Gaya Penyutradaraan
Sinema
Ekspresionisme
Film Streaming media jerman Ekspresionisme Corpse Bride
Sinema
Ekspresionisme Jerman Ekpresionisme lebih umum dikenal sebagai seni yang
mengekspresikan emosi mendalam dan interpretasi subjektif. Ekspresionisme pada
si seniman menyatakan jiwanya sendiri
(Jassin 1965, 27). Ekspresionisme cenderung mengubah realitas untuk menimbulkan
efek emosional. Atas dasar seni sebagai sarana ekspresi, karya – karya seni lukis
ekspresionis diwujudkan dalam warna warna manasuka dan komposisi kasar, warna
berani, bentuk tak beraturan, tak berakhir,
dua dimensi serta tanpa perspektif. Secara estetis, karya eksp
resionis tidaklah bagus namun aliran ini memiliki
kemampuan menggugah emosi penonton melalui
gambar yang ditampilkan. Meskipun sebagian orang mengatakan tak semua seniman ekspresif, umumnya proses pembuatan karya
seni didasarkan pada penekanan mendalam
pad a komunikasi emosional. Jenis seni macam ini kerap muncul saat terjadi konflik sosial.
Istilah
ekspresionisme diperkenalkan dan digunakan pertama kali oleh Herwarth Walden
dalam majalahnya Der Stum tahun 1912. Istilah ini dihubungkan dengan karya lukisan dan grafis pada
perpindahan abad dan pertentangan terhadap tradisi akademik di Jerman yaitu pada tahun
1905 ketika sebuah kelompok seniman (seni
lukis) yang menyebut diri mereka Die Brucke atau The Bridge.
Rasa
kebosanan dengan gaya seni yang cenderung tradisional dan tidak adaptif
terhadap pembaharuan membawa Die Brucke berperan
sebagai jembatan seni di masa lalu dan
masa itu. Kelompok ini menggagas aliran seni baru yang bebas mengekspresikan
diri. Die Brucke percaya bahwa seni adalah bentuk ekspresi diri
baik segambar ataupun tidak dengan realita (Little 2004, 104).
Pengaruh
ekspresionisme lalu berlanjut dalam dunia film Jerman. Tepatnya pada tahun
1919, sebuah studio kecil bernama Decla merekrut dua penulis, Carl Meyer dan Hans Janowitz yang memiliki sebuah
naskah film yang unik. Mereka menginginkan
film tersebut diproduksi dengan gaya yang berbeda. Penata artistik, Hermann
Warm, Walter Reinman dan Walter Rohrig kemudian mengusulkan film tersebut dibuat dengan gaya ekspresionisme
(Bordwell dan Kristin 2008, 447). Akhirnya
film berjudul Cabinet of Dr. Caligari (1920) arahan sutradara Robert Wiene
diproduksi dengan bujet murah. Film ini ternyata sukses di seluruh Eropa bahkan
hingga ke Amerika.
Sukses
Cabinet of Dr. Caligari membuat banyak
para pelaku industry film Jerman meniru gaya yang sama dalam produksi
film - film mereka. Sutradara besar Jerman masa itu seperti Friedrich Wilhelm
Murnau serta Fritz Lang ikut memproduksi
film film dengangayaekspresionisme. Murnau memproduksi, The Haunted
Castle(1921), Nosferatu(1922) dan Faust(1926). Lang memproduksi Die Nibelungen
(1923) dan Metropolis (1927).
Film Bibiografi : PAULA Modersohn-Becker adalah seorang pelukis perempuan pertama asal Jerman yang dikenal memiliki aliran ekspresionisme
Secara
esensi, Sinema Ekspresionisme Jerman berusaha untuk menggambarkan kondisi
psikologis dan sosial dari negara tersebut pascaperang dunia I. Sinema
Ekspresionisme Jerman menggunakan konsep realita digeser dari yang sifatnya
representasi visual secara fisik menjadi satu sifat yang bersandar pada
perasaan dan suasana hati yang dialami masyarakat Jerman. Jadi, dalam keadaan
serba sulit dan penuh dengan rasa kecewa, marah serta frustasi yang
membuat kondisi masyarakat menjadi
dipenuhi ketidakberdayaan itulah maka gerakan Sinema Ekspresionisme Jerman
muncul (Ariansah 2014, 67).
Walaupun
Sinema Ekspresionisme Jerman hanya berumur 8 tahun (1919 - 1926) namun
pengaruhnya begitu besar bagi
perkembangan industri film dunia.
