Senin, 02 September 2019

Festival Keraton Nusantara 2019 Luwu Palopo








  


Festival Keraton Nusantara (FKN) XIII tahun 2019 Tana Luwu.

Festival Keraton Nusantara atau FKN adalah sebuah pameran tahunan di Indonesia yang diikuti oleh berbagai kerajaan di seluruh Nusantara, selain juga dihadiri oleh sejumlah negara-negara asing seperti Belanda, Singapura, Malaysia, Filipina, Pakistan,[1] Brunei, Sri Lanka,[2] dan Korea Selatan.[3] Pameran tersebut biasanya menampilkan pakaian adat beserta senjata dari berbagai kerajaan tersebut disamping juga pameran budaya dan seni.
 
Festival Keraton Nusantara (FKN) XIII yang akan dipusatkan di Kota Palopo, Sulawesi Selatan, mulai dilaksanakan pada 6-13 September 2019. Saat ini, panitia telah merancang sejumlah kegiatan yang akan digelar pada event yang akan dihadiri kerajaan negara-negara tetangga itu. Sedikitnya ada 10 item kegiatan yang akan digelar, yang pelaksanaannya akan disebar ke empat kabupaten/kota se Tana Luwu.
 
 
 


Kamis, 29 Agustus 2019

Gaya Penyutradaraan One Man Show

 Gaya Penyutradaraan "One Man Show" 

Seorang sutradara mempunyai tugas cukup berat untuk meramu beberapa tugas menjadi hasil yang maksimal. Seorang chief dalam departemen pastilah sudah dibekali kemampuan teknis di bidang masing-masing. Dengan kemampuan teknis itulah diharapkan bisa menghasilkan sebuah film dengan taste dan citarasa tinggi. Intinya sutradara harus mampu mengkolaborasikan kemampuan teknis dan estetika dalam produksi.

Seorang Sutradara Haruslah memiliki perencanaan teknik selama dia memegang kendali komando produksi sebuah film, teknik tersebut adalah teknik gaya penyutradaraan atau yang disebut:

"ART OF TECHNIQUE"

  1. Interpretasi naskah adalah proses  paling menarik dalam pembuatan film adalah interpretasi. Naskah yang sama namun disutradarai oleh orang yang berbeda dapat dipastikan akan menghasilkan film yang berbeda pula.
  2. Treatment dalam produksi film adalah bagaimana kita memberikan kontribusi terhadap naskah melalui teknik dan proses produksi. Contoh : dalam produksi sebuah iklan kita sering melihat berbagai macam versi walaupun hanya untuk satu produk saja. Diharapkan dengan proses dan teknik yang berbeda kita bisa membawa penonton ke dalam cara pandang baru terhadap tema yang kita sodorkan
  3. Menetapkan tujuan Ini juga merupakan hal yang penting; apa tujuan dibuatnya sebuah film, siapa yang menonton, dan apa yang diharapkan dari penonton
  4. Jangan batasi imajinasi kita dalam interpretasi naskah menjadi gambar, gunakan seluruh kemampuan kita baik secara teknik maupun estetik serta didukung oleh pengalaman hidup kita


Mood film

Kombinasi ramuan teknik yang tepat dengan estetika yang cukup diharapkan akan menyeret penonton ke dalam memori yang tak terlupakan dari film kita. Berikut beberapa hal yang mempengaruhi mood film :
    • Lokasi & setting
    • Warna, tekstur dan design
    • Teknik lighting
    • Teknik pengambilan gambar
    • Teknik editing
    • Performance pemain dan directing

DRAMA TECHNIQUE

Jangan berharap film akan berhasil tanpa unsur yang satu ini : drama. Banyak sekali elemen yang harus diperhatikan dalam membuat tangga dramatik yang sesuai di setiap scene,antara lain :
  1. Karakterisasi tokoh dan interpretasi naskah oleh pemain
  2. Memasukkan tokoh film ke dalam pemain agar menghasilkan inner acting (acting namun berasal dari hati, bukan hapalan)
  3. Memainkan intonasi dan emosi pada porsinya
  4. Memanfaatkan bloking dan pergerakan pemain untuk menghasilkan dimensi dan dramatik yang sesuai
  5. Memanfaatkan gesture untuk membuat stressing emosi
Tugas berat berikutnya dari seorang sutradara adalah bagaimana merangkai seluruh adegan yang diambil secara acak menjadi satu kesatuan cerita yang utuh.




one man show’ Dalam Teater 
   
Dalam perteateran, konsep tentang esensi tercermin melalui kecenderungan seniman berpentas tunggal atau yang sering disebut dengan monolog, mono play, one man play. Sebuah naskah monolog dicipta pengarang dengan tujuan dimainkan di atas panggung. Pada awalnya monolog atau monologue merupakan bagian dari sebuah naskah drama yang menampilkan seorang pemain bercakap seorang diri menyampaikan pikiran dan perasaannya, bahkan terkadang sedang dalam kondisi berdialog dengan tokoh lain. Namun dalam perkembangan waktu, istilah monolog mendapat ‘tandingan’ pengertian melalui istilah mono play, one man play, one man show, serta teater tunggal. 

Akibatnya, konvensi monolog yang kita pahami saat ini kemudian harus didudukkan kembali, dan harus berdialog dengan istilah-istilah tersebut yang sebenarnya merupakan usaha seniman membuka ‘ruang’ dalam bentuk monolog. Elemen-elemen pemanggungan pun berusaha diangkat ke permukaan agar memiliki harkat dan martabat yang setara. Maka, penjelajahan wacana monolog pun tidak semata persoalan estetika, namun juga etika penyetaraan, penampilan dan penghargaan terhadap elemen pendukung panggung. Monolog berasal dari bahasa Yunani monos dan logos. Selama ini ada anggapan bahwa monolog berbeda dengan mono play. Logos yang berarti percakapan melalui kata-kata pun diganti dengan play, permainan. 

Play lebih diartikan sebagai permainan bersama spektakel yang berlandaskan pada penyutradaraan, pemeranan, dan penataan artistik. Namun, apabila kita menterjemahkan kembali kedua kata logos dan play, maka kita akan menemukan bahwa keduanya mengandung pengertian tentang dialog. Dialog antar istilah pun bergeser fungsinya menjadi ajang penyadaran. Wilayah pandang-dengar-gerak teater setara dan dihargai sama dengan pikir-tulis-citraan sastra. Wilayah panggung yang bersifat konkret ditampilkan bersama dengan sifat abstraknya. Maka panggung monolog–apabila kita kembali pada istilah dasarnya–adalah sintesis dari yang konkret dan yang abstrak, yang partikular dengan yang universal, tubuh-pikiran-batin, spektakel. Apabila saat ini marak pertunjukan monolog, apa yang dapat kita amati dari fenomena tersebut?. 

Pertama, silang sengkarut persoalan kesenian menyebabkan kita mencari penyederhanaan yang memberi ruang bagi permenungan, kontemplasi. Hal ini menjadi salah satu cara menghindari konflik yang terkadang telah mempribadi. 

Kedua, seniman kembali kepada fitrahnya yaitu menghasilkan sebuah karya seni individual. Eksplorasi dan eksperimen secara individu diharapkan menghasilkan etos kerja yang dihasilkan oleh laboratorium-laboratorium kesenian. Hal ini merupakan usaha mengubah prinsip dan substansi untuk menyesuaikan dan mempertahankan diri di era globalisasi. Dengan kata lain, kembali ke monolog berarti kembali memahami diri sendiri, apa yang diinginkan, visi dan etos kerja, serta semangat yang tak pernah padam dalam diri seniman. 

