangsang hadirnya kreativitas. Sebaliknya, jika Art. Director itu mempunyai penafsiran yang kreatif terhadap suatu setting studio yang akan diproduksi, maka ia akan memadukan gambar desain sedemikian rupa sehingga setting panggung bisa lebih baik dari apa yang dibayangkan produser sebelumnya. Dengan kata lain, acara  menjadi lancar dan menarik, atau sebaliknya, jadi membosankan, sering merupakan tanggung jawab seorang Art. Director.
Hal ini membuktikan bahwa Art. Director menjadi bagian penting dari sebuah proses produksi program acara live, dimana Art. Director sendiri harus kreatif dalam mengerjakan tugasnya. Tak berbeda jauh dengan dunia film, saat dilaksanakannya kerja profesi di stasiun televisi TATV berfikir cepat dan kreatif saat melaksanakan tugas agar tayangan sebuah program acara menjadi menarik untuk ditonton adalah sebuah tuntutan yang harus dapat dilaksanakan. Apalagi jika Art. Director dihadapkan dengan program televisi kejar tayang diluar stasiun televisi tersebut, misalnya Live Clevo di Solo Square, seorang Art. Departement dituntut bekerja lebih cepat dan harus mampu mengatasi kesalahan baik teknis maupun non teknis.
    Di dalam proses praproduksi Art. Director harus melalui beberapa bagian. Pertama seorang Art. Director harus memahami atau mengetahui tentang segala hal yang berhubungan dengan proses tata artistik panggung program acara live, baik teknis maupun non teknis. Kedua seorang Art. Director harus dapat memilih setting desain gambar sesuai dengan rundown acara yang telah dibuat oleh asisten produser acara. Ketiga seorang Art. Director harus bisa memilih dan menyusun desain gambar yang harus diterapkan pada setting panggung program acara tersebut sebagus mungkin sesuai yang diharapkan oleh produser acara. Keempat Art. Director harus dapat membangun kerjasama baik didalam tim produksi maupun didalam divisinya sendiri. Dalam kerja profesi, diajarkan oleh instruktur untuk melakukan empat hal di atas dalam program acara yang dikerjakannya.

B. Metode Kerja Profesi

1. Pengumpulan Data Primer
a.      Observasi
Keinginan untuk merasakan kerja profesi di salah satu stasiun televisi swasta yang ada di Indonesia menjadi faktor pertama yang dirasa. Informasi tentang bagaimana proses masuk sebagai anak magang digali lewat media internet dan bertanya kepada kakak tingkat ataupun dosen yang pernah melakukan kerja profesi distasiun televisi baik nasional maupun regional. Televisi nasional mayoritas berpusat di Ibukota Jakarta. Setelah banyak digali informasi tentang kerja profesi atau magang, akhirnya didapat beberapa kesempatan untuk memasukkan proposal yaitu di beberapa stasiun televisi Lokal maupun nasional di Jawa diantaranya TATV Surakarta. Banyak kendala yang dihadapi ketika harus melakukan kerja profesi di stasiun televisi nasional yang kebanyakan berpusat di Jakarta. Mahalnya biaya hidup di Ibukota menjadi faktor utama untuk mengurungkan niat melakukan kerja profesi disana. TATV Surakarta dipilih juga bukan karena faktor murahnya biaya hidup di kota tersebut, melainkan karena memang kualitas stasiun televisi tersebut mampu bersaing dengan stasiun televisi swasta lainnya.
Proses awal untuk melakukan kerja profesi di TATV adalah mengirimkan proposal kepada pihak manajemen untuk diproses dan diseleksi. Setelah diproses, peserta magang akan dipanggil pada waktu yang ditentukan. Dan peserta kerja profesi akan diwawancara agar dapat diketahui bagian mana peserta dapat melaksanakan kerja profesinya.
Pengamatan dilakukan pada minggu pertama. Hal ini dilakukan agar dapat diketahui lebih banyak tentang cara kerja Art. Departement di stasiun televisi. Seperti yang diketahui, proses atau langkah kerja Art.Director pertama adalah membaca dan memahami rundown dan jadwal program acara yang dibuat oleh asisten produser. Setelah itu sebelum memulai penataan setting panggung, seorang Art.Director memastikan bahan-bahan yang akan disusun terlebih dahulu.
Art director atau penata artistik bisa jadi profesi yang menyenangkan, apalagi buat orang yang memang punya darah dan minat pada seni serta bisa bekerja secara mobile tanpa terikat waktu. Profesi ini bisa jadi salah satu alternatif.
Art director tak hanya pada di satu bidang pekerjaan saja, seorang penata artistik bisa diperlukan di dunia periklanan misalnya, atau dunia televisi dan dunia film. Sementara yang akan dibahas di sini lebih pada penata artistik di dunia pertelevisian.
Saat ini produksi program acara nasional semakin meningkat,  Baik dari segi mutu maupun dari segi jumlah program televisi yang dihasilkan. Minat masyarakat pada program – program acara dalam stasiun televisi juga semakin membaik, terbukti dengan semakin banyaknya program – program yang ditawarkan sehingga penonton punya banyak pilihan yang diinginkan untuk ditonton. Mulai dari talk show, live performe musik, kuis atau tayangan variety show. Dan kenyataannya, banyak juga program – program yang telah diproduksi adalah karya-karya produser muda.
Tanggung jawab seorang penata artistik adalah semua benda yang dilihat penonton saat menyaksikan sebuah tayangan program acara. Pembuatan set, atau setting dari sebuah segment menjadi tanggung jawab penata artistik untuk mengaturnya agar terlihat lebih ‘hidup’ dan seperti dalam ruangan nyata. Misalnya saja setting pada sebuah adegan adalah di ruang tamu, maka art. Director harus dapat ‘menyulap’ sebuah studio, menjadi sebuah set ruang tamu lengkap dengan segala macam perlengkapannya.
Seorang art director dalam struktur perfilman, bekerja di bawah production designer secara langsung, dan di atas set designer dan berada dalam level yang sama dengan set decorator. Kewajiban mereka yang terbesar adalah berbagi aspek administratif dalam art department, seperti pembagian tugas pada tiap personel, penyiapan bujet, scheduling serta mengatur dan menjaga quality control. Biasanya juga mereka bekerjasama dengan bagian yang lain, terutama bagian konstruksi, dalam membuat set dari sebuahprogram acara.

b.      Wawancara
Selain melakukan pengamatan secara langsung di sela-sela kesibukan bekerja, juga digali informasi yang lebih jelas dari Instruktur untuk mengetahui bagaimana cara kerja art director pada pra produksi program acara. Wawancara merupakan kegiatan tanya jawab langsung dengan instruktur kerja profesi. Wawancara ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas, akurat dan mendalam. Wawancara dengan instruktur, dilakukan di setiap mendapatkan kesempatan selama pelaksanaan kerja profesi. Dalam wawancara, didapatkan banyak jawaban yang menambah wawasan tentang bagaimana proses pra produksi program acara televisi yang berkualitas yang belum pernah penulis dapatkan semasa perkuliahan. Selain dengan Instruktur, juga dilakukan wawancara dengan beberapa Asisten Produser, dan teman-teman art director, hal ini dilakukan agar dapat mengetahui lebih banyak lagi tentang dunia art director. Jawaban yang diberikan membuat ingin lebih tahu banyak lagi tentang dunia art director. Selain itu juga didapatkan banyak pengetahuan tentang langkah-langkah efektif pada saat pra produksi acara televisi.

c.    Partisipasi
Dalam melaksanakan kerja profesi secara bertahap dibimbing oleh instruktur yang disini juga sebagai pembimbing lapangan. Partisipasi dilakukan sejak tanggal 18 Mei sampai 18 Juni 2010 sesuai dengan jadual yang telah diberikan oleh koordinator bagian art director. Jadwal harian juga dibuat terlampir dalam laporan ini. Adapun proses partisipasi yang telah dikerjakan adalah pada program-program seperti berikut ini:
1. Nyampur Sari
2.  Kring Dangdut
3.  Solusi untuk sehat
4.  TMT ( Total Musik TATV )
5.  Jagong Sar Gede
6.  Sudut Pandang
7.  UNS Menyapa
8.  Oemah Joglo ( Obrolan Jogja Solo )
9.  On _ Line Plus ( Talk Show )
10.      Special talk Show.  

2. Pengumpulan Data Sekunder

     a. Analisis Data dan Rekaman
Dokumen dan rekaman perusahaan merupakan data yang dimiliki perusahaan dalam bentuk dokumen dan data soft file baik berupa rundown program ataupun audio visual dalam bentuk kaset betacam, minidivi dan DVD.
Dalam hal ini data yang diperoleh berupa data foto dan rundown acara yang dilaksanakan pada tanggal 18 mei – 18 juni 2010.

b. Studi Pustaka
Dengan berbekal materi yang disampaikan di kampus, pengumpulan data diperkaya dengan beberapa artikel yang ada didalam perpustakaan TATV, web TATV, juga artikel “Art. Director dan Tata Artistik” yang ditulis Diki Umbara dari Bina Sarana Informatika, 31 Maret 2008 Disadur dari Buku “1 Seni & Peranan Tata Artistik, Japan International Cooperation Agency”, dari referensi tersebut dapat dipahami proses kerja art. Director selama kerja profesi berlangsung. Apa yang telah dibaca dapat diaplikasikan langsung di dunia kerja. Selain itu juga dilakukan studi pustaka dari data-data yang diberikan oleh Instruktur di setiap program yang melibatkan Art. Director dalam acara di studio TATV.