Banyaknya pelaku industri Jeman yang pindah ke Amerika kala itu juga
membuat film - film Hollywood
terpengaruh gaya ekspresionisme. Gaya ini terutama mem pengaruhi film film
horor produksi Universal di era 30 an
yang tampak pada latar dan karakter monsternya, film Noir di era 40 an yang
tampak pada pengaturan tata cahaya serta penggunaan bayangan, serta film film
karya Orson Welles Sineas yang nyaris seluruh karyanya loyal memakai gaya
ekspresionis adalah Tim Burton.
Burton
menggunakan semua elemen estetik ekspresionis nyaris sama seperti film film ekspresionis aslinya,
baik setting kostum, karakter hingga
tata cahaya. Bahkan, bisa dibilang ia melebihi para pendahulunya karena
tidak hanya elemen visual semata. Burton
juga menggunakan ilustrasi musik yang khas
dalam semua filmnya, yang dirancang oleh Danny Elfman. Film filmnya
antara lain,:
Beetle
Juice (1987),
Batman
(1989),
Edward
Scissorhand (1990),
Sleepy Hollow (1999),
Planet
of the Apes (2001),
Big
Fish (2003),
Charlie
and the Chocolate Factory (2005)
(http://montase.blogspot.co.id/2007/06/sinema-
ekspresionisme -jerman.html) UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
Film
ekspresionisme memiliki mise en scène yang kuat. Hal ini tercermin dari segi artistik film yang kompleks,
sehingga di dalam adegan film dapat
menimbulkan penonton merasakan dan melihat “nuansa gelap”, aura “pesimistis”, putus asa dan kesedihan dalam konteks film
tersebut. Dari segi cerita, film ekspresionisme memilih untuk menggunakan
simbol dan teknik sinematografi yang menyoroti potret kehidupan kelas bawah.
Gaya Sinema Ekspresionisme Jerman
memiliki karakteristik spesifik dalam setiap karya film yang kemudian
menjadi gaya khas aliran ini. Berikut ini ciri - cirinya:
a)
Tema yang berlawanan dengan realita
(seringkali diasosiasikan dengan mimpi buruk) baik fiksi, fantasi, maupun
horor.
b)
Secara umum, aktor ekspresionis
bekerja melawan efek perilaku alami, sering bergerak tersentaksentak, berhenti,
dan kemudian membuat gerakan tiba - tiba. Pertunjukan tersebut harus dinilai
tidak oleh standar realisme tetapi oleh bagaimana aktor berperilaku memberikan
kontribusi terhadap keseluruhan mise en
scene.
c)
Setting atau latar ruang (pemilihan
perabotan, tempat, arsitektur) tidak realistis, simbolis, asimetris.
d)
Kostum dan tata rias yang tidak
realis,bersifat simbolise.
e)
Pencahayaan menggunakan teknik
kontras yang mempertajam jarak antara
cahaya dan bayangan.
f)
Alur cerita yang lambat dan biasanya
memakai shot- shot panjang.
(http://cinecollage.net/german-expressionism.html)
Dalam pengertian umum ekspresi sering dikaitkan dengan ungkapan gaya. Seperti ketika ada ungkapan bahwa sebuah hasil perwujudan ‘mempunyai gaya’, hal ini berarti bahwa hasil perwujudan tersebut telah mengalami pembabaran oleh pelaku perwujudan secara “ekspresif”. Gaya dalam hal ini sama artinya dengan kualitas artistik dan teknik maupun nilai ekspresif. Dalam hal itu muncul pelaku perwujudan mengekpresikan emosi atau perasaannya melalui bentuk. Kata “ekspresi” sendiri mengandung arti yang melukiskan perasaan dan penginderaan batin yang timbul dari pengalaman-pengalaman pribadi yang terjadi yang diterima tidak saja oleh panca indera, melainkan juga oleh jiwa seseorang. Ekspresionis adalah kecenderungan seorang Seniman untuk mendistorsi kenyataan dengan efek-efek emosional.
Ekspresionis bisa ditemukan di dalam karya lukisan, sastra, film, Arsitektur, dan musik. Istilah emosi ini biasanya lebih menuju kepada jenis emosi kemarahan dan depresi daripada emosi bahagia. Ekspresionis juga didefinisikan sebagai kebebasan distorsi bentuk dan warna untuk melahirkan emosi ataupun sensasi dalam perasan manusia yang biasanya dihubungkan dengan kekerasan atau tragedi. Penganut paham Ekspresionisme memiliki dalil bahwa ‘Art is an expression of human feeling’atau Seni adalah suatu pengungkapan dari perasaan manusia. Aliran ini terutama bertalian dengan apa yang dialami oleh seseorang Seniman ketika menciptakan suatu karya Seni. Perintis aliran ini Benedetto Croce (1866-1952) menyatakan bahwa Seni adalah pengungkapan dari kesan-kesan (art is expression of impresion).