Ketiga, budaya kolektif atau yang sering disebut sebagai budaya nasional mulai dipertanyakan. Kriteria nasional sering diartikan sebagai usaha pemusatan, sehingga pemahaman monolog sebagai karya individual adalah dalam rangka mengedepankan otonomi individu, minoritas, keterpinggiran, yang lain. Keempat, pertunjukan monolog menjadi strategi menejemen dana dan struktur kerja: dana lebih mudah ditekan, sosialisasi berlangsung lebih efektif dan efisien, serta mis-komunikasi personal dapat lebih teratasi. Monolog tidak sekedar percakapan tunggal, tetapi sekaligus perancangan tunggal yang diharapkan mampu men-dialog-kan berbagai unsur pertunjukan.


Gaya penyutradaraan film ‘one man show

Gaya penyutradaraan film ‘one man show’ sangat berkaitan erat dengan perkembangan dunia teater pada masa lampau, dalam dunia teater menjelaskan mengenai apa itu monolog. dunia Monolog akan berkembang lagi menjadi berbagai jenis pertunjukan. Sedangkan pengadaptasian dalam dunia film dengan film satu tokoh inti atau utama disebut dengan gaya penyutradaraan film ‘one man show’, disebut ‘one man show’  karena sepanjang film hanya satu pemeran yang mendominasi.

gaya penyutradaraan film ‘one man show’ sebagai bukti kalau satu orang aktor bisa membawa penampilan menawan yang tidak kalah dari film yang punya banyak pemeran. Terlepas dari penokohan, kualitas dari aspek lain seperti cerita, penyutradaraan, hingga scoring tentu juga menjadi pelengkap (artistic properties) yang bikin film-film ini terlihat lebih bagus.

dalam film ‘one man show’ bukan berarti hanya 1 tokoh saja yang muncul tetapi memang benar ada banyak tokoh yang akan mengisi film ini tetapi bukan tokoh utama dan bukan pula tokoh penggerak alur cerita, melainkan hanya tokoh pengisi saja yang muncul di opening ataupun endingnya saja.
beberapa film yang masuk kategori film dengan gaya penyutradaraan ‘one man show’ adalah :
  1. Ryan Reynolds, Buried 2010
  2. Cast Away dibintangi aktor legendaris langganan Oscar, Tom Hanks. 2000
  3. recked (Adrien Brody) 2010
  4. All is Lost mendapat standing ovation di festival film Cannes. 2013  
  5. Samuel L. Jackson 1408 ,; 2007
  6. Phone Booth ; Colin Farrell  ;2002
  7. James Franco. 127 Hours ;2010 
  8. Life Of Pi 2012 
 Biar lebih jelas , nonton film-film nya... :3





Sumber :
Yudiaryani, - (1998) Konvensi Pertunjukan Teater: Di Antara Gagasan-Panggung-Penonton. In: Pendidikan Dasar VIII Teater , Teater Lobby-Dua STPMD “APMD”Yogyakarta, 20 November 1998, Yogyakarta.
Cahya Surya Harsakya S.Sn., M.Sn. dalam perkuliahan Videografi dan Penyutradaraan Naskah Drama. 2018.
https://www.kincir.com/movie/cinema/film-minim-pemeran-kualitas-menawan.
Hartarto Junaedi#1, Mochamad Hariadi*2, I Ketut Eddy Purnama*3
#Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknologi Elektro Institut Sepuluh Nopember Surabaya
Jl. Teknik Mesin Gedung B,C, dan AJ. Kampus ITS, Sukolilo Surabaya 60111
1hartarto12@mhs.ee.its.ac.id
*Departemen Teknik Komputer Fakultas Teknologi Elektro Institut Sepuluh Nopember Surabaya
Jl. Teknik Mesin Gedung B dan C, Kampus ITS, Sukolilo Surabaya 60111.
D. Arijon, Grammar of the Film Language. Silman-James Press,
1991.
 L. Canini, S. Benini, and R. Leonardi, ―Classifying cinematographic shot types,‖ Multimedia Tools and Applications, vol. 62, no. 1, pp. 5173, Jan. 2013.
Q. Galvane, R. Ronfard, C. Lino, and M. Christie, ―Continuity editing for 3D animation,‖ in Proceedings of the Twenty-Ninth AAAI Conference on Artificial Intelligence, Austin, Texas, 2015, pp. 753761.
 B. Brown, Cinematography: Theory and Practice : Imagemaking for Cinematographers, Directors & Videographers. Focal Press, 2002.
J. Bennett and C. P. Carter, ―Adopting virtual production for animated filmaking,‖ in Creative Industries Faculty, Singapore, 2014.
M. K. Pratt, How to Analyze the Films of Quentin Tarantino. ABDO Publishing Company, 2011.
 Q. Tarantino and G. Peary, Quentin Tarantino: Interviews. University Press of Mississippi, 1998.
 P. Woods, Quentin Tarantino: the film geek files. Plexus, 2000.



Minggu, 14 Juli 2019

BERCAK Karya #wahyushaleh #ISBISulSel

 #GenreFilmHoror 
 Horror-of-personality atau #horor #psikologis

https://www.youtube.com/watch?v=NQbE4Qijnpw 


#Sinopsis Film BERCAK Karya Wahyu Shaleh 
#ISBISulawesiSelatan 2018 :
Menceritakan seseorang yang menjadi target pembunuhan oleh oknum yang tidak diketahui, suatu saat dia mendapatkan surat berisi data dirinya, tempat tinggalnya, serta aktifitasnya. Dan dalam surat itu juga sudah berisi tanggal eksekusi dari oknum yang tidak dikenal tersebut. korban mempunyai gangguan psikologi dan merasakan teror yang hebat. kesehariannya pun terganggu dengan surat tersebut, sehingga dia slalu mengurung diri di kamar dan hanya dengan nyala lilin yang kecil sehingga membuat keadaanya semakin tak nyaman.
kematianpun tak terelakkan, lilin pun padam , suara langkah kaki semakin mendekat dan akhirnya ajal pun memjemputnya. karena sudah lama dirinya jadi incaran target kelompok.  


Sub Genre Horor :

1. Genre slasher dan gore merupakan 2 genre film yang berbeda namun berkaitan erat satu sama lain. Slasher sendiri merupakan sub dari genre film horor, gampangnya slasher/jagal ini berfokus tentang bagaimana seorang pembunuh 'psikopat' mengintai dan membunuh korbannya dengan cara yang sadis.
Genre gore juga merupakan sub dari genre film horror, selain unsur kesadisan  dari pembunuh, gore berfokus pada efek darah dan penyiksaan yang bisa bikin ngilu contoh: film Final Destination (2000). Genre slasher dan gore ini sering dipadukan dengan genre film lain misalnya genre thriller dan misteri. Oleh karena itu, genre ini sering disalahpahami sebagai film horor atau thriller. Kenapa genre slasher dan gore berkaitan? Jelas sekali dalam film yang mengangkat tema pembunuh psikopat, umumnya menggunakan cara yang sadis untuk menyiksa dan membunuh korbannya secara 'berdarah-darah'. Jadi, genre ini tidak cocok untuk ditonton bagi anak-anak di bawah umur atau kamu yang anti dengan hal-hal yang memperlihatkan kesadisan dan darah secara eksplisit.

2. genre thriller & suspense juga masih berhubungan satu sama lain. Thriller dapat diartikan sebagai sesuatu yang 'menggetarkan/mendebarkan' sedangkan suspense dapat diartikan sebagai  'ketegangan'. Lalu, apa persamaan dan perbedaan antara kedua genre ini? Kesamaan genre ini dapat dilihat dari tema cerita yang biasanya si korban mengalami sesuatu yang membahayakan nyawanya, sehingga penonton ikut berdebar dan merasakan ketegangan yang dirasakan tokoh protagonis misalnya film bertema pembunuhan, penculikan atau tema sejenis yang bisa membahayakan nyawa korban.
genre suspense ini penonton akan dibuat penasaran dan menebak-nebak cerita selanjutnya yang biasanya membuat penonton ikut tegang juga meski tidak seintens dari genre thriller. 
Inilah kenapa genre suspense juga sering disalahartikan sebagai genre misteri yang biasa penuh teka-teki dan membuat penonton memeras otak dalam setiap alur cerita film. Bingung? Mungkin menonton berbagai film bergenre ini dapat membuat kamu makin jeli membedakan mana yang merupakan genre thriller, suspense sekaligus misteri.

3. Genre NOIR ; Ciri khas dari genre film noir adalah warna 'hitam putih' pada film. Film noir ini adalah genre #film asal Hollywood, konsep visual 'hitam putih' sendiri juga bukan hanya karena teknologi perfilman saat itu yang belum secanggih sekarang, tapi juga karena menganut sinematografi dari Jerman saat itu.
Film noir merupakan film klasik sekitar tahun 1940-1950an, jalan ceritanya berfokus pada sisi gelap, kriminal  dari para tokoh, kebanyakan #genre film ini juga menampilan adegan tertentu yang sensual sehingga genre film ini tidak cocok untuk usia dibawah umur dan sebagian film noir merupakan film yang bertema detektif.
Pada perkembangannya sendiri selanjutnya menjadi #genre neo-noir setelah tahun 1960an yang mana genre ini menjadi lebih berkualitas dari segi pencahayaannya yang sudah berwarna tanpa menghilangkan gaya #film #noir itu sendiri dan kadang-kadang disamakan dengan genre film crime/kejahatan.

4. genre war atau perang merupakan genre film yang berhubungan dengan perang. Misalnya film tentang operasi militer, angkatan darat, laut, udara, tawanan perang serta segala sesuatu yang terkait dengan perang. Jadi, film perang juga sering dikategorikan ke dalam film ber-genre action padahal genre action sendiri lebih berfokus pada aksi laga yang dilakukan secara perseorangan/kelompok seperti aksi perkelahian, kejar-kejaran antara polisi dengan penjahat dan sebagainya.
Sedangkan film ber-genre war umumnya berisi action yang cakupannya secara nasional maupun internasional dan biasanya perang antar negara. Contoh film bergenre ini adalah film box office Dunkirk (2017) yang secara garis besar menceritakan tentang perang dunia kedua, film ini disutradai oleh sutradara terkenal Christopher Nolan dan diperankan sejumlah bintang papan atas.

5. genre western dengan koboi Tentu sangat berhubungan, karena koboi ini berasal dari western/barat dan genre ini juga berasal dari berbagai kebudayaan barat pada masa pertengahan akhir abad ke 19.
Genre film ini umumnya menceritakan tentang bagaimana kehidupan para koboi yang keras di gurun dan konflik dengan para pendatang baru serta beberapa konflik lainnya. Film genre ini sudah agak sulit didapat karena kebanyakan merupakan film jadul, contoh film genre ini adalah film Dances with Wolves (1990).

Seorang kritikus #film Amerika, Charles Derry dalam bukunya Dark Dreams: A Psychological History of the Modern Horror Film (1977: 97) membagi genre horor dalam tiga subgenre,:

 1. horror-of-personality (horor psikologis),  
 2. horror-of-Armageddon (horor bencana)
 3. horror-of-the-demonic (horor hantu). 


1. #Horor jenis pertama adalah Horror-of-personality atau horor #psikologis, yang tidak lagi menjadikan tokoh-tokoh mitos, seperti #vampir, #iblis, dan #monster sebagai tokoh utamanya.Dalam horor jenis ini, kita berhadapan dengantokoh-tokoh manusia biasa yang tampak normal, tetapi di akhir film mereka memperlihatkan sisi “iblis” atau “monster” mereka. Biasanya mereka adalah individu-individu yang “sakit jiwa” atau terasing secara sosial.Tokoh Norman Bates dalam Psychokarya Alfred Hitchcock(1960) dan Hannibal Lecter dalam The Silence of the Lambs(1991) adalah dua figur kuat yang mewakili genre ini.  
Film #Psycho juga dianggap memberikan model psikopat “sejati” yang kemudian akan muncul dalamfilm-film sesudahnya, terutama dengan adegan pembunuhan paling mencekam, yaitu adegan pembunuhan didalamkamar mandi shower.Menurut Derry, adegan pembunuhan yang sarat dengan kengerian dan cipratan darah ini, kemudian menjadi inspirasi bagi jenis film horor slasheryang mengeksploitasi adegan kekerasan eksplisit yang melibatkan senjata tajam, seperti pisau, alat pemecah es,kampak,sabit rumput,gergaji mesin dan sebagainya. Perkembangan dari horor jenis ini di Amerika bisa dilihat dalam film-film seperti, The Texas Chainsaw MassacredanHalloween

2. Horror-of-the-#Armageddon 
atau horor bencana adalah jenis film horor yang mengangkat ketakutan laten manusia pada hari akhir dunia, atau hari kiamat. Manusia percaya bahwa suatu hari dunia akan hancur dan umat manusia akan binasa. Di dalam film horor bencana ini kehancuran dunia bisa disebabkan oleh banyak faktor, seperti peristiwa alam (tabrakan meteor, tsunami, atau ledakan gunung berapi), serangan mahluk asing, serangan binatang, atau kombinasi semua faktor. Menurut Derry, film The Birds (1963) karya Alfred Hitchcock adalah salah satu film klasik genre ini. Film-film yang memiliki pola yang sama dengannya di kemudian hari misalnya, The Fly, The Alien, The Thing, Alligator dan lainnya. Kata “Armageddon” 

(nama tempat pertempuran terakhir antara kejahatan melawan kebaikan menjelang hari kiamat dalam naskah Injil) 

diambil oleh Derry bukan karena konotasi religiusnya. Ia menggunakan kata itu karena film-film ini selalu menampilkanpertempuran yang bersifat mutlak, mitis, dan berdampak kejiwaan yang besarkarena manusia dihadapkan pada proses kehancuran yang cepat, massif dan mengerikan.Rasa ngeriyang ditimbulkan mengangkatrasa ketak-berdayaan atas kehancuran global,kengerian akan kehampaan karena segala kemajuan peradaban umat manusia akan musnah dan sia-sia. Film Dawn of the Dead (1978) karya George P. Romero yang menampilkan “wabah” zombie alias mayat-mayat hidup di seluruh dunia, yang mengincar orang-orang yang masih hidup untuk mereka makan atau dijadikan zombie, merupakan salah satu contoh terbaik film horor jenis ini.  

3. Ketiga, Horror-of-the-Demonic, atau horor hantu yang paling dikenal dalam dunia perfilman horor. Film horor jenis inimenurut Derry, menawarkan tema tentang dunia (manusia) yang menderita ketakutan karena kekuatansetan menguasai dunia dan mengancam kehidupan umat manusia. Kekuatan Setan itu dapat berupa penampakan sosok spiritual, seperti dalam Don’t Look Now (1973) karyaNicolas Roeg, atau dapat pula muncul dalam sosok hantu, penyihir jahat,iblis, setan, dan sebagainya. Beberapa film yang termasuk dalam kategori ini adalah Nightmare on Elm Street, Child’s Play, dan Friday 13th. Sebagai sebuah genre, film horor memiliki beberapa konvensi atau formula yang mencakup seting ruang dan waktu, tokoh, dan alur yang harus dipenuhi. 

 Will Wright, seorang sineas Amerika independen, dalam tulisannya yang berjudul Understanding Genres: The Horror Films memerinci beberapa konvensi genre film horor, sebagai berikut.:

a.Tokoh utama biasanya adalah korban yang mengalami teroratau tokoh pembawa bencana. 
b.Tokoh Antagonis atau tokoh pembawa kejahatan biasanya terasing atau tersingkir secara sosial atau bukan bagian dari dunia nyata
c.Dekor ruangrelatif monoton. Misalnya sebuah rumah, kota terpencil, rumah sakit.Dekor waktu didominasi malam hari atau suasana gelap. 
d.Tokoh agama sering dilibatkan untuk menyelesaikan masalah
e.Hal-hal supranatural atau tahayul dipakai untuk menjelaskan peristiwa-peristiwa yang tidak dapat dijelaskan secara rasional. 
f.Tokoh anak biasanya memiliki kekuatan berkat kemurnian jiwa mereka. 
g.Adegan kekerasan fisiksering menjadi warna utamanya, misalnya pembunuhan, teror, mutilasi, dan darah. 
h.Teknologi sering menjadi salah satu pemicu masalah. Kearifan lokal dan kedekatan manusia dengan alam justru yang menjadi pemenangnya.

John and Anna Laetitia Aikin in their essay On the Pleasure Derived From Objects of Terrorstate:  
... the apparent delight with which we dwell upon objects of pure terror, where our moral feelings are not in the least concerned and no passion seems to be excited but the depressing one of far is aparadox of the heart ... difficult of solution".

"... kegembiraan yang nampak ketika kita memikirkan objek-objek teror murni, 
di mana perasaan moral kita sama sekali tidak peduli 
dan tidak ada hasrat yang tampaknya menggembirakan tetapi yang menyedihkan 
jauh dari keyakinan aparadox hati ... sulit untuk bercampur".
 
(JOHNSTON,  Deirdre  D.: (1995) Adolescents„ 
Motivation for Viewing Graphic Horror. IN : Human Communication Research. 1995, 21/4, p. 522-552.)
 
 

Sumber : 
American International Journal of Contemporary Research , The Genre of Horror Mgr. Viktória Prohászková Department of Massmedia CommunicationUniversity of Ss. Cyrill and MethodTrnava. Vol. 2 No. 4; April 2012. © Centre for Promoting Ideas, US.
Strinati, D. (2000) An Introduction to Studying Popular Culture. New York, Londong: Routledge, p. 82. 132.
CARROLL, Noël: The Philopophy of Horror. London : Routledge,1990. ISBN 0-415-90216-9
CASTLE, Mort: On Writing Horror. Cincinati : Writer‟s Digest Books, 2007. ISBN 1-58297-420-9
JOHNSTON, Deirdre D.: Adolescents‘ Motivation for Viewing Graphic Horror. IN : Human Communication Research. 1995, 21/ 4.
KING, Stephen: Az írásról. Budapest : Európa Könyvkiadó, 2005. ISBN 963-07-7823-8.
KING, Stephen: Danse Macabre. New York : Berkley, 1981. ISBN 0-425-10433-8.
MOCNÁ, Dagmar PETERKA, Josef akol.: Encyklopedie literárnych ţánrů. Praha : Paseka, 2004, s. 253-158. 8-0718-5669-X
STRINATI, Dominic: An Introduction to Studying Popular Culture. New York, Londong: Routledge, 2000. s. 80 114. ISBN 0-415-15767-6. 

Electronic Documents : 
DIRK, Tim: Film Genres: Origins & Types. [online]. Available: http://www.filmsite.org/filmgenres.htmlLOVECRAFT,
Howard Phillips: Supernatural Horror in Literature. [online]. Available: http://gaslight.mtroyal.ca/superhor.htm
 


Festival Keraton Nusantara 2019 Luwu Palopo

   Festival Keraton Nusantara (FKN) XIII tahun 2019 Tana Luwu . Festival Keraton Nusantara atau FKN adalah sebuah pameran...