BAB III
PELAKSANAAN KERJA PROFESI

A.  Tinjauan Umum Perusahaan

      1. Sejarah Perusahaan
Belajar dari sejarah pertelevisian Indonesia baik televisi swasta maupun pemerintah secara mencermati dari semua perkembangan bisnis pertelevisian yang telah menjadi bahan pertimbangan bagi pemrakarsa berdirinya PT. Terang Abadi Televisi ( TATV ). Meskipun bukan merupakan stasiun televisi swasta yang pertama dan satu – satunya yang dapat diterima di Kota Surakarta, namun nilai – nilai karateristik yang unik dengan kekayaan sumber daya manusia dan budayanya di wilayah Surakarta ini memberikan potensi yang besar untuk dikembangkan dan dikemas dalam suatu produk penyiaran.
Sebagai suatu kota dengan letak strategis di wilayah segitiga pertumbuhan JOGLOSEMAR dan merupakan pusat kebudayaan Jawa Tengah dengan tingkat kemajuan usaha yang cukup pesat dalam dunia usaha dan pariwisata yang menjadikan Kota Surakarta sangat potensial untuk didirikannya stasiun televisi. Oleh karena itu banyak hal yang akan dimanfaatkan dari potensi daerah yang dimiliki ini sehingga diharapkan keberadaan stasiun televisi ini dapat menjadi yang terbaik dalam mengangkat potensi daerah secara profesional, aktif dan kreatif, dan menyajikan tayangan yang menarik pemirsa.
TATV didirikan pada tanggal 1 Juli 2003 dan telah diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah pada tanggal 1 September 2004. Dalam pendiriannya TATV berkeinginan untuk berpartisipasi dalam mewujudkan visi dan misi Kota Surakarta dan tetap menjaga khasanah lingkungan dan memperluas wawasan serta ikut meningkatkan moral, pendidikan, budaya dan kesejahteraan masyarakat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan media massa modern.
Keberadaan TATV dimaksudkan sebagai media tayangan yang bisa menjadikan tontonan dan tuntunan bagi pemirsanya. TATV berusaha untuk dapat memberiakn pelayanan berupa jenis siaran yang beragam, interaktif, atraktif, dan up-to date, sehingga diharapakn TATV dapat diterima di semua lapisan masyrakat, khususnya kota Solo, Jogjakarta, dan Jateng.
Pada tangal 29 April 2005, TATV mulai melakukan siaran on air, dan disebut ”jelang Tayang Perdana”. Pada awalnya, TATV hanya melakukan siaran selama 3 (tiga) jam, dengan acara yang belum beragam. Setelah TATV melakukan grand lounching pada tanggal 1 September 2004, TATV mulai melakukan siaran selama 8 (delapan) jam perhari.
Misi TATV adalah menjadi televisi yangmemberi pencerahan pada paradigma berpikir dan berperilaku masyarakat pemirsa menuju pambangunan manusia Indonesia seutuhnya. Denagn hadirnya TATV, diharapkan dapat mambangun pola berpikir masyarakat supaya lebih baik lagi, sehingga dapat membangun manusia Indonesia seutuhnya. Visi TATV adalah memberi sumbangsih yang bearti guna kemajuan daerah dan masyarakat pemirsa dalam segala bidang kehidupan, melalui perubahan paradigma berpikir dan berperilaku.
TATV yang bermoto ”TATV MANTEB –MASA KINI DAN BERBUDAYA” ini beralamat di Jl. Brigjen Katamso No. 173, Mojosongo, Surakarta 57127. Dengan jam siaran 18 ( delapan belas ) jam per hari, mulai jam 06.00 – 24.00 WIB. Susunan program TATV berangkat dari informasi dan edukasi yang disajikan dalam bentuk hiburan ( entertaiment ), yang bertujuan untuk menjangkau pemirsa dari segala usia, khususnya keluarga. Komposisi program acara TATV dikategorikan sebagai berikut ;
·         Hiburan : terdiri dari acara musik, film dan drama, program acara anak, dan program acara variasi ( variety show ).
·         Berita, olahraga dan feature, terdiri dari aneka macam berita ( Lokal, nasional dan mancanegara ), talk show, ceremonial, olahraga ( berita olahraga dan profil atlet ), dll.
TATV merupakan perusahaan jasa. Jasa yang dijual oleh TATV adalah berupa jasa pembuatan pemasangan iklan, liputan, pendapatan untuk menyeponsori suatu program acara tertentu, dan promo album / lagu. Hingga saat ini, tayangan – tayangan TATV lebih dari 60% telah diproduksi sendiri oleh TATV. Dengan berguru pada pengalaman, dan stasiun – stasiun TV lokal yang lain, maka TATV terus berkembang, memperbaiki kualitas tayangan, dan terus berupaya supaya dapat dinikmati oleh semua pemirsa Surakarta pada khususnya, dan seluruh pemirsa se – Jteng dan DI Yogyakarta pada umumya.
TATV dibagi menjadi 3 ( tiga ) divisi utama, yaitu divisi pembaritaan, divisi marketing, dan divisi operasional :
a.       Divisi Pemberitaan
Divisi pemberitaan adalah divisi yang paling inti, yang mempunyai kewajiban untuk mencari, mengolah, dan menghasilkan berita yang akurat, up – to date dan relevan. 
b.      Divisi Marketing
Merupakan divisi yang menjadi tulang punggung pemasukan TATV. Karyawan yang ditempatkan pada divisi marketing bertugas untuk mencari pihak lain ( klien ) yang berminat memasang iklan, mengadakan liputan, memberikan sponsor pada program acara tertentu, dan melakukan promosi – promosi lainnya.    
c.       Divisi Operasional
Merupakan divisi yang bertanggung jawab atas seluruh kegiatan administratif dan operasional perusahaan.
Seluruh divisi ini saling mendukung, bersatu dan saling melengkapi, sehingga diharapkan terjalin suatu hubungan kerja yang teratur, nyaman dan harmonis.   
     
2. Visi dan Misi Perusahaan
Sebagai perusahaan yang terjun di bidang industri televisi, PT. Terang Abadi  Televisi mempunyai visi dan misi sebagai pedoman perusahaan dalam perkembangannya. Adapun visi dan misi tersebut antara lain :

  Visi
Menjadi televisi yang memberi pencerahan pada paradigma berpikir dan berperilaku masyarakat pemirsa, menuju pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.


    Misi
a.       Memberikan informasi yang lebih kepada masyarakat sekitar melalui peningkatan program-programnya sesuai dengan kondisi masyarakat Surakarta yang umumnya menengah kebawah.
b.      Memberikan Sumbangsih yang berarti guna kemajuan daerah dan masyarakat pemirsa dalam segala bidang kehidupan, melalui perubahan paradigma berpikir dan berperilaku.    
c.       Melalui program siarannya, menjadi partner bagi masyarakat dan pemerintah daerah dalam ikut mensukseskan program-program pembangunan untuk kepentingan mayarakat khususnya Surakarta.
d.      Membuat program-program siaran uanggulan yang menggambarkan kebudayaan masyarakat Surakarta, baik program yang bersifat kesenian seperti program acara "Keroncong" dan "Nyampur Sari", maupun program – program talk show seperti ” ON_Line Plus ” dan ”Jagong Sar Gede” .

3.       Manajemen & Data Perusahaan
Sebagai sebuah perusahaan regional di Jawa Tengah, TATV telah mempunyai kantor dan manajemen yang berkembang pesat. Adapun data pada Terang Abadi Televisi (TATV ) sebagai berikut :
·         Nama Lembaga                       :  PT. TERANG ABADI TELEVISI  
·         Nama Sebutan Di Udara         :  TATV
·         Alamat                                    : Gedung Terang Abadi Televisi ( TATV ). Jl. 
                                                        Brigjend. Katamso No. 173 Surakarta.
·         Telp.                                        : 0271 – 852643, 0271 – 858111
·         Fax.                                         :  +62-271-852643, 852522 ,+62-271-852522.
·         Web Site                                 :  http://www.tatv.co.id

Selain berpusat di Surakarta, TATV  juga mempunyai beberapa biro cabang untuk mendukung penyiaran, diantaranya :
  1. Stasiun TATV Biro Yogyakarta :  Jln. Gajahmada No. 52 Yogyakarta  Telp; 0274 – 510792.TATV
  2. Biro Jakarta : Jln. Tawakal Ujung. Blok A.5 Grogol, Jakarta.  Telp. 08161393275. E-Mail; http://www.tatv.co.id.

      4.   Struktur Organisasi
Adapun struktur organisasi yang dimiliki TATV terbagi menjadi 3 ( tiga ) divisi utama, yaitu ; divisi pemberitaan, divisi marketing, dan divisi operasional.

1.      Pimpinan ( Direksi )
Pimpinan dipegang oleh satu direktur utama yang bertanggung jawab menyangkut kepentingan intern perusahaan. Tujuan pimpinan adalah sebagai berikut :
a.       Sebagai pejabat tertinggi dan memimpin perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan serta mengambil kebijakan – kebijakan yang berhubungan dengan pihak luar perusahaan.
b.      Mengawasi hasil kegiatan perusahaan dan administrasi melalui manajer – manajer perusahaan yang ada.
c.       Menilai dan mengevaluasi hasil kegiatan perusahaan secara berkala.   

2.       Divisi Pemberitaan
Divisi Pemberitaan dipimpin oleh direktur pemberitaan, dan dibantu oleh general manajer ( GM ) pemberitaan. GM Pemberitaan membawahi bagian Pemberitaan dan bagian Special Program.

3.       Divisi Marketing
Merupakan divisi yang bertanggung jawab terhadap hal – hal yang berhubungan dengan promosi dan pemasaran. Divisi marketing dipimpin oleh Direktur Marketing yang dibantu oleh seorang GM Marketing dan asisten GM Marketing. GM Marketing membawahi bagian – bagian yang saling terkait dalam kegiatan marketing perusahaan, yaitu Promo, Art & Property, dan marketing.

4.       Divisi Operasional
Divisi operasional adalah divisi yang paling kompleks dalam struktur organisasi TATV, karena hampir semua kegiatan penting perusahaan masuk ke dalam divisi ini. Divisi operasional dipimpin oleh Direktur Operasional, yang dibantu oleh GM Operasional dan AGM Operasional. GM Operasional membawahi bagian – bagian yaitu : Teknik dan Operasional, Produksi, Program, IT ( Information Technology ), keuangan, HRD, dan GA & ME.     

5.  Unit Usaha
Jasa menjadi faktor usaha yang banyak diminati oleh kalangan pengusaha, karena dunia ini sangat menjanjikan dari segi peluang maupun pendapatan. Salah satu jenis usaha yang bergerak dibidang jasa yang cukup bergengsi untuk dikelola saat ini adalah dunia penyiaran televisi. TATV merupakan perusahaan yang melayani penjualan jasa penayangan iklan, liputan, sponsor/event, promo album dan musik. Dalam pembuatan program acara Televisi ada beberapa dibuat secara live dan taping.

6. Segmentasi Pemirsa
Segmen pemirsa TATV adalah seluruh eks Karisidenan Surakarta. Dipilih karena TATV ingin lebih dekat dengan masyarakat dari kalangan menengah ke bawah. Pemirsa TATV memiliki karakter khas masyarakat Jawa Tengah yaitu bersifat tradisi, memiliki kecintaan tinggi terhadap budayanya, solidaritas yang kuat, lugas dan ekspresif, memiliki keingintahuan yang tinggi, senang terlibat dalam acara televisi, dan agamis. Dengan beberapa dasar tersebut maka TATV membuat program yang betul-betul dekat dengan masyarakat. Salah satunya adalah konsep program yang banyak melibatkan masyarakat sebagai peserta. Format Live dan Interaktif dengan pemirsa tentunya sangat di nanti. Disamping itu juga menggunakan bahasa Jawa, di beberapa program, tidak ketinggalan juga memperbanyak kegiatan Off Air terutama pada program unggulan. Dalam penempatan program (schedulling) TATV memakai pertimbangan yaitu waktu menonton pemirsa (viewing habit), jenis pemirsa (segmen pemirsa), kompetisi program di stasiun televisi lain, dan jenis program/content yang dimiliki.

7.      Logo Perusahaan

 






Dengan desain warna biru dan ketegasan bentuk huruf, TATV melambangkan acara yang meng – global. Dan titik merah pada huruf  “A” merupakan symbol TATV sebagai pusat centre poin. Dengan ini tidak melupakan tanggung jawab sebagai pembawa pesan secara global, TATV juga melihat pentingnya pengaruh baik bagi kehidupan masyarakat Indonesia yang lebih baik sebagai konsumen acara – acara / program – program TV. TATV merasa perlu memberikan warna yang berbeda pada setiap produk acaranya dengan mengedepankan hal-hal yang positif. Sebagai agen informasi, TATV memiliki centre poin  idealisme untuk memberikan berbagai dampak bagi perkembangan dan kemajuan masyarakat Jawa Tengah dan DIY secara khusus dan Indonesia secara umum.

8.  Komposisi Program
Dari data yang didapatkan,TATV mengudara rata-rata 18 jam per hari. Sampai saat ini banyak program baru yang selalu ditayangkan oleh TATV secara rutin selama tujuh hari dalam seminggu mulai pukul 06.00 – 24.00 WIB.
Komposisi program di TATV yaitu terdiri dari muatan program lokal TATV. Program yang di sajikan antara lain News, Talk show, Reality Show, Variety Show, Feature, Sport, Komedi, TV Magazine, ceremonial, Program anak, Quiz, Musik.
Berikut ini merupakan komposisi program yang didapatkan dari company profile TATV :

Unsur yang terkandung  :  10 % universal
                                           90 % lokal
Format Siaran                 :  Live, Taping
Sumber program             :  10% Luar negeri
                                           10% Lokal Nasional
                                           80% Lokal Jawa Tengah.

9. Akses Siaran
Siaran TATV dapat diakses diwilayah Jawa Tengah, eks karesidenan Surakarta ( SUBOSUKOWONOSRATEN ) meliputi, Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen dan Klaten, juga sebagian D.I Yogyakarta. Sesuai dengan no. Ijin siar Keputusan Gubernur Jawa Tengah No. 483/129/2003, bahwa stasiun TATV beroperasi dengan channel 50 UHF dan Frekuensi siar 703.25 MHz.   

B. Pelaksanaan Kerja Profesi

1.  Rencana Kegiatan / Jadwal Kerja Harian
Kegiatan dalam kerja profesi yang dilakukan adalah sesuai dengan jadwal kerja yang diberikan. Didalam rencana kegiatan ini dilampirkan jadwal kerja harian sebagai laporan bagaimana keseharian penulis melakukan kegiatan.

2. Waktu Penyelenggaraan Kerja Profesi
Kerja profesi dilaksanakan selama satu bulan sejak tanggal 18 Mei 2010 sampai 18 Juni 2010. Jam kerja mulai hari Senin sampai Sabtu mulai pukul 09.00 – 17.00. Selama satu bulan ketentuan jadual Kerja Profesi menyesuaikan dengan jadual perusahaan, yaitu masuk dari hari Senin hingga hari Sabtu. Kegiatan KP pun diliburkan pada hari Minggu dan pada hari libur nasional, tidak diliburkan jika pada hari itu sudah terkena jadwal produksi.

3. Lokasi Penyelenggaraan Kerja Profesi
Institusi yang dituju adalah :
·         Nama Institusi           : PT. Terang Abadi Televisi ( TATV )  
·         Unit/Divisi                 : Art. Departement dan Produksi
·         Bidang                       : Art. Director
·         Alamat                       : Gedung Terang Abadi Televisi ( TATV ). Jl. 
                                                        Brigjend. Katamso No. 173 Surakarta.