Menurut Croce ekspresi sama dengan intuisi. Intuisi adalah pengetahuan intuitif yang diperoleh melalui pengkhayalan tentang hal-hal individual yang menghasilkan gambaran angan-angan/images. Ekspresionisme merupakan gerakan untuk mencapai campuran cita-cita yang kompleks yang dicirikan sebagai irasional, emosional dan romantik. Aliran Ekspresionisme adalah aliran yang ingin mengemukakan segala sesuatu yang bergejolak dalam jiwa. Sifat-sifat yang terkandung dalam karya-karya Ekspresionisme adalah adanya unsur subyektivitas yang sangat tinggi.
Yang termasuk dalam aliran Ekspresionis ada beberapa macam, yaitu antara lain: aliran romantik, aliran idealisme, aliran mistisisme, aliran surealisme, aliran simbolik, dan aliran psikologisme.
Aliran Romantik; suatu aliran yang mengutamakan perasaan. Pengarang romantis mengawan ke alam khayal, lukisannya mampu membawa pembaca ke alam mimpi. Kata-kata yang dipakainya merupakan kata-kata pilihan dengan menggunakan perbandingan-perbandingan yang muluk-muluk.
Aliran Idealisme; aliran romantik yang didasarkan pada ide pengarang semata-mata. Pengarang memandang ke masa depan, yang digambarkan dapat memberikan kebahagiaan dan kesejahteraan kepada dirinya, orang-orang di sekitarnya, negara, dan bangsanya. Pengarang bertindak seolah-olah sebagai ahli ramal. dan merasa yakin bahwa semua ramalannya dapat terjadi.
Aliran Mistisisme; aliran yang bernafaskan ketuhanan. Aliran mistisisme melahirkan ciptaan yang didasarkan pada ketuhanan, filsafat. dan alam gaib.
Aliran Surealisme; aliran realistis yang didominasi oleh angan-angan. Di dalam pelukisannya terkandung suatu pernyataan jiwa. pertumbuhan gejolak jiwa, dan pematangan gagasan dalam jiwa. Memahami tulisan yang beraliran Surealisme ini tidaklah mudah. Karena lukisan-lukisan atau penggambaran-penggambarannya terasa melompat-lompat dan bertaburan, tanpa mengacuhkan aturan tata bahasa yang berlaku. Logika seolah-olah hilang, tersapu oleh pertumbuhan gejolak jiwa yang menghentak.
Aliran Simbolik; suatu aliran yang dalam pelukisannya banyak menggunakan perlambang-perlambang, dan lebih terasa sebagai suatu bentuk sindiran. Pengarang yang beraliran Simbolik menganggap bahwa alam nyata hanyalah merupakan batu loncatan untuk menyatakan pengertian yang lebih dalam tentang manusia yang hidup.
Aliran Psikologisme; aliran yang mengutamakan uraian-uraian yang bernuansa kejiwaan. Pengarang beraliran Psikologisme ini pada umumnya mempunyai pengetahuan tentang dasar-dasar jiwa manusia.
Tokoh-tokoh penganut aliran Seni Ekspresionis yang dikenal dalam Seni lukis dari abad ke 20 dari beragam negara diantaranya; Jerman: Heinrich Campendonk, Emil Nolde dan Max Pechstein; Austria: Oskar Kokoscha. Russia; Wassily Kandinsky; Perancis: Gen Paul dan Chain Soutine; Belanda: Vincent van Gogh; Norwegia: Edvard Munch; Belgia: Frits Van den Berghe; Netherlands: Willem Hofhuizen; Swiss: Carl Eugen Keei; Indonesia: Affandi.
(Soedarso. 1990. Sejarah Perkembangan Seni Rupa Modern. Studio Delapan Puluh Enterprise. Jakarta.)
EKSPRESIONISME DAN GAYA
Dalam pengertian umum ekspresi sering dikaitkan dengan ungkapan gaya. Seperti ketika ada ungkapan bahwa sebuah hasil perwujudan ‘mempunyai gaya’, hal ini berarti bahwa hasil perwujudan tersebut telah mengalami pembabaran oleh pelaku perwujudan secara “ekspresif”. Gaya dalam hal ini sama artinya dengan kualitas artistik dan teknik maupun nilai ekspresif. Dalam hal itu muncul pelaku perwujudan mengekpresikan emosi atau perasaannya melalui bentuk. Kata “ekspresi” sendiri mengandung arti yang melukiskan perasaan dan penginderaan batin yang timbul dari pengalaman-pengalaman pribadi yang terjadi yang diterima tidak saja oleh panca indera, melainkan juga oleh jiwa seseorang. Ekspresionis adalah kecenderungan seorang Seniman untuk mendistorsi kenyataan dengan efek-efek emosional.
