Blog ini berisi Rangkuman - rangkuman buku yang berfungsi sebagai referensi dan sumber untuk mahasiswa - mahasiswa di bidang televisi dan film. berhubung kurangnya bahan mengenai penelitian film dalam bentuk bahasa Indonesia, saya beralasan membuat blog ini. banyak buku - buku dalam aliran Seni Rupa yang berkaitan erat dengan film - film , misalnya aliran Surrealisme yang sering digunakan dalam film fantasi maupun horror.
Rabu, 15 November 2017
Selasa, 14 November 2017
Kajian Drama Korea
Daripada suntuk di bandara Denpasar Bali, mungkin beberapa tulisan dan Sumber ini bermanfaat bagi yang akan mengkaji mengenai Drama Korea :3
PART #1
Akbar Purna Yoga (2014) yang berjudul Sapaan Dalam Film „챔프‟ (Champ) „울학교 이티 (My English Teacher), Dan „주먹이 운다‟ (Crying Fist) menjelaskan bahwa orang Korea masih memegang teguh ajaran konfusianisme sebagai prinsip moral dan etika dalam bersosialisasi. Hal ini terlihat saat memilih bentuk sapaan yang digunakan oleh orang Korea, yaitu „친척호징‟ (Kinship Terms), „친척호징의 은유적 사용‟ (Metaphorical Kinship Terms), „어린이 중심호칭‟ (Teknomyny), „개인 이름‟ (Personal Name), „대명사‟ (Pronoun). Kemudian skripsi lain tentang film adalah Analisis Unsur-Unsur Interinsik Dalam Film Korea „아기와 나‟ (Agi Wa Na) yang disusun oleh Farid Afandi (2013) menjelaskan film „아기와 나‟ (Agi Wa Na) sebagai objek penelitian dan teori unsur-unsur interinsik berupa tema (theme), alur (plot), tokoh (character), dan latar (setting).
Secara etimologis, sosiolinguistik berasal dari kata sosiologi dan linguistik. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan proses-proses sosial. Sementara itu, linguistik adalah disiplin ilmu yang mempelajari struktur bahasa tanpa mengkaji konteks sosial tempat struktur itu dipelajari atau digunakan. Jadi, sosiolinguistik merupakan ilmu yang mempelajari ciri dan pelbagai variasi bahasa, serta hubungan di antara para bahasawan dengan ciri dan fungsi variasi bahasa itu di dalam suatu masyarakat bahasa (Kridalaksana, 1978:94 dalam Chaer dan Leonie, 1995:4).
Abdul Chaer (2004:2) berpendapat bahwa intinya sosiologi itu adalah kajian yang objektif mengenai manusia di dalam masyarakat, mengenai lembaga-lembaga, dan proses sosial yang ada di dalam masyarakat, , sedangkan pengertian linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Sosiolinguistik adalah bidang ilmu antar disipliner yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat.
Variasi bahasa menurut Soewito (1985:29) adalah jenis ragam bahasa yang pemakaiannya disesuaikan dengan fungsi dan situasi tanpa mengabaikan kaidahkaidah pokok yang berlaku dalam bahasa yang bersangkutan. Halliday (dalam Chaer, 1995:81) membedakan variasi bahasa berdasarkan
(a) pemakainya, yang disebut dialek dan
(b) pemakaian, yang disebut register.
Variasi bahasa berkenaan dengan pemakaiannya disebut register. Register adalah salah satu bentuk gejala variasi bahasa yang disebabkan oleh perbedaan bidang pemakaian. Wardough (1986:48) menyatakan bahwa register adalah seperangkat kosakata yang berhubungan dengan bidang pekerjaan atau kelompok sosial tertentu, misalnya pemakaian kosakata yang berbeda antara penjual obat, pemusik, dan jurnalis.
Register merupakan kumpulan jargon, yaitu kosakata khusus yang dipergunakan dalam bidang kehidupan (lingkungan) tertentu (Kridalaksana, 2007:87). Soewito (1985:25) mengatakan bahwa register merupakan bentuk variasi bahasa yang digunakan saat ini, tergantung pada apa yang sedang
dikerjakan dan sifat kegiatannya. Leksikon adalah istilah teknis untuk komponen bahasa. Komponen bahasa yang dimuat dalam leksikon adalah semua informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa. Dengan kata lain, leksikon berarti perbendaharaan kata atau kosakata. Ia biasanya didaftar dan disusun dengan penjelasan yang singkat dan praktis. Menurut Kridalaksana (1990:114) leksikon adalah komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakain kata dalam suatu bahasa.
*************** bersambung...... pesawatnya dah datang :v sumber dan kajiannya menyusul :3
PART #1
Kajian Film Korea dalam Analisis Kontekstual
Pembuatan film merupakan proses membuat film dari sebuah ide yang tertuang kedalam selembar kertas yang disebut naskah skenario, dari naskah kemudian melakukan perekaman syuting, mengarahkan, mengedit, dan terakhir melakukan penyaringan produk menjadi sebuah film.
Drama Korea Let's Fight Ghost
Drama Korea Let's Fight Ghost
Beberapa teori mengatakan film adalah arsip sosial yang menangkap jiwa sebuah zaman masyarakat pada saat itu. Tetapi film secara umum adalah media komunikasi yang dapat mempengaruhi cara pandang masyarakat dan jika dilakukan terus-menerus dalam waktu yang lama dapat membentuk karakter suatu bangsa. Pemahaman inilah yang dipahami secara mendalam oleh pemerintah Korea Selatan. Seperti yang ditulis oleh Dal Yong Jin dalam artikelnya yang berjudul “Cultural politics in Korea's contemporary films under neoliberal globalization” pada tahun 2006. Berikut ini adalah paparan artikel tersebut:
For instance, the Park regime launched the first five-year master plan for cultural development to be implemented during the period 1974–9, which was the first comprehensive long-term plan for cultural policy. A major priority of this plan was to establish a new cultural identity by highlighting a specific cultural tradition. The plan mainly targeted folk arts and traditional culture (Ministry of Culture and Information, 1979: 228; Yim, 2002: 40). The Chun regime also pursued comprehensive plans for cultural policy, and one of the main cultural policy goals in these plans was to establish Korean cultural identity (Ministry of Culture and Information, 1986).
Film mempunyai pengertian sebagai rekaman citra bergerak pada seluloid, pada pita video, piringan leser, atau bahan perekam apa pun yang dapat ditemukan kemudian yang penayangannya dengan proyeksi rekaman tersebut (Effendi, 2002:5). Dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia (1989:305) dijelaskan bahwa film adalah serangkaian gambar yang diambil dari objek yang bergerak. Menurut Aripurnami, film merupakan media ekspresi yang sangat strategis untuk menyampaikan suatu pesan dan mampu mengarahakan perhatian serta membentuk opini masyarakat (Aripurnami, 1990:1). Tidak jauh berbeda dengan pengertian film dalam Bahasa Indonesia, pengertian film dalam Bahasa Korea adalah
“일정한 의미를 갖고 움직이는 대상을 촬영하여 영사기로 영사막에 재현하는 종합 예술”.
Memiliki arti sebagai seni umum untuk mereproduksi proyektor dan layar proyeksi untuk mengambil objek bergerak. Dalam hal ini Bahasa Korea memiliki kosakata khusus dalam bidang perfilman yang tidak ditemukan dalam bidang pekerjaan lain. Karena kekhasan kosakata tersebut menarik untuk diteliti lebih dalam. Pertimbangan lain yang mendorong penulis untuk memilih topik ini adalah belum adanya penelitian perfilman Korea Selatan dilihat dari segi bahasa dan sepanjang pengetahuan penulis, dan sampai saat ini belum ada penelitian yang khusus membicarakan register film Korea Selatan.
Penelitian mengenai film telah banyak dilakukan untuk menempuh jenjang sarjana. Analisis Ekspresi Marah Dalam Film 울학교 이티 (Ulhakkyo Iti) sebuah Kajian Pragmatik oleh Danu Suprobo (2012) dalam penelitiannya menganalisis ekspresi marah dalam film Korea yang berjudul 울학교 이티 (Ulhakkyo Iti). Analisis ungkapan marah dalam bentuk kalimat berita seorang guru terhadap muridnya, seorang murid terhadap teman-temannya, dan ungkapan marah wakil kepala sekolah terhadap seorang guru. Analisis tersebut juga diungkapkan dalam bentuk kalimat tanya berupa ekspresi marah seorang guru kepada muridnya, wakil kepala sekolah kepada kepala sekolah, ungkapan marah seorang ibu kepada guru, ungkapan marah guru kepada salah satu anggota Dewan Komite Sekolah, dan seorang murid yang marah kepada ibunya sendiri.
Drama Korea The Legend of The Blue Sea
Penelitian mengenai film telah banyak dilakukan untuk menempuh jenjang sarjana. Analisis Ekspresi Marah Dalam Film 울학교 이티 (Ulhakkyo Iti) sebuah Kajian Pragmatik oleh Danu Suprobo (2012) dalam penelitiannya menganalisis ekspresi marah dalam film Korea yang berjudul 울학교 이티 (Ulhakkyo Iti). Analisis ungkapan marah dalam bentuk kalimat berita seorang guru terhadap muridnya, seorang murid terhadap teman-temannya, dan ungkapan marah wakil kepala sekolah terhadap seorang guru. Analisis tersebut juga diungkapkan dalam bentuk kalimat tanya berupa ekspresi marah seorang guru kepada muridnya, wakil kepala sekolah kepada kepala sekolah, ungkapan marah seorang ibu kepada guru, ungkapan marah guru kepada salah satu anggota Dewan Komite Sekolah, dan seorang murid yang marah kepada ibunya sendiri.
Drama Korea The Legend of The Blue Sea
Akbar Purna Yoga (2014) yang berjudul Sapaan Dalam Film „챔프‟ (Champ) „울학교 이티 (My English Teacher), Dan „주먹이 운다‟ (Crying Fist) menjelaskan bahwa orang Korea masih memegang teguh ajaran konfusianisme sebagai prinsip moral dan etika dalam bersosialisasi. Hal ini terlihat saat memilih bentuk sapaan yang digunakan oleh orang Korea, yaitu „친척호징‟ (Kinship Terms), „친척호징의 은유적 사용‟ (Metaphorical Kinship Terms), „어린이 중심호칭‟ (Teknomyny), „개인 이름‟ (Personal Name), „대명사‟ (Pronoun). Kemudian skripsi lain tentang film adalah Analisis Unsur-Unsur Interinsik Dalam Film Korea „아기와 나‟ (Agi Wa Na) yang disusun oleh Farid Afandi (2013) menjelaskan film „아기와 나‟ (Agi Wa Na) sebagai objek penelitian dan teori unsur-unsur interinsik berupa tema (theme), alur (plot), tokoh (character), dan latar (setting).
Secara etimologis, sosiolinguistik berasal dari kata sosiologi dan linguistik. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan proses-proses sosial. Sementara itu, linguistik adalah disiplin ilmu yang mempelajari struktur bahasa tanpa mengkaji konteks sosial tempat struktur itu dipelajari atau digunakan. Jadi, sosiolinguistik merupakan ilmu yang mempelajari ciri dan pelbagai variasi bahasa, serta hubungan di antara para bahasawan dengan ciri dan fungsi variasi bahasa itu di dalam suatu masyarakat bahasa (Kridalaksana, 1978:94 dalam Chaer dan Leonie, 1995:4).
Abdul Chaer (2004:2) berpendapat bahwa intinya sosiologi itu adalah kajian yang objektif mengenai manusia di dalam masyarakat, mengenai lembaga-lembaga, dan proses sosial yang ada di dalam masyarakat, , sedangkan pengertian linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Sosiolinguistik adalah bidang ilmu antar disipliner yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat.
Variasi bahasa menurut Soewito (1985:29) adalah jenis ragam bahasa yang pemakaiannya disesuaikan dengan fungsi dan situasi tanpa mengabaikan kaidahkaidah pokok yang berlaku dalam bahasa yang bersangkutan. Halliday (dalam Chaer, 1995:81) membedakan variasi bahasa berdasarkan
(a) pemakainya, yang disebut dialek dan
(b) pemakaian, yang disebut register.
Variasi bahasa berkenaan dengan pemakaiannya disebut register. Register adalah salah satu bentuk gejala variasi bahasa yang disebabkan oleh perbedaan bidang pemakaian. Wardough (1986:48) menyatakan bahwa register adalah seperangkat kosakata yang berhubungan dengan bidang pekerjaan atau kelompok sosial tertentu, misalnya pemakaian kosakata yang berbeda antara penjual obat, pemusik, dan jurnalis.
Register merupakan kumpulan jargon, yaitu kosakata khusus yang dipergunakan dalam bidang kehidupan (lingkungan) tertentu (Kridalaksana, 2007:87). Soewito (1985:25) mengatakan bahwa register merupakan bentuk variasi bahasa yang digunakan saat ini, tergantung pada apa yang sedang
dikerjakan dan sifat kegiatannya. Leksikon adalah istilah teknis untuk komponen bahasa. Komponen bahasa yang dimuat dalam leksikon adalah semua informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa. Dengan kata lain, leksikon berarti perbendaharaan kata atau kosakata. Ia biasanya didaftar dan disusun dengan penjelasan yang singkat dan praktis. Menurut Kridalaksana (1990:114) leksikon adalah komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakain kata dalam suatu bahasa.
*************** bersambung...... pesawatnya dah datang :v sumber dan kajiannya menyusul :3
Rabu, 08 November 2017
Archetype pada Film Harry Potter
Analisis Psikologi Film
Archetype Tokoh Harry
Potter dalam Film Harry Potter episode Deathly Hollow
Oleh; Cahya Surya Harsakya
Pengantar
Analisis film merupakan suatu kajian
yang menganalisa bagaimana isi atau kandungan makna dalam film tersebut. Film dibuat
dengan tujuan sebagai penyampaian pesan kepada khalayak ramai dan membentuk
suatu opini public. Film mempunyai pengertian sebagai rekaman citra bergerak
pada seluloid, pada pita video, piringan leser, atau bahan perekam apa pun yang
dapat ditemukan kemudian yang penayangannya dengan proyeksi rekaman tersebut
(Effendi, 2002:5). Dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia (1989:305) dijelaskan
bahwa film adalah serangkaian gambar yang diambil dari objek yang bergerak.
Menurut Aripurnami, film merupakan media ekspresi yang sangat strategis untuk menyampaikan
suatu pesan dan mampu mengarahakan perhatian serta membentuk opini masyarakat
(Aripurnami, 1990:1).
Film Harry Potter episode Deathly
Hollow memiliki banyak tanda-tanda yang merepresentasikan
suatu pesan yang tersembunyi oleh visualisasi – visualisasi yang imajinatif dan
dikemas oleh lagu-lagu yang mengundang kesan horror sehingga membuat film ini
memiliki tanda yang bisa dikaji secara psikologi tokoh melalui archetype. Film Harry Potter episode Deathly Hollow dapat dikaji lebih jauh tentang makna yang
tersembunyi pada film tersebut dan menafsirkannya. Kajian archetype magicion yang ada pada tokoh utama film ini yaitu Harry
Potter. Diutarakan oleh Van Zoest, Film menuturkan ceritannya dengan cara
khususnya sendiri (Sobur, 2009: 130). Dengan begitu peneliti akan meneliti
dibantu dengan analisis semiotika dari Roland Barthes yang meneliti makna
dibalik tanda - tanda yang ada pada film. Adapun teori semiotika Roland Barthes
yang dipakai karena dirasa teori ini sesuai dan mendukung kajian ini.
Archetype
“The invisible patterns in the mind that control how we experience the world” (Pearson, 1991)
“Narrative structures,
themes,and defineable characters that if achived, give us temporary sense of
success, fulfillment, and statisfaction” (Pearson&Marr,2002)
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat dikatakan bahwa archetype adalah:
Struktur, tema, atau karakter
utama yang merepresentasikan diri seseorang, yang mempengaruhi cara individu
mempersepsikan pengalamannya, yang menggambarkan kebutuhan dasar individu yang
berusaha dipenuhi.
Archetype mengkomunikasikan
dan mendasari pengekspresian keinginan-keinginan dasar, arti dan tujuan hidup,
dan motivasi seseorang, dimana dalam pengekspresiaan tersebut, setiap individu
mempunyai gaya, dan kekhasan masing-masing, yang berbeda satu sama lain
tergantung archetype yang dominan dan aktif dalam diri individu.
Fungsi dari archetype sendiri bagi individu adalah mempengaruhi cara
pandang seorang individu terhadap sebuah kejadian, terhadap diri sendiri,
kebutuhannya, dan apa yang kita mau, apa yang mau kita pelajari, dan lain-lain;
selain itu archetype juga yang membantu seseorang dalam menemukan pemenuhan
keinginan dasarnya sehingga adanya kepuasan dalam hidup.
Terdapat dua belas archetype, dengan
setiap archetype terdapat informasi berupa gambaran umum, bagaimana individu
dengan archetype yang aktif tersebut menghadapi dan menyelesaikan masalah,
kecenderungan apa yang terjadi jika archetype tersebut dominan dalam diri
seorang individu, cerita-cerita yang bagaimana yang menarik individu
disesuaikan dengan archetype, tipe kepemimpinan, dan kebutuhan terdasar yang
menjadi landasan motivasi individu dalam melakukan sesuatu.
Ke-12 jenis archetype itu adalah innocent, orphan, warrior,
caregiver, seeker, lover, destroyer, creator, ruler, magician, sage, dan jester.
Dalam film Harry Potter episode Deathly Hollow, motivasi untuk membuat takut dan kengerian pada penonton ditunjukkan dengan tekanan akan horror pembunuhan dan ancaman kepada seluruh Guru, staf dan murid Hogwarts. ancaman yang dilakukan oleh Voldemort, karena Hogwarts tidak memihak kepada Voldemort , untuk menyerahkan Harry Potter.
https://cinemapoetica.com/harry-potter-and-the-deathly-hallows-part-2-seruan-menuju-kematian-yang-abadi/.
The Magician
Individu dengan archetype magician
adalah individu yang karismatik, dan mempunyai kemampuan natural seakan-akan
dapat menyembuhkan dan menenangkan sesuatu yang terpecah belah, menyatukan
orang-orang di balik sebuah visi yang sama, dan visi tersebut masih dalam
batasan real. Individu magician percaya bahwa struktur kesadaran yang memegang
kendali atas apa yang terjadi dalam hidup, biasanya sangat memegang teguh pada
kesadaran diri, doa, meditasi, dan metode tertentu lainnya dalam mempertahankan
dan mencapai tujuan diri. Pada dasarnya, individu magician percaya bahwa
kejadian buruk mungkin saja dialami atau diketahui oleh manusia, yang
terpenting adalah bagaimana manusia dengan kecerdasannya mencoba mengerti
dengan cara menyeimbangkan antara pikiran, alam, dan roh.
Jika dihadapkan pada masalah, hal
pertama yang akan dilakukan oleh individu ini adalah mengubah cara bersikap,
memperluaskan prespektif diri, dan menyesuaikan sikap diri untuk menciptakan
efek yang dapat mengubah keseluruhan sistem. Individu ini juga biasanya
langsung menggambarkan situasi atas sebuah masalah, dan memikirkan bagaimana
caranya untuk membantu dengan solusi selama solusi tersebut dipercaya tulus dan
baik, maka magician percaya masalah akan dapat diselesaikan.
Individu dengan archetype magician
cenderung memperhatikan hal-hal kecil, dan kebetulan kemudian memberikan arti
pada kejadian tersebut. Individu ini juga tertarik pada bagaimana sesuatu
terjadi secara metafisika atau spiritual dan juga menurut prespektif sains.
Terkadang hal ini membuat individu terlihat melewatkan sesuatu yang nyata, dan
terlihat kehilangan akal sehat karena ketertarikannya pada prespektif
spiritual.
Individu magician juga mempunyai
kecenderungan untuk percaya terlalu berlebih pada hal-hal spiritual karena
keinginan mereka untuk mempunyai sebuah kekuatan spiritual dan magis. Magician
juga biasanya dapat menggunakan karismanya untuk memanipulasi orang lain dan
menyenangkan orang lain dengan ekspektasi yang berdasarkan kepercayaan dan
prespektif spiritual yang dipercaya oleh magician.
Magician biasanya menyukai dan
menikmati cerita-cerita dimana terdapat cerita atau dongeng magis dimana
terdapat kekuatan kekuatan magis yang digunakan untuk menaklukkan kejahatan
atau mengubah situasi. Individu magician juga menikmati cerita-cerita dimana
terdapat individu dengan tugas membawa keajaiban, atau tugas-tugas yang
membantu orang banyak, sehingga mereka terisolasi, namun akhirnya menemukan
cintanya atau komunitasnya.
Tipe kepemimpinan magician adalah
mempunyai kemampuan untuk memberikan energi pada orang lain dengan cara
menginspirasikan mereka untuk jujur dan mengetahui apa mimpi dan tujuan
terdalam dan sejati yang ada dalam diri, dan bagaimana bekerja sama untuk
mengeluarkan mimpi dan tujuan tersebut menjadi nyata, seperti contoh tokoh
Martin Luther King Jr. Individu magician juga baik dalam mempertahankan
fleksibilitas dari struktur dan perilaku tanggung jawab dan respon dari
bawahannya. Individu dapat membentuk kerjasama yang sinergis dimana keseluruhan
lebih baik daripada beberapa.
Kebutuhan dasar: adalah mempunyai
visi, dan bekerjasama bagaimana mewujudkan visi tersebut menjadi realitas.
Individu Magician selalu ingin dilihat sebagai individu yang berkarisma dan
mempunyai visi, namun juga sedikit misterius dan tidak tertebak.
Sinopsis
Pencarian horcrux dari Part 1 diteruskan dengan melibatkan peran-peran penting dan juga usaha mencari titik lemah You-Know-Who, yang akhirnya mulai menemukan titik terang. Bukan hanya itu, rahasia lain mulai satu persatu terbongkar tanpa disengaja. Kekuatan Harry sebagai the boy who lived come to die makin terasah, apalagi Harry seperti berbagi pikiran dan kekuatan dengan Voldemort. Kemunculan kata-kata dari trailer Part 2tersebut seperti menjadi penekanan tentang gambaran film keseluruhan. Selain itu, perjalanan Harry menuju medan pertempuran dibayang-bayangi ancaman pasukan Voldemort untuk menghabisi Harry. Lalu tokoh-tokoh yang berperan penting dalam hidup Harry pun memunculkan jejaknya. Hal itu seperti membukakan jalan pada kematian yang konon disiapkan Voldemort untuk bocah yang paling dicari selepas kematian Dumbledore.
Munculnya orangtua Harry dan juga Sirius Black sebelum Harry memulai pertempurannya seperti memberikan kode-kode atas situasi yang mungkin dihadapi Harry. Di sisi lain, mungkin juga pertarungan Harry dengan Voldemort secara tidak ia sadari adalah ajang balas dendam atas apa yang telah menimpa orang terdekatnya. Alam bawah sadar Harry saat itu seperti mendorong dirinya sendiri untuk mengumpulkan keberanian melawan Voldemort. Munculnya sosok-sosok Lily, James dan Sirius seperti hanya dalam pikirannya saja, sama ketika ia bertemu Dumbledore. Pertanyaan Harry pada Dumbledore ”Apakah ini atau nyata?” dijawab dengan ”Semuanya ada di pikiranmu.” Ada keinginan dalam diri Harry yang begitu kuat untuk bertemu Dumbledore dengan segala kebingungan yang luar biasa atas apa yang harus ia lakukan.
Pada akhirnya, Dumbledore pun tetap menyerahkan semua keputusan di tangan Harry. Bangun dan kembali pada pertarungan yang mempertaruhkan hidupnya atau Harry bisa menyerah pada Voldemort tanpa mengadakan perlawanan dan melewati jembatan kematian itu dengan sambutan orang-orang terkasihnya yang lebih dulu tewas dengan tragis.
Bukan hanya seputar kematian dirinya yang menjadi taruhan, misteri kematian orang terdekat Harry satu persatu terbongkar kebenarannya dan juga membongkar misteri lainnya yang telah terkubur. Kebencian Harry atas matinya petinggi Hogwarts, Albus Dumbledore ternyata harus dibayar mahal dengan sebuah rahasia yang dibuka pasca kematian Snape. Tentunya tanpa membaca bukunya, ini merupakan salah satu kejutan apik di penghujung sepak terjang Severus Snape. Mendadak ada sedikit simpati yang muncul berbalik 180 derajat setelah sepanjang enam seri sebelumnya banyak kebencian yang muncul pada tokoh yang diperankan Alan Rickman ini.
Seruan kematian juga menghantui Hogwarts yang seolah redup dan tidak lagi bernyawa pasca kepemimpinan Snape. Guru, staf dan murid Hogwarts seolah kehilangan nyawa dan merasa terancam karena misteri keberadaan Harry. Sekembalinya Harry ke Hogwarts, ternyata ada kepanikan yang melanda karena mereka tahu pasti ada korban ketika Harry muncul. Namun, kepanikan atas serangan dementor dan pasukan Pangeran Kegelapan seolah memicu team Potter untuk mengentaskan nyawa Voldemort dan menjadikan Harry pahlawan sejatinya. Sayangnya, Harry Potter bukan lagi laki-laki lugu yang dibesarkan lewat latar sihir warna-warni. Ia tumbuh dalam kecaman penguasa abadi kegelapan yang konon tidak memberikannya pilihan untuk hidup atau mati, untuk menjadi pahlawan atau pengecut. Apakah mungkin kematian adalah jalan pintas yang abadi? Atau hanya sebagai jalan pembuka bagi seseorang untuk menyebut dirinya pahlawan?
Meskipun tidak banyak berekspektasi, tentu masih ada rasa ingin tahu yang besar tentang bagaimana pertarungan terakhir Harry dan Voldemort akan berlangsung. Sebagai bagian terakhir dari seri yang akan menutup perjalanan cerita Potter dan juga menutup akhir hidup dari salah satu tokohnya, pertarungan hebat diharapkan bisa menjadi tutupan megah. Sejak adegan pertama sebagai sambungan dari Part 1, suasana yang dibangun adalah kelam. Dengan warna yang ditampilkan penuh kegelapan, lalu ketika pertahanan Hogwarts dibangun dengan matera yang dibuat oleh para profesornya makin menambah kegelapan dan kekelaman yang terjadi. Pertarungan massal antara Potter versus Voldemort juga membuat penonton bergidik dan menyiapkan diri siapa pun bisa tewas dari pertarungan hebat itu.
Sayangnya pertarungan hebat yang selayaknya sarat dengan adegan berdarah-darah, yang mungkin sayang dilewatkan meski hanya satu detik saja. Pertarungan sepertinya terfokus pada hancurnya horcrux satu persatu dan juga usaha untuk menghabisi Nagini. Adegan ini beberapa kali dimunculkan, saat Ron & Hermione mengambil taring Basilisk sebagai salah satu senjata ampuh untuk menghabisi Nagini. Adegan tersebut cukup terasa efek dasyatnya sama seperti ketika tiara milik Rowena Ravenclaw musnah di Ruang Penyimpanan. dan juga saat Voldemort merasakan efek pasca hancurnya horcrux tersebut. Kedahsyatan pertarungan secara satu persatu itulah yang lebih terasa daripada pertarungan ketika Harry dan Voldemort berhadapan satu sama lain. Seolah energi mereka telah habis sebelum mereka berdua bertatap muka.
Charles Derry dalam bukunyaDark Dreams: A Psychological History of the Modern Horror Film(1977: 97) membagi genre horor dalam tiga subgenre, yaitu horror-of-personality(horor psikologis), horror-of-Armageddon(horor bencana), dan horror-of-the-demonic(horor hantu).
Dalam film Harry Potter episode Deathly Hollow memiliki 2 sub-Genre Horror sekaligus, yaitu
yaitu horror-of-personality(horor psikologis) dan horror-of-the-demonic.
melibatkan senjata tajam, seperti pisau, alat pemecah es,kampak,sabit rumput,gergaji mesindan sebagainya.
Genre Horror Dalam Film Harry Potter
Dalam film Harry Potter episode Deathly Hollow memiliki 2 sub-Genre Horror sekaligus, yaitu
yaitu horror-of-personality(horor psikologis) dan horror-of-the-demonic.
Horror-of-personality(horor psikologis)
horor psikologis, yang tidak lagi menjadikan tokoh-tokoh mitos, seperti vampir, iblis, dan monster sebagai tokoh utamanya.Dalam horor jenis ini, kita berhadapan dengantokoh-tokoh manusia biasa yang tampak normal, tetapi di akhir film mereka memperlihatkan sisi “iblis” atau “monster” mereka. Biasanya mereka adalah individu-individu yang “sakit jiwa” atau terasing secara sosial. juga dianggap memberikan model psikopat “sejati” yang kemudian akan muncul dalamfilm-film sesudahnya, terutama dengan adegan pembunuhan paling mencekam, yaitu adegan pembunuhan. Menurut Derry, adegan pembunuhan yang sarat dengan kengerian dan cipratan darah ini, kemudian menjadi inspirasi bagi jenis film horor slasheryang mengeksploitasi adegan kekerasan eksplisit yang melibatkan senjata tajam, seperti pisau, alat pemecah es,kampak,sabit rumput,gergaji mesindan sebagainya.
Guru, staf dan murid Hogwarts yang merasa terancam oleh Voldemort
Dalam film Harry Potter episode Deathly Hollow, motivasi untuk membuat takut dan kengerian pada penonton ditunjukkan dengan tekanan akan horror pembunuhan dan ancaman kepada seluruh Guru, staf dan murid Hogwarts. ancaman yang dilakukan oleh Voldemort, karena Hogwarts tidak memihak kepada Voldemort , untuk menyerahkan Harry Potter.
Horror-of-the-demonic
Film horor jenis ini menurut Derry, menawarkan tema tentang dunia (manusia) yang menderita ketakutan karena kekuatan setan menguasai dunia dan mengancam kehidupan umat manusia. Kekuatan Setan itu dapat berupa penampakan sosok spiritual, atau dapat pula muncul dalam sosok hantu, penyihir jahat,iblis, setan, dan sebagainya. Sebagai sebuah genre, film horor memiliki beberapa konvensi atau formula yang mencakup seting ruang dan waktu, tokoh, dan alur yang harus dipenuhi.
Sumber
Mark, M., Pearson, S. C. (2001). The hero and the outlaw: building extraordinary brandsthrough the power of archetypes. New York:
McGraw-Hill.
Pearson, S. C., Marr, H. K. (2002), Introduction to archetypes : a companion for understanding and
using the pearson-marr archetype. Florida: Center for
Applications of Psychological Type, Inc.
Pearson, S. C. (1991). Awakening the Heroes Within: Twelve Archetypes to Help Us Find
Ourselves and Transform Our World. New York: HarperCollins
Publishers.
Gambar :
Kamis, 31 Agustus 2017
Rabu, 31 Mei 2017
Perbedaan Naskah Film dan Naskah Drama
Perbedaan
Naskah Film dan Naskah Drama
Cahya
Surya Harsakya.
Diskripsi
sebuah naskah menurut kamus besar bahasa Indonesia
Skenario adalah rencana lakon sandiwara atau film
berupa adegan demi adegan yg tertulis secara terperinci. Skenario, adegan layar (screenplay) atau naskah
film ialah cetak biru yang ditulis untuk film atau acara televisi. Skenario
dapat dihasilkan dalam bentuk olahan asli atau adaptasi dari penulisan yang
sudah ada seperti hasil sastra.
NASKAH DRAMA
|
NASKAH FILM
|
|
Ruang
lingkup
|
Lebih singkat hanya dalam 1 ruang
dan waktu
|
Lebih kompleks dan rumit terdiri
dari banyak ruang, tempat dan waktu. Termasuk
kompleksitas alur.
|
lingkup cerita/ alur
|
drama terjadi dalam waktu riil; bukan
berarti ceritanya nyata, tetapi penampilannya sebenarnya dilakukan secara
langsung dan dengan demikian segala sesuatu yang terjadi di atas panggung
bisa terjadi di belakang panggung juga.
|
film bisa memiliki 70 adegan pada 70 lokasi dengan ratusan peran
(dengan latar belakang yang ekstra, dll). Lain dengan drama yang hanya
terjadi di satu panggung.
Ruang lingkup film luasmencakupberbagai tempat, area dan setting.
|
Actor (pemeranan)
|
lingkup drama biasanya kecil, disertai
dengan satu cerita inti dengan beberapa aktor yang cukup untuk
menampilkannya. Karena drama dilakukan pada waktu yang riil, setiap malam
pertunjukan, naskah drama anda tidak harus mencakup peran-peran yang
memerlukan aktor tambahan untuk hanya satu adegan.
Dalam sebuah drama, anda harus menyewa
aktor untuk memainkan peran itu dengan latihan berminggu-minggu dan setiap
malam pertunjukan. Begitu banyak drama dengan berbagai karakter tambahan yang
sering memiliki satu atau lebih pemeran ensemble untuk bermain pada
bagian peran yang kecil.
|
Dalam film,seorang aktor hanya mungkin bermain pada satu adegan
Misalnya, penjual hot dog di taman. Dia hanya memiliki satu atau dua hari
untuk dipekerjakan, merekam adegan, dan lain sebagainya. Ini menghemat uang
untuk penyewaan bakat, serta menghemat ruang di belakang panggung.
Semua aktor dalam film tidak harus ada pada waktu yang sama; aktor
bermain pada sebuah panggung yang disediakan. Sementara dalam drama juga
dapat memiliki banyak sekali adegan, paling selebihnya hanya terbatas pada
beberapa set inti, karena setiap kali ada perubahan lokasi, satu kru harus
benar-benar berjalan dan memindahkan latar pemandangan
|
Format cerita
|
Beberapa drama yang lebih tradisional
akan ditulis dalam tiga babak, membuat setiap peran harus memiliki satu set
baru (lokasi baru).
|
Sedangkan untuk sebuah naskah film, mudah sekali melompat ke
lokasi lain (dan kembali dalam adegan yang sama) karena mereka akan direkam
pada hari yang berbeda di berbagai tempat.
|
dialog
|
Kisah dalam naskah drama diceritakan
dalam dialog. Ini adalah aturan yang tidak tertulis pada teater dimana banyak
sutradara dan para aktor memilih arahan di panggung sebagai saran saja.
Dialog, bagaimanapun juga, diatur baku. Dengan demikian, babak pada drama
akan menggerakkan cerita melalui dialog.
|
Film bukan hanya menceritakan apa yang akan terjadi ketika mereka tidak
berbicara, film dilukiskan dengan gambar. Hal ini membawa kita pada dialog.
|
Naskah
|
Naskah drama
cenderung untuk tetap bertahan pada sebuah adegan yang lebih lama dari sebuah
film untuk alasan tersebut.
Drama adalah
pengendali dialog. Anda akan melihat pada naskah drama, dialog sangat jauh
melebihi arahan di panggung. Format ceritanya sudah mencerminkan hal ini.
Dialog dalam drama diberikan dengan batas yang lebih luas, sementara
aksi (atau arahan panggung diberikan dengan batas yang kecil---kebalikan dari
spesifikasi naskah film).
|
naskah film
memiliki keseimbangan yang lebih besar antara dialog dan juga aksi (dan aksi
yang kadang-kadang jumlahnya benar-benar lebih banyak); ini karena film
adalam sebuah media visual. Anda akan mendapatkan kedekatan dan gambar
pemandangan yang lebar yang tidak bisa anda dapatkan di atas panggung. Dengan
demikian, naskah film menekankan pada penggambaran visual.
|
Dalam menulis naskah skenario drama
teater ataupun film, seorang penulis dituntut mampu menerjemahkan setiap
kalimat dalam naskahnya menjadi sebuah gambaran imajinasi visual yang dibatasi
oleh format pandang panggung ataupun layar bioskop atau televisi, oleh karena itu
kreativitas sangat penting dalam proses penulisan.
Kreativitas dan gagasan segar
sangat dibutuhkan selama menyusun ide cerita menjadi naskah skenariobaik
pementasan drama ataupun film. Dengan adanya kreativitas dan gagasan-gagasan
baru tersebut diharapkan akan muncul cerita-cerita film yang beragam, dan tidak
monoton.
Semakin berkembangnya dunia hiburan, kebutuhan
naskah skenario semakin besar. Bukan hanya naskah untuk film saja, namun juga
naskah skenario untuk berbagai acara televisi, termasuk iklan.
Sumber;
Kanus Besar Bahasa Indonesia 2010.
RMA.Harymawan . Dramaturgi. 1988. Rosdakarya: Jakarta.
Patz,Deborah
S.; Film Production 101: The Ultimate Guide For Film and Television Production
Management And Coordination, Michael Wiese Production.
Naratama,
2004; Menjadi Sutradara Televisi. Grasindo:Jakarta.
Fred Wibowo, 2007,teknik Produksi Program TV. Pinus;Jakarta.
Elizabeth
Lutters,2004. Kunci sukses menulis skenario. Grasindo : Jakarta.
Anton
Mabruri KN.2005. Manajemen Produksi Program Acara TV (format acara
drama).Grasindo : Jakarta.
Anton Mabruri
KN.2005. Manajemen Produksi Program Acara TV (format acara Non – drama, News
dan Sport).Grasindo : Jakarta.
Sabtu, 15 April 2017
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pelaksanaan pendidikan dan pengajaran bagi sebuah pendidikan tinggi seni,
khususnya Program Studi S-1 Televisi dan Film tidak hanya cukup dilaksanakan di
kampus saja. Sangat diperlukan proses pengayaan diri melalui pengalaman belajar
bekerja secara nyata di dunia industri sesuai dengan bidang profesi yang
ditekuni mahasiswa sebagai penyempurna dalam pencapaian kompetensinya.
Jika pendidikan di dalam kampus dititikberatkan pada pengembangan wawasan
keilmuan dan akademik, pembekalan dasar keahlian, dan pengembangan kreativitas,
maka pengalaman belajar bekerja secara terstruktur dapat dimanfaatkan mahasiswa,
untuk menerapkan ilmu yang diperolehnya sambil mengenali jenis kompetensi dan
standar profesionalitas yang dituntut oleh dunia kerja. Melalui pelaksanaan kerja
profesi ini mahasiswa dapat merasakan bagaimana bekerja di sebuah perusahaan
yang diinginkan, dan mahasiswa juga dapat mengembangkan pengetahuan yang
didapatkannya dari pembelajaran di kampus.
Menjadi seorang Art. Director di
salah satu televisi bukanlah sebuah hal yang mudah. Hal ini dikarenakan Art Director. harus bekerja secara siap
waktu sebelum dilakukannya produksi agar sebuah program acara dapat ditayangkan
tepat waktu. Maka dari hal tersebut, mahasiswa dituntut untuk disiplin dalam
melaksanakan pekerjaannya. Menghargai waktu dan dapat bekerja sama dengan tim
kerja yang sudah ditentukan adalah satu hal yang penting dalam menjadi seorang Art. Director di stasiun televise, baik
local maupun nasional.
Oleh sebab itu, mahasiswa Program Studi S-1 Televisi dan Film ISI
Surakarta berkewajiban mengamati sekaligus mengalami secara langsung penerapan
kompetensi yang telah dikembangkan selama kuliah lewat praktik belajar-bekerja
atau magang di dunia kerja yang sesungguhnya. Belajar-bekerja atau magang ini
dapat diwujudkan melalui pelaksanaan kuliah Kerja Profesi (KP).
- Tujuan
Penyelenggaraan Kerja Profesi
Pelaksanaan kuliah Kerja
Profesi Program Studi S-1 Televisi dan Film ISI Surakarta ini bertujuan untuk:
1. Merealisasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi
sesuai visi, misi, dan tujuan ISI Surakarta.
2. Mahasiswa belajar menerapkan ilmu
pengetahuan di lingkungan masyarakat/dunia kerja/industri.
3. Mahasiswa belajar/mengenal/mengalami
suasana kerja secara langsung bagaimana menjadi seorang Art. Director di stasiun televisi.
4. Mahasiswa mengetahui sistem kerja dengan pembagian divisi yang sudah ditentukan
oleh perusahaan.
5. Mahasiswa belajar mengembangkan kemampuan
bekerjasama interpersonal skill (human
relation).
6. Mengadaptasikan mahasiswa dengan
perkembangan pertelevisian saat ini.
- Manfaat
Penyelenggaraan Kerja Profesi
Pelaksanaan kuliah Kerja
Profesi untuk mahasiswa Program Studi S-1 Televisi dan Film ISI Surakarta ini
memberi manfaat baik bagi mahasiswa, lembaga pendidikan (Prodi Televisi dan
Film ISI Surakarta), maupun dunia industri.
1. bagi mahasiswa
a.
Sebagai peralihan dari suasana akademik/kampus ke dunia
kerja yang sesungguhnya, sehingga pengalaman tersebut dapat dipakai untuk
mempersiapkan diri dari segi mental dan kompetensi menghadapi kebutuhan
industri pertelevisian terutama di bidang Art.
Director.
b. Sebagai usaha memantapkan kesiapan profesi
di bidang Art. Director.
c. Dapat menjalin relasi secara profesional
dengan pihak industri/perusahaan.
d. Mendapatkan sebuah wacana yang baru, dan
dapat sebagai pertimbangan di masa depan.
2. bagi lembaga
pendidikan
a.
Merupakan salah satu cara evaluasi pencapaian
kompetensi lulusan terutama di bidang Art.
Director ataupun Produksi program acara.
b. Dapat menjalin kerjasama mutualistis
dengan pihak industri atau perusahaan.
c. Dapat mewakili eksistensi program studi
Televisi & Film ISI Surakarta.
d. Dapat memperoleh informasi dari
industri/perusahaan tentang kompetensi dan kualifikasi sumber daya manusia yang
dibutuhkan.
- Waktu
Penyelenggaraan Kerja Profesi
Kerja profesi dilaksanakan
selama satu bulan sejak tanggal 18 Mei 2010 sampai 18 Juni 2010. Jam kerja dimulai
pada hari Senin sampai Sabtu mulai pukul 09.00 – 17.00. Selama 1 bulan
ketentuan jadwal kerja profesi dilakukan menyesuaikan dengan jadwal perusahaan,
masuk dari hari Senin hingga hari Sabtu, dan libur pada hari Minggu. Bila ada
libur nasional tetap masuk kerja dikarenakan sudah terkena jadwal harian.
Apabila pada hari Minggu ada acara live baik diluar ataupun di dalam stasiun
televisi, maka tetap masuk kerja pada produksi tersebut.
- Lokasi
Penyelenggaraan Kerja Profesi
Institusi yang dituju adalah :
1. Nama Institusi : P.T Terang Abadi Televisi ( TATV ).
2. Unit/Bagian : Produksi dan Art Departement.
3. Bidang : Pra dan Produksi acara.
4. Alamat : Gedung Terang Abadi Televisi ( TATV ).
Jl. Brigjend. Katamso No. 173 Surakarta.
Jl. Brigjend. Katamso No. 173 Surakarta.
BAB II
MATERI DAN
METODE KERJA PROFESI
A. Materi Kerja Profesi
1. Materi Umum.
Media televisi menjadi media yang menyajikan sebuah pertunjukan audio
visual yang dikemas secara baik
didalamnya. Media ini sangat diminati oleh masyarakat dalam menyajikan
informasi. Masyarakat bisa dengan mudah mengakses informasi lewat program acara
yang ditayangkan oleh sebuah stasiun televisi. Proses pengerjaan tayangan
sebuah program acara dibagi menjadi tiga bagian yaitu, Praproduksi yang diketahui
menjadi proses yang dilakukan sebelum melakukan produksi (pembuatan rundown
acara, casting, pembuatan naskah, prepare dan set studio), Produksi yang
menjadi proses pembuatan atau pengambilan gambar yang dibutuhkan sesuai dengan
naskah yang telah dibuat, Pascaproduksi sebagai proses terakhir dalam
pengerjaan program acara televisi sebelum ditayangkan. Dalam hal ini Art. Director Departement berperan
penting ( vital ) dalam pelaksanaan
Praproduksi, Art. Director
dibagi atas 2 divisi :
1.
Divisi Tata rias. & wardrobe. ( meliputi tata rias
talent / pemain dan persiapan kostum yang akan digunakan pemain, MC, talent
program acara, pembawa berita, make – up aktris, dll ).
2. Divisi Tata artisitik ( meliputi, desain
panggung yan akan digunakan, tata cahaya panggung dan jenis – jenis setting
panggung, baik buil – up ataupun set. Permanent.
Tata
artistik dan setting lokasi menjadi sebuah proses awal dari produksi film.
Tidak berbeda dengan stasiun televisi, bahwa proses penataan setting panggung
menjadi bagian paling awal dari sebuah produksi program acara in – door.
Saat dilaksanakannya kerja profesi, didapatkan posisi sebagai Art. Director. Peran Art.
Director sendiri di perlukan
dalam sebuah produksi program acara televisi di studio ( in – door ). Saat
dilaksanakannya kerja profesi, tugas yang langsung didapat adalah menjadi Art. Departement program acara Musik dan Talk show yang ditayangkan
hampir setiap hari. Instruktur sangat banyak memberikan materi tambahan dalam
hal penataan artistik dan setting studio, baik dalam pemahaman penggunaan tata
warna dan cahaya, pemilihan gambar yang tepat, mambuat efek dan backdroup yang
cocok, agar di dalam produksi mendapatkan minat dari audience yang menonton
acara tersebut. Karena warna pada setting yang diterapkan berbeda setelah
gambar panggung tersebut diambil kamera dan masuk secara live, perbedaan warna
pada kamera yang harus diperhatikan oleh team work Art. Director.
2. Materi Khusus.
Baik-tidaknya
sebuah program acara in – door ataupun studio, paling awal ditentukan oleh Art. Departement. Art.
Director merupakan penggarap pertama
studio, sebelum team produksi masuk ke studio untuk produksi secara live.
Sebuah acara sering terasa membosankan karena Art. Director tidak
berperanan, hanya sebagai pelaksana saja atau hanya mengalihkan kembali yang
tercantum dalam rundown program acara. Apalagi kalau ia sendiri tidak memiliki
cita rasa seni yang merangsang hadirnya kreativitas. Sebaliknya, jika Art. Director itu mempunyai penafsiran yang kreatif terhadap
suatu setting studio yang akan diproduksi, maka ia akan memadukan gambar desain
sedemikian rupa sehingga setting panggung bisa lebih baik dari apa yang dibayangkan
produser sebelumnya. Dengan kata lain, acara menjadi lancar dan menarik, atau sebaliknya,
jadi membosankan, sering merupakan tanggung jawab seorang Art. Director.
Hal ini
membuktikan bahwa Art. Director menjadi bagian penting dari sebuah proses
produksi program acara live, dimana Art.
Director sendiri harus
kreatif dalam mengerjakan tugasnya. Tak berbeda jauh dengan dunia film, saat dilaksanakannya
kerja profesi di stasiun televisi TATV berfikir cepat dan kreatif saat
melaksanakan tugas agar tayangan sebuah program acara menjadi menarik untuk
ditonton adalah sebuah tuntutan yang harus dapat dilaksanakan. Apalagi jika Art. Director dihadapkan dengan program televisi kejar tayang diluar
stasiun televisi tersebut, misalnya Live Clevo di Solo Square, seorang Art. Departement dituntut bekerja lebih cepat dan harus mampu mengatasi
kesalahan baik teknis maupun non teknis.
Di dalam proses praproduksi Art.
Director harus melalui beberapa
bagian. Pertama seorang Art. Director harus memahami atau mengetahui tentang
segala hal yang berhubungan dengan proses tata artistik panggung program acara
live, baik teknis maupun non teknis. Kedua seorang Art. Director harus
dapat memilih setting desain gambar sesuai dengan rundown acara yang
telah dibuat oleh asisten produser acara. Ketiga seorang Art. Director harus bisa memilih dan menyusun desain gambar
yang harus diterapkan pada setting panggung program acara tersebut sebagus
mungkin sesuai yang diharapkan oleh produser acara. Keempat Art. Director harus dapat membangun kerjasama baik didalam tim
produksi maupun didalam divisinya sendiri. Dalam kerja profesi, diajarkan oleh
instruktur untuk melakukan empat hal di atas dalam program acara yang
dikerjakannya.
B. Metode Kerja Profesi
1. Pengumpulan Data Primer
a. Observasi
Keinginan
untuk merasakan kerja profesi di salah satu stasiun televisi swasta yang ada di
Indonesia menjadi faktor pertama yang dirasa. Informasi tentang bagaimana
proses masuk sebagai anak magang digali lewat media internet dan bertanya
kepada kakak tingkat ataupun dosen yang pernah melakukan kerja profesi
distasiun televisi baik nasional maupun regional. Televisi nasional mayoritas
berpusat di Ibukota Jakarta. Setelah banyak digali informasi tentang kerja
profesi atau magang, akhirnya didapat beberapa kesempatan untuk memasukkan
proposal yaitu di beberapa stasiun televisi Lokal maupun nasional di Jawa
diantaranya TATV Surakarta. Banyak kendala yang dihadapi ketika harus melakukan
kerja profesi di stasiun televisi nasional yang kebanyakan berpusat di Jakarta.
Mahalnya biaya hidup di Ibukota menjadi faktor utama untuk mengurungkan niat
melakukan kerja profesi disana. TATV Surakarta dipilih juga bukan karena faktor
murahnya biaya hidup di kota tersebut, melainkan karena memang kualitas stasiun
televisi tersebut mampu bersaing dengan stasiun televisi swasta lainnya.
Proses awal
untuk melakukan kerja profesi di TATV adalah mengirimkan proposal kepada pihak
manajemen untuk diproses dan diseleksi. Setelah diproses, peserta magang akan
dipanggil pada waktu yang ditentukan. Dan peserta kerja profesi akan
diwawancara agar dapat diketahui bagian mana peserta dapat melaksanakan kerja
profesinya.
Pengamatan
dilakukan pada minggu pertama. Hal ini dilakukan agar dapat diketahui lebih
banyak tentang cara kerja Art. Departement di stasiun televisi. Seperti yang
diketahui, proses atau langkah kerja Art.Director pertama adalah membaca dan memahami rundown dan jadwal program acara
yang dibuat oleh asisten produser. Setelah itu sebelum memulai penataan setting
panggung, seorang Art.Director memastikan bahan-bahan yang akan disusun terlebih dahulu.
Art director atau penata
artistik bisa jadi profesi yang menyenangkan, apalagi buat orang yang memang
punya darah dan minat pada seni serta bisa bekerja secara mobile tanpa terikat
waktu. Profesi ini bisa jadi salah satu alternatif.
Art director tak hanya pada di satu
bidang pekerjaan saja, seorang penata artistik bisa diperlukan di dunia
periklanan misalnya, atau dunia televisi dan dunia film. Sementara yang akan
dibahas di sini lebih pada penata artistik di dunia pertelevisian.
Saat ini produksi program acara nasional semakin
meningkat, Baik dari segi mutu maupun dari segi jumlah program televisi
yang dihasilkan. Minat masyarakat pada program – program acara dalam stasiun
televisi juga semakin membaik, terbukti dengan semakin banyaknya program –
program yang ditawarkan sehingga penonton punya banyak pilihan yang diinginkan
untuk ditonton. Mulai dari talk show,
live performe musik, kuis atau tayangan
variety show. Dan kenyataannya, banyak
juga program – program yang telah diproduksi adalah karya-karya produser muda.
Tanggung jawab seorang penata artistik adalah semua
benda yang dilihat penonton saat menyaksikan sebuah tayangan program acara.
Pembuatan set, atau setting dari sebuah segment menjadi tanggung jawab penata
artistik untuk mengaturnya agar terlihat lebih ‘hidup’ dan seperti dalam ruangan
nyata. Misalnya saja setting pada sebuah adegan adalah di ruang tamu, maka art.
Director harus dapat ‘menyulap’ sebuah studio, menjadi sebuah set ruang
tamu lengkap dengan segala macam perlengkapannya.
Seorang art director dalam struktur
perfilman, bekerja di bawah production designer secara langsung, dan di atas
set designer dan berada dalam level yang sama dengan set decorator. Kewajiban
mereka yang terbesar adalah berbagi aspek administratif dalam art department,
seperti pembagian tugas pada tiap personel, penyiapan bujet, scheduling serta mengatur dan menjaga
quality control. Biasanya juga mereka bekerjasama dengan bagian yang lain,
terutama bagian konstruksi, dalam membuat set dari sebuahprogram acara.
b. Wawancara
Selain
melakukan pengamatan secara langsung di sela-sela kesibukan bekerja, juga digali
informasi yang lebih jelas dari Instruktur untuk mengetahui bagaimana cara
kerja art director pada pra produksi program acara. Wawancara merupakan
kegiatan tanya jawab langsung dengan instruktur kerja profesi. Wawancara ini
dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas, akurat
dan mendalam. Wawancara dengan instruktur, dilakukan di setiap mendapatkan
kesempatan selama pelaksanaan kerja profesi. Dalam wawancara, didapatkan banyak
jawaban yang menambah wawasan tentang bagaimana proses pra produksi program
acara televisi yang berkualitas yang belum pernah penulis dapatkan semasa perkuliahan.
Selain dengan Instruktur, juga dilakukan wawancara dengan beberapa Asisten
Produser, dan teman-teman art director, hal ini dilakukan agar dapat mengetahui
lebih banyak lagi tentang dunia art director. Jawaban yang diberikan membuat
ingin lebih tahu banyak lagi tentang dunia art director. Selain itu juga
didapatkan banyak pengetahuan tentang langkah-langkah efektif pada saat pra
produksi acara televisi.
c. Partisipasi
Dalam melaksanakan kerja
profesi secara bertahap dibimbing oleh instruktur yang disini juga sebagai
pembimbing lapangan. Partisipasi dilakukan sejak tanggal 18 Mei sampai 18 Juni
2010 sesuai dengan jadual yang telah diberikan oleh koordinator bagian art
director. Jadwal harian juga dibuat terlampir dalam laporan ini. Adapun proses partisipasi
yang telah dikerjakan adalah pada program-program seperti berikut ini:
1. Nyampur Sari
2. Kring Dangdut
3. Solusi untuk sehat
4. TMT ( Total Musik TATV )
5. Jagong Sar Gede
6. Sudut Pandang
7. UNS Menyapa
8. Oemah Joglo ( Obrolan Jogja Solo )
9. On _ Line Plus ( Talk Show )
10.
Special
talk Show.
2. Pengumpulan Data Sekunder
a. Analisis Data dan Rekaman
Dokumen dan
rekaman perusahaan merupakan data yang dimiliki perusahaan dalam bentuk dokumen
dan data soft file baik berupa rundown
program ataupun audio visual dalam bentuk kaset betacam, minidivi dan DVD.
Dalam hal
ini data yang diperoleh berupa data foto dan rundown acara yang dilaksanakan pada tanggal 18 mei – 18 juni 2010.
b. Studi Pustaka
Dengan
berbekal materi yang disampaikan di kampus, pengumpulan data diperkaya dengan
beberapa artikel yang ada didalam perpustakaan TATV, web TATV, juga artikel “Art. Director dan Tata Artistik” yang
ditulis Diki Umbara dari Bina Sarana Informatika, 31 Maret 2008 Disadur dari Buku “1 Seni & Peranan
Tata Artistik, Japan International Cooperation Agency”, dari referensi tersebut dapat dipahami proses
kerja art. Director selama kerja
profesi berlangsung. Apa yang telah dibaca dapat diaplikasikan langsung di
dunia kerja. Selain itu juga dilakukan studi pustaka dari data-data yang
diberikan oleh Instruktur di setiap program yang melibatkan Art. Director dalam
acara di studio TATV.
BAB III
PELAKSANAAN
KERJA PROFESI
A.
Tinjauan Umum Perusahaan
1. Sejarah Perusahaan
Belajar dari
sejarah pertelevisian Indonesia baik televisi swasta maupun pemerintah secara
mencermati dari semua perkembangan bisnis pertelevisian yang telah menjadi
bahan pertimbangan bagi pemrakarsa berdirinya PT. Terang Abadi Televisi ( TATV
). Meskipun bukan merupakan stasiun televisi swasta yang pertama dan satu –
satunya yang dapat diterima di Kota Surakarta, namun nilai – nilai karateristik
yang unik dengan kekayaan sumber daya manusia dan budayanya di wilayah
Surakarta ini memberikan potensi yang besar untuk dikembangkan dan dikemas
dalam suatu produk penyiaran.
Sebagai suatu
kota dengan letak strategis di wilayah segitiga pertumbuhan JOGLOSEMAR dan
merupakan pusat kebudayaan Jawa Tengah dengan tingkat kemajuan usaha yang cukup
pesat dalam dunia usaha dan pariwisata yang menjadikan Kota Surakarta sangat
potensial untuk didirikannya stasiun televisi. Oleh karena itu banyak hal yang
akan dimanfaatkan dari potensi daerah yang dimiliki ini sehingga diharapkan
keberadaan stasiun televisi ini dapat menjadi yang terbaik dalam mengangkat
potensi daerah secara profesional, aktif dan kreatif, dan menyajikan tayangan
yang menarik pemirsa.
TATV
didirikan pada tanggal 1 Juli 2003 dan telah diresmikan oleh Gubernur Jawa
Tengah pada tanggal 1 September 2004. Dalam pendiriannya TATV berkeinginan
untuk berpartisipasi dalam mewujudkan visi dan misi Kota Surakarta dan tetap
menjaga khasanah lingkungan dan memperluas wawasan serta ikut meningkatkan
moral, pendidikan, budaya dan kesejahteraan masyarakat dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia dengan media massa modern.
Keberadaan
TATV dimaksudkan sebagai media tayangan yang bisa menjadikan tontonan dan
tuntunan bagi pemirsanya. TATV berusaha untuk dapat memberiakn pelayanan berupa
jenis siaran yang beragam, interaktif, atraktif, dan up-to date, sehingga
diharapakn TATV dapat diterima di semua lapisan masyrakat, khususnya kota Solo,
Jogjakarta, dan Jateng.
Pada tangal
29 April 2005, TATV mulai melakukan siaran on air, dan disebut ”jelang Tayang
Perdana”. Pada awalnya, TATV hanya melakukan siaran selama 3 (tiga) jam, dengan
acara yang belum beragam. Setelah TATV melakukan grand lounching pada tanggal 1
September 2004, TATV mulai melakukan siaran selama 8 (delapan) jam perhari.
Misi TATV
adalah menjadi televisi yangmemberi pencerahan pada paradigma berpikir dan
berperilaku masyarakat pemirsa menuju pambangunan manusia Indonesia seutuhnya.
Denagn hadirnya TATV, diharapkan dapat mambangun pola berpikir masyarakat
supaya lebih baik lagi, sehingga dapat membangun manusia Indonesia seutuhnya.
Visi TATV adalah memberi sumbangsih yang bearti guna kemajuan daerah dan
masyarakat pemirsa dalam segala bidang kehidupan, melalui perubahan paradigma
berpikir dan berperilaku.
TATV yang
bermoto ”TATV MANTEB –MASA KINI DAN BERBUDAYA” ini beralamat di Jl. Brigjen
Katamso No. 173, Mojosongo, Surakarta 57127. Dengan jam siaran 18 ( delapan
belas ) jam per hari, mulai jam 06.00 – 24.00 WIB. Susunan program TATV
berangkat dari informasi dan edukasi yang disajikan dalam bentuk hiburan (
entertaiment ), yang bertujuan untuk menjangkau pemirsa dari segala usia,
khususnya keluarga. Komposisi program acara TATV dikategorikan sebagai berikut
;
·
Hiburan
: terdiri dari acara musik, film dan drama, program acara anak, dan program
acara variasi ( variety show ).
·
Berita,
olahraga dan feature, terdiri dari
aneka macam berita ( Lokal, nasional dan mancanegara ), talk show, ceremonial,
olahraga ( berita olahraga dan profil atlet ), dll.
TATV
merupakan perusahaan jasa. Jasa yang dijual oleh TATV adalah berupa jasa
pembuatan pemasangan iklan, liputan, pendapatan untuk menyeponsori suatu
program acara tertentu, dan promo album / lagu. Hingga saat ini, tayangan –
tayangan TATV lebih dari 60% telah diproduksi sendiri oleh TATV. Dengan berguru
pada pengalaman, dan stasiun – stasiun TV lokal yang lain, maka TATV terus
berkembang, memperbaiki kualitas tayangan, dan terus berupaya supaya dapat
dinikmati oleh semua pemirsa Surakarta pada khususnya, dan seluruh pemirsa se –
Jteng dan DI Yogyakarta pada umumya.
TATV dibagi
menjadi 3 ( tiga ) divisi utama, yaitu divisi pembaritaan, divisi marketing,
dan divisi operasional :
a. Divisi Pemberitaan
Divisi
pemberitaan adalah divisi yang paling inti, yang mempunyai kewajiban untuk
mencari, mengolah, dan menghasilkan berita yang akurat, up – to date dan relevan.
b. Divisi Marketing
Merupakan
divisi yang menjadi tulang punggung pemasukan TATV. Karyawan yang ditempatkan
pada divisi marketing bertugas untuk mencari pihak lain ( klien ) yang berminat memasang iklan, mengadakan liputan,
memberikan sponsor pada program acara tertentu, dan melakukan promosi – promosi
lainnya.
c. Divisi Operasional
Merupakan
divisi yang bertanggung jawab atas seluruh kegiatan administratif dan
operasional perusahaan.
Seluruh
divisi ini saling mendukung, bersatu dan saling melengkapi, sehingga diharapkan
terjalin suatu hubungan kerja yang teratur, nyaman dan harmonis.
2. Visi dan Misi Perusahaan
Sebagai perusahaan yang terjun
di bidang industri televisi, PT. Terang Abadi Televisi mempunyai visi dan misi sebagai
pedoman perusahaan dalam perkembangannya. Adapun visi dan misi tersebut antara
lain :
Visi
Menjadi televisi yang memberi
pencerahan pada paradigma berpikir dan berperilaku masyarakat pemirsa, menuju
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.
Misi
a. Memberikan informasi yang lebih kepada
masyarakat sekitar melalui peningkatan program-programnya sesuai dengan kondisi
masyarakat Surakarta yang umumnya menengah kebawah.
b.
Memberikan
Sumbangsih yang berarti guna kemajuan daerah dan masyarakat pemirsa dalam
segala bidang kehidupan, melalui perubahan paradigma berpikir dan
berperilaku.
c.
Melalui
program siarannya, menjadi partner bagi masyarakat dan pemerintah daerah dalam
ikut mensukseskan program-program pembangunan untuk kepentingan mayarakat khususnya
Surakarta.
d. Membuat program-program siaran uanggulan
yang menggambarkan kebudayaan masyarakat Surakarta, baik program yang bersifat
kesenian seperti program acara "Keroncong"
dan "Nyampur Sari", maupun
program – program talk show seperti ”
ON_Line Plus ” dan ”Jagong Sar Gede”
.
3.
Manajemen & Data Perusahaan
Sebagai sebuah perusahaan regional di Jawa Tengah, TATV telah mempunyai kantor
dan manajemen yang berkembang pesat. Adapun data pada Terang Abadi Televisi (TATV
) sebagai berikut :
·
Nama
Lembaga : PT. TERANG ABADI TELEVISI
·
Nama
Sebutan Di Udara : TATV
·
Alamat
: Gedung Terang Abadi Televisi ( TATV ). Jl.
Brigjend. Katamso No. 173 Surakarta.
·
Telp.
:
0271 – 852643, 0271 – 858111
·
Fax. :
+62-271-852643, 852522 ,+62-271-852522.
·
Web Site : http://www.tatv.co.id
Selain
berpusat di Surakarta, TATV juga
mempunyai beberapa biro cabang untuk mendukung penyiaran, diantaranya :
- Stasiun TATV Biro Yogyakarta : Jln. Gajahmada No. 52 Yogyakarta Telp; 0274 – 510792.TATV
- Biro Jakarta : Jln.
Tawakal Ujung. Blok A.5 Grogol, Jakarta. Telp. 08161393275. E-Mail; http://www.tatv.co.id.
4. Struktur Organisasi
Adapun struktur
organisasi yang dimiliki TATV terbagi menjadi 3 ( tiga ) divisi utama, yaitu ;
divisi pemberitaan, divisi marketing, dan divisi operasional.
1. Pimpinan ( Direksi )
Pimpinan dipegang
oleh satu direktur utama yang bertanggung jawab menyangkut kepentingan intern
perusahaan. Tujuan pimpinan adalah sebagai berikut :
a. Sebagai pejabat tertinggi dan memimpin
perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan serta mengambil kebijakan – kebijakan
yang berhubungan dengan pihak luar perusahaan.
b. Mengawasi hasil kegiatan perusahaan dan
administrasi melalui manajer – manajer perusahaan yang ada.
c. Menilai dan mengevaluasi hasil kegiatan
perusahaan secara berkala.
2. Divisi Pemberitaan
Divisi
Pemberitaan dipimpin oleh direktur pemberitaan, dan dibantu oleh general
manajer ( GM ) pemberitaan. GM Pemberitaan membawahi bagian Pemberitaan dan
bagian Special Program.
3. Divisi Marketing
Merupakan
divisi yang bertanggung jawab terhadap hal – hal yang berhubungan dengan
promosi dan pemasaran. Divisi marketing dipimpin oleh Direktur Marketing yang
dibantu oleh seorang GM Marketing dan asisten GM Marketing. GM Marketing
membawahi bagian – bagian yang saling terkait dalam kegiatan marketing
perusahaan, yaitu Promo, Art &
Property, dan marketing.
4. Divisi Operasional
Divisi
operasional adalah divisi yang paling kompleks dalam struktur organisasi TATV,
karena hampir semua kegiatan penting perusahaan masuk ke dalam divisi ini.
Divisi operasional dipimpin oleh Direktur Operasional, yang dibantu oleh GM
Operasional dan AGM Operasional. GM Operasional membawahi bagian – bagian yaitu
: Teknik dan Operasional, Produksi, Program, IT ( Information Technology ),
keuangan, HRD, dan GA & ME.
5. Unit
Usaha
Jasa menjadi faktor usaha yang banyak
diminati oleh kalangan pengusaha, karena dunia ini sangat menjanjikan dari segi
peluang maupun pendapatan. Salah satu jenis usaha yang bergerak dibidang jasa
yang cukup bergengsi untuk dikelola saat ini adalah dunia penyiaran televisi. TATV
merupakan perusahaan yang melayani penjualan jasa penayangan iklan, liputan, sponsor/event,
promo album dan musik. Dalam pembuatan program acara Televisi ada beberapa dibuat secara live
dan taping.
6. Segmentasi Pemirsa
Segmen pemirsa TATV adalah seluruh
eks Karisidenan Surakarta. Dipilih karena TATV ingin lebih dekat dengan
masyarakat dari kalangan menengah ke bawah. Pemirsa TATV memiliki karakter khas
masyarakat Jawa Tengah yaitu bersifat tradisi, memiliki kecintaan tinggi
terhadap budayanya, solidaritas yang kuat, lugas dan ekspresif, memiliki
keingintahuan yang tinggi, senang terlibat dalam acara televisi, dan agamis. Dengan beberapa dasar tersebut maka TATV
membuat program yang betul-betul dekat dengan masyarakat. Salah satunya adalah
konsep program yang banyak melibatkan masyarakat sebagai peserta. Format Live
dan Interaktif dengan pemirsa tentunya sangat di nanti. Disamping itu
juga menggunakan bahasa Jawa, di beberapa program, tidak ketinggalan juga
memperbanyak kegiatan Off Air terutama pada program unggulan. Dalam
penempatan program (schedulling) TATV memakai pertimbangan yaitu waktu
menonton pemirsa (viewing habit), jenis pemirsa (segmen pemirsa),
kompetisi program di stasiun televisi lain, dan jenis program/content yang
dimiliki.
7. Logo Perusahaan
Dengan desain warna biru dan ketegasan bentuk huruf, TATV melambangkan
acara yang meng – global. Dan titik merah pada huruf “A” merupakan symbol TATV sebagai pusat centre poin. Dengan ini tidak melupakan
tanggung jawab sebagai pembawa pesan
secara global, TATV juga melihat pentingnya pengaruh baik bagi kehidupan
masyarakat Indonesia yang lebih baik sebagai konsumen acara – acara / program –
program TV. TATV merasa perlu memberikan warna yang berbeda pada setiap produk acaranya
dengan mengedepankan hal-hal yang positif. Sebagai agen informasi, TATV
memiliki centre poin idealisme untuk memberikan berbagai dampak
bagi perkembangan dan kemajuan masyarakat Jawa Tengah dan DIY secara khusus dan
Indonesia secara umum.
8. Komposisi Program
Dari data yang didapatkan,TATV
mengudara rata-rata 18 jam per hari. Sampai saat ini banyak program baru yang
selalu ditayangkan oleh TATV secara rutin selama tujuh hari dalam seminggu
mulai pukul 06.00 – 24.00 WIB.
Komposisi
program di TATV yaitu terdiri dari muatan program lokal TATV. Program
yang di sajikan antara lain News, Talk show, Reality Show, Variety Show,
Feature, Sport, Komedi, TV Magazine, ceremonial, Program anak, Quiz, Musik.
Berikut ini merupakan
komposisi program yang didapatkan dari company profile TATV :
Unsur yang
terkandung : 10 % universal
90 %
lokal
Format Siaran :
Live, Taping
Sumber program : 10% Luar negeri
10%
Lokal Nasional
80% Lokal Jawa Tengah.
9. Akses Siaran
Siaran TATV dapat diakses diwilayah Jawa Tengah,
eks karesidenan Surakarta ( SUBOSUKOWONOSRATEN ) meliputi, Surakarta, Boyolali,
Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen dan Klaten, juga sebagian D.I
Yogyakarta. Sesuai dengan no. Ijin siar Keputusan Gubernur Jawa Tengah No.
483/129/2003, bahwa stasiun TATV beroperasi dengan channel 50 UHF dan Frekuensi
siar 703.25 MHz.
B. Pelaksanaan Kerja Profesi
1.
Rencana Kegiatan / Jadwal Kerja Harian
Kegiatan dalam kerja profesi
yang dilakukan adalah sesuai dengan jadwal kerja yang diberikan. Didalam
rencana kegiatan ini dilampirkan jadwal kerja harian sebagai laporan bagaimana
keseharian penulis melakukan kegiatan.
2. Waktu Penyelenggaraan Kerja Profesi
Kerja profesi dilaksanakan
selama satu bulan sejak tanggal 18 Mei 2010 sampai 18 Juni 2010. Jam kerja
mulai hari Senin sampai Sabtu mulai pukul 09.00 – 17.00. Selama satu bulan
ketentuan jadual Kerja Profesi menyesuaikan dengan jadual perusahaan, yaitu
masuk dari hari Senin hingga hari Sabtu. Kegiatan KP pun diliburkan pada hari
Minggu dan pada hari libur nasional, tidak diliburkan jika pada hari itu sudah
terkena jadwal produksi.
3. Lokasi Penyelenggaraan
Kerja Profesi
Institusi yang dituju adalah :
·
Nama Institusi : PT. Terang Abadi Televisi ( TATV )
·
Unit/Divisi : Art. Departement dan Produksi
·
Bidang : Art. Director
·
Alamat : Gedung Terang Abadi Televisi ( TATV ). Jl.
Brigjend. Katamso No. 173
Surakarta.
BAB IV
DESKRIPSI PELAKSANAAN KERJA PROFESI
A. Deskripsi Pelaksanaan Kerja Profesi
Tata
Artistik Televisi adalah bagian dari kru televisi, di beberapa stasiun
televisi, Tata Artistik masuk ke dalam Departemen Artistik atau Art
Departement. Di dalam departemen ini terbagi atas: Unit Dekorasi, Unit
Properti, Unit Grafika, serta Unit Tata Rias dan Busana. Namun di beberapa
stasiun tv di Indonesia tidak selamanya seperti ini, misalnya unit grafika
(grafis) di bebrapa stasiun tv justru bertanggung jawab pada post production
manager. Sebenarnya apa yang menjadi tanggung jawab seorang penata artistik
adalah semua benda yang dilihat penonton saat menyaksikan sebuah film atau
tayangan sebuah acara. Pembuatan set, atau setting dari sebuah adegan menjadi
tanggung jawab penata artistik
Sedikit berbeda dengan penata artistik televisi, seorang art
director dalam struktur perfilman, bekerja di bawah pruction designer
secara langsung, dan di atas set designer dan berada dalam level yang sama
dengan set decorator. Kewajiban mereka yang terbesar adalah berbagai
aspek administratif dalam art. Department, seperti pembagian tugas pada
tiap personel, penyiapan bujet dan scheduling dan juga mengatur dan menjaga quality
control. Biasanya juga mereka bekerjasama dengan bagian yang lain, terutama
bagian konstruksi, tak heran karena tugasnya dalam membuat set dari sebuah
adegan atau segment program acara televisi. Tugasnya bisa dibagi dua yaitu, pre
produksi dan saat produksi.
*
Planning Meeting
Dalam pertemuan perencanaan program televisi atau planning
meeting, produser memaparkan konsep acara yang akan dibuat. Dalam ha ini
produser didampingi oleh sutradara atau pengarah acara televisi. Atas
penjelasan ini, piñata artistk menguraikan rencana tata artistic untuk
mendukung acara tersebut, uraian ini dipaparkan dalam bentuk floor plan.
Berikutnya, masing-masing departemen mempelajari kembali apa-apa yang harus
disiapkan. Kebutuhan set dekorasi, property,serta grafika adalah hal-hal yang
sangat serius diperhitungkan secara detail oleh piñata artistic.
*
Production Meeting
Dalam pertemuan ini, pengarah acara bertindak memimpin acara
meeting produksi. Masing-masing penangung jawab tim memaparkan tugas yang akan
dilakukan secara lengkap, ini penting agar departemen lainnya juga memahami
konsep acara secara keseluruhan. Dalam
meeting produksi, peñata artistik sudah harus mengajukan anggaran yang
diperlukan dalam tata artistik.
*
Technical Meeting
Ini merupakan
pertemuan terakhir, dimana masalah teknis dibahas. Segala kebutuhan produksi
harus selesai dilakukan atau segala sesuatunya ready to use.
a.
Pre production.
·
Melakukan bedah skenario.
Ini untuk mengetahui semua set yang diperlukan untuk semua adegan yang
termasuk dalam sebuah produksi, Jadi setiap segment / program acara, setiap
percakapan yang mengaitkan pada sebuah keadaan misalnya dalm hal “ Solusi Untuk Sehat “, maka art
director harus mulai membuat list set apa saja yang diperlukan, antara lain
ruang tamu, sofa, lampu background, papan nama / standing holder, alat peraga
yang dipromosikan ( biasanya dsendiri oleh nara sumber / bintang tamu ) dan
property pelengkap lainnya.
·
Merinci apa saja yang dibutuhkan.
Jika sudah tahu set apa saja yang dibutuhkan dalam membuat sebuah studio
menjadi setting panggung, maka ia sudah dapat memulai membuat checklist
benda-benda apa saja yang dibutuhkan. Tak hanya properti yang kecil sebagai
pemanis dari sebuah ruangan, namun juga set panggung misalnya atau apa saja
yang membutuhkan konstruksi, di sini jika merupakan produksi besar, art
director bisa bekerja sama dengan bagain konstruksi. Bahkan di beberapa
produksi program acara, make up sampai wardrobe bisa menjadi salah satu
tanggung jawab seorang art director untuk menyiapkannya. Misalnya saja, setting
dari sebuah program acara “ Mencari Anak
Berbakat Bersama Clevo”, maka setting panggung yang harus dibuat agar
terlihat megah secara Live, dan sudah jelas nama produk sponsor harus
disertakan dan di set. Sedemikian rupa agar terlihat di setiap segmen yang
muncul di layar kaca.
·
Merinci budget yang dibutuhkan.
Tentu saja setelah merinci apa saja yang dibutuhkan, ia juga
perlu merinci budget yang harus dikeluarkan, jika memang budget terbatas, maka
denagn sendirinya ia harus pintar-pintar membagi budget sesuai kebutuhan.
Semakin ia pandai membuat set yang sesuai dengan aslinya dengan budget yang
standar, maka namanya pun akan semakin dikenal. Berbeda dengan stasiun TATV,
pimpinan Art. Departemen – lah yang menyesuaikan budget bagi crew art. Director.
b. Penataan
Setting Pada Studio dan Produksi
Tanggung jawab seorang penata artistik adalah semua benda yang dilihat
penonton saat menyaksikan sebuah film atau tayangan sebuah acara. Pembuatan
set, atau setting dari sebuah adegan menjadi tanggung jawab penata artistik
untuk mengaturnya agar terlihat lebih ‘hidup’ dan seperti dalam dunia nyata.
Misalnya saja setting pada sebuah segment adalah di “Oemah Joglo” maka art. Director harus dapat ‘menyulap’
sebuah studio, entah itu ruang kosong terbuka atau tertutup menjadi sebuah set
rumah joglo lengkap dengan segala macam gedhek
bambu, meja kayu, tanaman, tikar anyaman, dan property lainnya.
Seorang art director dalam struktur pertelevisian, bekerja di
bawah production designer secara langsung, dan di atas set designer dan berada
dalam level yang sama dengan set decorator. Kewajiban mereka yang terbesar
adalah berbagi aspek administratif dalam art department, seperti pembagian
tugas pada tiap personel, penyiapan budget, scheduling serts mengatur dan
menjaga quality control. Biasanya juga mereka bekerjasama dengan bagian yang
lain, terutama bagian konstruksi, dalam membuat set dari sebuahprogram acara.
Program acara telah dimulai pembuatannya, maka tiap scene pun art.
Director perlu ada dan berada di dekat sutradara / produser untuk
memastikan gambar yang diambil sesuai dengan yang diharapkan, sesuai dengan
skenario dan dalam tampakkan gambarnya pun terlihat nyata. Bisa saja ia ikut
terlibat langsung, misalnya saja membetulkan letak set atau properti yang
dirasa tak pas di segment yang dimaksud. Kegiatan ini terus diikuti oleh
art. Director, mulai dari bongkar pasang set, sampai ke penataan set
sepanjang pengambilan gambar masih berlangsung. Namun, jangan kaget kalau jam
kerjanya bisa tak tentu.
Art Director dengan latar belakang arsitek atau interior desain
bisa menjadi nilai tambah, karena ia perlu mengukur dan menilai sebuah studio
menjadi set yang diperlukan. Sedangkan untuk penghasilan, biasanya tergantung
dari persetujuan sebelum produksi dimulai. Namun semakin ia pandai mengatur set
yang sedehana menjadi luar biasa, maka semakin namanya pun semakin
‘mahal’. Seorang art. Director sangat diperhitungkan di dunia produksi
program acara stasiun televisi, khususnya di dalam studio.
- Kegiatan
selama Kerja Profesi
Selama dilaksanakannya kerja
profesi sebenarnya belum cukup untuk benar-benar memahami menjadi seorang art.
Director, tetapi usaha
yang maksimal telah dilakukan agar dapat lebih memahami tentang job diskripsi
yang diberikan. Pada minggu-minggu awal telah diberikan sedikit pengarahan dan
job diskripsi seorang art. Director. Bagaimana langkah art. Director ketika pertama kali mendapatkan sebuah rundown,
penguasaan alat dan pemahaman tentang studio yang digunakan. Hingga bagaimana
caranya seorang art. Director menghadapi berbagai macam gangguan baik dalam hal
teknis maupun non teknis.
Dari pembicaraan awal sudah dirasakan
betapa sulitnya menjadi seorang art. Director ketika menghadapi sebuah program acara Live. Bertemu dan berkenalan dengan
instruktur dibagian art. Departemen menjadi agenda pada hari pertama pelaksanaan
kerja profesi. Tidak jauh berbeda dengan apa yang dialami saat belajar di
kampus tentang penjelasan setting studio dan bagaimana cara para art.
Director membuat
efek-efek setting panggung. Penggunaan berbagai jenis Set. Panggung yang
berbagai macam bentuk, mulai dari jenis minimalis, tradisi kedaerahan hingga
setting yang digunakan untuk Program acara live performe music, dll.
Pada minggu pertama ini
penjadwalan sudah dipadati dengan kegiatan Live, pada hari kedua masuk yaitu
pada hari selasa 19 Mei 2010, seluruh crew produksi termasuk art. Director ditugaskan di Solo Square untuk acara Live besar
bertemakan “ Mencari Anak Berbakat
Bersama Clevo”, “Kuis Asyik banget”, dan terakhir “Kring Dangdut”.
Acara tersebut berlangsung
dengan perencanaan praproduksi dan loading peralatan dari jam 09.00 – 13.00 WIB
sedangkan produksi dari jam 14.00 – 23.00 WIB. Penjadwalan kepada anak magang
pada bagian art. Director dirasa masih kurang diperhatikan, hal ini terjadi
ketika beberapa anak magang pada hari pertama hanya dapat melakukan pengamatan
tanpa mendapatkan jadwal shift dan tugas yang jelas. Minggu pertama
merupakan proses pengenalan pada crew pra produksi dan produksi.
Pada minggu kedua, kegiatan
magang masih sama seperti pada minggu pertama. masih belum didapatkan pekerjaan
pasti. art. Director pada awalnya merupakan tugas yang sangat berat,
mengatur setting dan tata letak panggung. Tapi dalam pemaknaanya, divisi tersebut melatih anak magang untuk solid
terhadap team worknya. Memberikan penjelasan bahwa batasan – batasan art.
Departemen dalam produksi program acara, maupun ruang gerak seorang art.
Director yang mempunyai batasan baik dalam pra produksi maupun
produksi program acara.
Disini seorang art. Director akan ditantang untuk berfikir bagaimana
cara mengolah desain panggung dengan stok bahan serta properti yang terbatas
sehingga dapat menghasilkan tayangan yang bagus dan tidak membosankan. Apalagi didalam tayangan ”Nyampur Sari”, dan ”Kring Dangdut” adalah sebuah tayangan yang akan banyak dipenuhi
oleh permainan efek lampu dan transisi warna. Jadwal mengerjakan ” Nyampur Sari ” adalah hari Senin sampai Rabu
untuk online. Dalam empat hari tersebut, diberikan kesempatan untuk menyelesaikan
satu episode acara dengan durasi 60 menit. Saat mengerjakan program ini, tidak didapatkan
kesulitan yang berarti, karena mulai terbiasa dengan jobdes yang telah
diberikan dan telah banyak mendapatkan pengarahan dari instruktur, dan dapat
diselesaikan satu episode acara dalam dua hari kerja dari waktu empat hari yang
diberikan oleh instruktur sedangkan untuk prepare setting nya memerlukan waktu
2 jam setiap harinya.
Setelah itu selama dua hari
tersisa, dilakukan sedikit wawancara dengan art. Director lain. Dan disela-sela waktu luang tersebut didapatkan tawaran membantu ast.
cameraman untuk Live segment pada program acara ” Solusi untuk Sehat” dan ”
Sudut Pandang”. Program acara ”
Solusi untuk Sehat ” adalah sebuah
program acara talk Show yang banyak menceritakan tentang pengobatan alternatif
di seputar Surakarta. Program
berdurasi 60 menit ini sangat berbeda dengan program acara yang penulis
kerjakan sebelumnya. Program ini tidak memerlukan banyak efek penataan properti.
Selain bahan setting yang minimalis, juga jarang diberikan rundown oleh asisten
produser. Kurangnya pengarahan juga membuat kesulitan dalam proses produksi.
Sekilas program ” Solusi Untuk Sehat ”
lebih mudah dikerjakan daripada program ”
Nyampur Sari ”, akan tetapi lebih banyak kesulitan yang didapatkan. Sempat
diberikan pengarahan oleh art. Director. Penggunaan rasa dan kesabaran pikiran akan
membuat sebuah program acara yang dikerjakan akan menjadi lebih bagus hasilnya.
Pada minggu ketiga, didapatkan
kepercayaan penuh menjadi art. Director program acara yang telah diberikan instruktur.
Pada hari pertama minggu itu, didapatkan kendala saat akan setting baru ”Kring Dangdut” karena asisten produser
belum memberikan rundown program acara terbaru, sehingga setting awal
diterapkan sementara, hingga asisten produser telah menyiapkan seluruh bahan program
acara tersebut.
Pada hari dengan jadwal padat,
misalnya Selasa dan Rabu, para art. Director melakukan pembagian tugas antara
menata setting pada studio 1 dan studio 2, misalnya ”Saran Dokter Yarsis” di studio 1 dengan ”Dialog Bisnis” di studio 2 yang semuanya merupakan acara online,
sedangkan selisih jam tayang hanya 2jam, maka pembagian tugas dilaksanakan
dengan memperhitungkan estimasi waktu yang sempit.
Pada hari kedua, rundown yang
diberikan masuk setelah jam makan siang. Akhirnya sesuai dengan pengarahan
instruktur yang pernah berikan, dicoba bagaimana membuat selama 30 menit.
Dengan sedikit merubah setting, pekerjaan
yang diberikan tersebut mampu diselesaikan dengan baik. Misalnya setting ”Dialog Bisnis” dengan ” Solusi Untuk Sehat ” yang sama – sama
berada di studio 2 akan diselesaikan dengan cepat.
Minggu ketiga, tetap didapatkan
jadwal seperti minggu-minggu sebelumnya. Untuk minggu ini mencoba untuk mengikuti
produksi hingga akhir pukul 22.00 WIB, yang pada awalnya pulang mengikuti jam
kerja pulang pukul 17.30 WIB. Kadang anak magang mendapat kepercayaan menjadi
crew produksi dan asisten cameraman, karena pada jam produksi malam hari sering
kekurangan crew produksi. Hingga minggu keempat keseharian tersebut menjadi
kebiasaan, di pagi hari mulai jam 09.00 – 17.00 WIB melakukan pasca produksi
sekaligus produksi hingga jam 22.00 WIB.
Berbagai macam pengalaman,
pengetahuan yang amat berharga didapatkan selama kerja profesi. Walaupun hanya
sangat sedikit sekali yang didapatkan tetapi penulis yakin pengalaman itu
sangat berarti dan berguna ketika penulis terjun ke dunia kerja.
Langganan:
Postingan (Atom)
Festival Keraton Nusantara 2019 Luwu Palopo
Festival Keraton Nusantara (FKN) XIII tahun 2019 Tana Luwu . Festival Keraton Nusantara atau FKN adalah sebuah pameran...
-
Perbedaan Naskah Film dan Naskah Drama Cahya Surya Harsakya. Diskripsi sebuah naskah menurut kamus besar bahasa Indonesia ...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan pendidikan dan pengajaran bagi sebuah pendidikan tinggi seni, khusus...
-
Gaya Penyutradaraan Sinema Ekspresionisme Film Streaming media jerman Ekspresionisme Corpse Bride Sinema Ekspresi...