BAB IV
DESKRIPSI PELAKSANAAN KERJA PROFESI

A. Deskripsi Pelaksanaan Kerja Profesi

Tata Artistik Televisi adalah bagian dari kru televisi, di beberapa stasiun televisi, Tata Artistik masuk ke dalam Departemen Artistik atau Art Departement. Di dalam departemen ini terbagi atas: Unit Dekorasi, Unit Properti, Unit Grafika, serta Unit Tata Rias dan Busana. Namun di beberapa stasiun tv di Indonesia tidak selamanya seperti ini, misalnya unit grafika (grafis) di bebrapa stasiun tv justru bertanggung jawab pada post production manager. Sebenarnya apa yang menjadi tanggung jawab seorang penata artistik adalah semua benda yang dilihat penonton saat menyaksikan sebuah film atau tayangan sebuah acara. Pembuatan set, atau setting dari sebuah adegan menjadi tanggung jawab penata artistik
Sedikit berbeda dengan penata artistik televisi, seorang art director dalam struktur perfilman, bekerja di bawah pruction designer secara langsung, dan di atas set designer dan berada dalam level yang sama dengan set decorator. Kewajiban mereka yang terbesar adalah berbagai aspek administratif dalam art. Department, seperti pembagian tugas pada tiap personel, penyiapan bujet dan scheduling dan juga mengatur dan menjaga quality control. Biasanya juga mereka bekerjasama dengan bagian yang lain, terutama bagian konstruksi, tak heran karena tugasnya dalam membuat set dari sebuah adegan atau segment program acara televisi. Tugasnya bisa dibagi dua yaitu, pre produksi dan saat produksi.



* Planning Meeting
Dalam pertemuan perencanaan program televisi atau planning meeting, produser memaparkan konsep acara yang akan dibuat. Dalam ha ini produser didampingi oleh sutradara atau pengarah acara televisi. Atas penjelasan ini, piñata artistk menguraikan rencana tata artistic untuk mendukung acara tersebut, uraian ini dipaparkan dalam bentuk floor plan. Berikutnya, masing-masing departemen mempelajari kembali apa-apa yang harus disiapkan. Kebutuhan set dekorasi, property,serta grafika adalah hal-hal yang sangat serius diperhitungkan secara detail oleh piñata artistic.
* Production Meeting
Dalam pertemuan ini, pengarah acara bertindak memimpin acara meeting produksi. Masing-masing penangung jawab tim memaparkan tugas yang akan dilakukan secara lengkap, ini penting agar departemen lainnya juga memahami konsep acara secara keseluruhan. Dalam meeting produksi, peñata artistik sudah harus mengajukan anggaran yang diperlukan dalam tata artistik.  
* Technical Meeting
Ini merupakan pertemuan terakhir, dimana masalah teknis dibahas. Segala kebutuhan produksi harus selesai dilakukan atau segala sesuatunya ready to use.

a. Pre production.
·         Melakukan bedah skenario.
Ini untuk mengetahui semua set yang diperlukan untuk semua adegan yang termasuk dalam sebuah produksi, Jadi setiap segment / program acara, setiap percakapan yang mengaitkan pada sebuah keadaan misalnya dalm hal “ Solusi Untuk Sehat “, maka art director harus mulai membuat list set apa saja yang diperlukan, antara lain ruang tamu, sofa, lampu background, papan nama / standing holder, alat peraga yang dipromosikan ( biasanya dsendiri oleh nara sumber / bintang tamu ) dan property pelengkap lainnya.
·         Merinci apa saja yang dibutuhkan.
Jika sudah tahu set apa saja yang dibutuhkan dalam membuat sebuah studio menjadi setting panggung, maka ia sudah dapat memulai membuat checklist benda-benda apa saja yang dibutuhkan. Tak hanya properti yang kecil sebagai pemanis dari sebuah ruangan, namun juga set panggung misalnya atau apa saja yang membutuhkan konstruksi, di sini jika merupakan produksi besar, art director bisa bekerja sama dengan bagain konstruksi. Bahkan di beberapa produksi program acara, make up sampai wardrobe bisa menjadi salah satu tanggung jawab seorang art director untuk menyiapkannya. Misalnya saja, setting dari sebuah program acara “ Mencari Anak Berbakat Bersama Clevo”, maka setting panggung yang harus dibuat agar terlihat megah secara Live, dan sudah jelas nama produk sponsor harus disertakan dan di set. Sedemikian rupa agar terlihat di setiap segmen yang muncul di layar kaca.
·         Merinci budget yang dibutuhkan.
Tentu saja setelah merinci apa saja yang dibutuhkan, ia juga perlu merinci budget yang harus dikeluarkan, jika memang budget terbatas, maka denagn sendirinya ia harus pintar-pintar membagi budget sesuai kebutuhan. Semakin ia pandai membuat set yang sesuai dengan aslinya dengan budget yang standar, maka namanya pun akan semakin dikenal. Berbeda dengan stasiun TATV, pimpinan Art. Departemen – lah yang menyesuaikan budget bagi crew art. Director.

b. Penataan Setting Pada Studio dan Produksi
Tanggung jawab seorang penata artistik adalah semua benda yang dilihat penonton saat menyaksikan sebuah film atau tayangan sebuah acara. Pembuatan set, atau setting dari sebuah adegan menjadi tanggung jawab penata artistik untuk mengaturnya agar terlihat lebih ‘hidup’ dan seperti dalam dunia nyata. Misalnya saja setting pada sebuah segment adalah di “Oemah Joglo” maka art. Director harus dapat ‘menyulap’ sebuah studio, entah itu ruang kosong terbuka atau tertutup menjadi sebuah set rumah joglo lengkap dengan segala macam gedhek bambu, meja kayu, tanaman, tikar anyaman, dan property lainnya.
Seorang art director dalam struktur pertelevisian, bekerja di bawah production designer secara langsung, dan di atas set designer dan berada dalam level yang sama dengan set decorator. Kewajiban mereka yang terbesar adalah berbagi aspek administratif dalam art department, seperti pembagian tugas pada tiap personel, penyiapan budget, scheduling serts mengatur dan menjaga quality control. Biasanya juga mereka bekerjasama dengan bagian yang lain, terutama bagian konstruksi, dalam membuat set dari sebuahprogram acara.
Program acara telah dimulai pembuatannya, maka tiap scene pun art. Director perlu ada dan berada di dekat sutradara / produser untuk memastikan gambar yang diambil sesuai dengan yang diharapkan, sesuai dengan skenario dan dalam tampakkan gambarnya pun terlihat nyata. Bisa saja ia ikut terlibat langsung, misalnya saja membetulkan letak set atau properti yang dirasa tak pas di segment yang dimaksud. Kegiatan ini terus diikuti oleh art. Director, mulai dari bongkar pasang set, sampai ke penataan set sepanjang pengambilan gambar masih berlangsung. Namun, jangan kaget kalau jam kerjanya bisa tak tentu.
Art Director dengan latar belakang arsitek atau interior desain bisa menjadi nilai tambah, karena ia perlu mengukur dan menilai sebuah studio menjadi set yang diperlukan. Sedangkan untuk penghasilan, biasanya tergantung dari persetujuan sebelum produksi dimulai. Namun semakin ia pandai mengatur set yang sedehana menjadi luar biasa, maka semakin namanya pun semakin ‘mahal’.  Seorang art.  Director sangat diperhitungkan di dunia produksi program acara stasiun televisi, khususnya di dalam studio.

  1. Kegiatan selama Kerja Profesi

Selama dilaksanakannya kerja profesi sebenarnya belum cukup untuk benar-benar memahami menjadi seorang art. Director, tetapi usaha yang maksimal telah dilakukan agar dapat lebih memahami tentang job diskripsi yang diberikan. Pada minggu-minggu awal telah diberikan sedikit pengarahan dan job diskripsi seorang art. Director. Bagaimana langkah art. Director ketika pertama kali mendapatkan sebuah rundown, penguasaan alat dan pemahaman tentang studio yang digunakan. Hingga bagaimana caranya seorang art. Director menghadapi berbagai macam gangguan baik dalam hal teknis maupun non teknis.
Dari pembicaraan awal sudah dirasakan betapa sulitnya menjadi seorang art. Director ketika menghadapi sebuah program acara Live. Bertemu dan berkenalan dengan instruktur dibagian art. Departemen menjadi agenda pada hari pertama pelaksanaan kerja profesi. Tidak jauh berbeda dengan apa yang dialami saat belajar di kampus tentang penjelasan setting studio dan bagaimana cara para art. Director membuat efek-efek setting panggung. Penggunaan berbagai jenis Set. Panggung yang berbagai macam bentuk, mulai dari jenis minimalis, tradisi kedaerahan hingga setting yang digunakan untuk Program acara live performe music, dll.
Pada minggu pertama ini penjadwalan sudah dipadati dengan kegiatan Live, pada hari kedua masuk yaitu pada hari selasa 19 Mei 2010, seluruh crew produksi termasuk  art. Director ditugaskan di Solo Square untuk acara Live besar bertemakan “ Mencari Anak Berbakat Bersama Clevo”, “Kuis Asyik banget”, dan terakhir “Kring Dangdut”. Acara tersebut berlangsung dengan perencanaan praproduksi dan loading peralatan dari jam 09.00 – 13.00 WIB sedangkan produksi dari jam 14.00 – 23.00 WIB. Penjadwalan kepada anak magang pada bagian art. Director dirasa masih kurang diperhatikan, hal ini terjadi ketika beberapa anak magang pada hari pertama hanya dapat melakukan pengamatan tanpa mendapatkan jadwal shift dan tugas yang jelas. Minggu pertama merupakan proses pengenalan pada crew pra produksi dan produksi.   
Pada minggu kedua, kegiatan magang masih sama seperti pada minggu pertama. masih belum didapatkan pekerjaan pasti. art. Director pada awalnya merupakan tugas yang sangat berat, mengatur setting dan tata letak panggung. Tapi dalam pemaknaanya, divisi tersebut melatih anak magang untuk solid terhadap team worknya. Memberikan penjelasan bahwa batasan – batasan art. Departemen dalam produksi program acara, maupun ruang gerak seorang art. Director yang mempunyai  batasan baik dalam pra produksi maupun produksi program acara.    









 Disini seorang art. Director akan ditantang untuk berfikir bagaimana cara mengolah desain panggung dengan stok bahan serta properti yang terbatas sehingga dapat menghasilkan tayangan yang bagus dan tidak membosankan. Apalagi didalam tayangan ”Nyampur Sari”, dan ”Kring Dangdut” adalah sebuah tayangan yang akan banyak dipenuhi oleh permainan efek lampu dan transisi warna. Jadwal mengerjakan ” Nyampur Sari ” adalah hari Senin sampai Rabu untuk online. Dalam empat hari tersebut, diberikan kesempatan untuk menyelesaikan satu episode acara dengan durasi 60 menit. Saat mengerjakan program ini, tidak didapatkan kesulitan yang berarti, karena mulai terbiasa dengan jobdes yang telah diberikan dan telah banyak mendapatkan pengarahan dari instruktur, dan dapat diselesaikan satu episode acara dalam dua hari kerja dari waktu empat hari yang diberikan oleh instruktur sedangkan untuk prepare setting nya memerlukan waktu 2 jam setiap harinya.
Setelah itu selama dua hari tersisa, dilakukan sedikit wawancara dengan art. Director lain. Dan disela-sela waktu luang tersebut didapatkan tawaran membantu ast. cameraman untuk Live segment pada program acara ” Solusi untuk Sehat” dan ” Sudut Pandang”. Program acara ” Solusi untuk Sehat ”  adalah sebuah program acara talk Show yang banyak menceritakan tentang pengobatan alternatif di seputar Surakarta. Program berdurasi 60 menit ini sangat berbeda dengan program acara yang penulis kerjakan sebelumnya. Program ini tidak memerlukan banyak efek penataan properti. Selain bahan setting yang minimalis, juga jarang diberikan rundown oleh asisten produser. Kurangnya pengarahan juga membuat kesulitan dalam proses produksi. Sekilas program ” Solusi Untuk Sehat ” lebih mudah dikerjakan daripada program ” Nyampur Sari ”, akan tetapi lebih banyak kesulitan yang didapatkan. Sempat diberikan pengarahan oleh art. Director. Penggunaan rasa dan kesabaran pikiran akan membuat sebuah program acara yang dikerjakan akan menjadi lebih bagus hasilnya.
Pada minggu ketiga, didapatkan kepercayaan penuh menjadi art. Director program acara yang telah diberikan instruktur. Pada hari pertama minggu itu, didapatkan kendala saat akan setting baru ”Kring Dangdut” karena asisten produser belum memberikan rundown program acara terbaru, sehingga setting awal diterapkan sementara, hingga asisten produser telah menyiapkan seluruh bahan program acara tersebut.
Pada hari dengan jadwal padat, misalnya Selasa dan Rabu, para art. Director melakukan pembagian tugas antara menata setting pada studio 1 dan studio 2, misalnya ”Saran Dokter Yarsis” di studio 1 dengan ”Dialog Bisnis” di studio 2 yang semuanya merupakan acara online, sedangkan selisih jam tayang hanya 2jam, maka pembagian tugas dilaksanakan dengan memperhitungkan estimasi waktu yang sempit. 
Pada hari kedua, rundown yang diberikan masuk setelah jam makan siang. Akhirnya sesuai dengan pengarahan instruktur yang pernah berikan, dicoba bagaimana membuat selama 30 menit. Dengan sedikit merubah setting, pekerjaan yang diberikan tersebut mampu diselesaikan dengan baik. Misalnya setting ”Dialog Bisnis” dengan ” Solusi Untuk Sehat ” yang sama – sama berada di studio 2 akan diselesaikan dengan cepat.
Minggu ketiga, tetap didapatkan jadwal seperti minggu-minggu sebelumnya.  Untuk minggu ini mencoba untuk mengikuti produksi hingga akhir pukul 22.00 WIB, yang pada awalnya pulang mengikuti jam kerja pulang pukul 17.30 WIB. Kadang anak magang mendapat kepercayaan menjadi crew produksi dan asisten cameraman, karena pada jam produksi malam hari sering kekurangan crew produksi. Hingga minggu keempat keseharian tersebut menjadi kebiasaan, di pagi hari mulai jam 09.00 – 17.00 WIB melakukan pasca produksi sekaligus produksi hingga jam 22.00 WIB.
Berbagai macam pengalaman, pengetahuan yang amat berharga didapatkan selama kerja profesi. Walaupun hanya sangat sedikit sekali yang didapatkan tetapi penulis yakin pengalaman itu sangat berarti dan berguna ketika penulis terjun ke dunia kerja.




Festival Keraton Nusantara 2019 Luwu Palopo

   Festival Keraton Nusantara (FKN) XIII tahun 2019 Tana Luwu . Festival Keraton Nusantara atau FKN adalah sebuah pameran...