Ekspresionis bisa ditemukan di dalam karya lukisan, sastra, film, Arsitektur, dan musik. Istilah emosi ini biasanya lebih menuju kepada jenis emosi kemarahan dan depresi daripada emosi bahagia. Ekspresionis juga didefinisikan sebagai kebebasan distorsi bentuk dan warna untuk melahirkan emosi ataupun sensasi dalam perasan manusia yang biasanya dihubungkan dengan kekerasan atau tragedi. Penganut paham Ekspresionisme memiliki dalil bahwa ‘Art is an expression of human feeling’atau Seni adalah suatu pengungkapan dari perasaan manusia. Aliran ini terutama bertalian dengan apa yang dialami oleh seseorang Seniman ketika menciptakan suatu karya Seni. Perintis aliran ini Benedetto Croce (1866-1952) menyatakan bahwa Seni adalah pengungkapan dari kesan-kesan (art is expression of impresion).
Menurut Croce ekspresi sama dengan intuisi. Intuisi adalah pengetahuan intuitif yang diperoleh melalui pengkhayalan tentang hal-hal individual yang menghasilkan gambaran angan-angan/images. Ekspresionisme merupakan gerakan untuk mencapai campuran cita-cita yang kompleks yang dicirikan sebagai irasional, emosional dan romantik. Aliran Ekspresionisme adalah aliran yang ingin mengemukakan segala sesuatu yang bergejolak dalam jiwa. Sifat-sifat yang terkandung dalam karya-karya Ekspresionisme adalah adanya unsur subyektivitas yang sangat tinggi.
Yang termasuk dalam aliran Ekspresionis ada beberapa macam, yaitu antara lain: aliran romantik, aliran idealisme, aliran mistisisme, aliran surealisme, aliran simbolik, dan aliran psikologisme.
Aliran Romantik; suatu aliran yang mengutamakan perasaan. Pengarang romantis mengawan ke alam khayal, lukisannya mampu membawa pembaca ke alam mimpi. Kata-kata yang dipakainya merupakan kata-kata pilihan dengan menggunakan perbandingan-perbandingan yang muluk-muluk.
Aliran Idealisme; aliran romantik yang didasarkan pada ide pengarang semata-mata. Pengarang memandang ke masa depan, yang digambarkan dapat memberikan kebahagiaan dan kesejahteraan kepada dirinya, orang-orang di sekitarnya, negara, dan bangsanya. Pengarang bertindak seolah-olah sebagai ahli ramal. dan merasa yakin bahwa semua ramalannya dapat terjadi.
Aliran Mistisisme; aliran yang bernafaskan ketuhanan. Aliran mistisisme melahirkan ciptaan yang didasarkan pada ketuhanan, filsafat. dan alam gaib.
Aliran Surealisme; aliran realistis yang didominasi oleh angan-angan. Di dalam pelukisannya terkandung suatu pernyataan jiwa. pertumbuhan gejolak jiwa, dan pematangan gagasan dalam jiwa. Memahami tulisan yang beraliran Surealisme ini tidaklah mudah. Karena lukisan-lukisan atau penggambaran-penggambarannya terasa melompat-lompat dan bertaburan, tanpa mengacuhkan aturan tata bahasa yang berlaku. Logika seolah-olah hilang, tersapu oleh pertumbuhan gejolak jiwa yang menghentak.
Aliran Simbolik; suatu aliran yang dalam pelukisannya banyak menggunakan perlambang-perlambang, dan lebih terasa sebagai suatu bentuk sindiran. Pengarang yang beraliran Simbolik menganggap bahwa alam nyata hanyalah merupakan batu loncatan untuk menyatakan pengertian yang lebih dalam tentang manusia yang hidup.
Aliran Psikologisme; aliran yang mengutamakan uraian-uraian yang bernuansa kejiwaan. Pengarang beraliran Psikologisme ini pada umumnya mempunyai pengetahuan tentang dasar-dasar jiwa manusia.
Tokoh-tokoh penganut aliran Seni Ekspresionis yang dikenal dalam Seni lukis dari abad ke 20 dari beragam negara diantaranya; Jerman: Heinrich Campendonk, Emil Nolde dan Max Pechstein; Austria: Oskar Kokoscha. Russia; Wassily Kandinsky; Perancis: Gen Paul dan Chain Soutine; Belanda: Vincent van Gogh; Norwegia: Edvard Munch; Belgia: Frits Van den Berghe; Netherlands: Willem Hofhuizen; Swiss: Carl Eugen Keei; Indonesia: Affandi.
(Soedarso. 1990. Sejarah Perkembangan Seni Rupa Modern. Studio Delapan Puluh Enterprise. Jakarta.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar